Omicron Lebih Cepat Menular dan Efeknya Ringan, Pakar Kesehatan: Tak Berlaku Bagi Komorbid

Selasa, 11 Januari 2022 - 11:55 WIB
loading...
Omicron Lebih Cepat Menular dan Efeknya Ringan, Pakar Kesehatan: Tak Berlaku Bagi Komorbid
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Addai meminta masyarakat tidak meremehkan varian Omicron yang lebih cepat menular dan efeknya ringan. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
JAKARTA - Varian Omicron tengah menjadi ancaman besar bagi Indonesia. Saat ini sudah ada 414 kasus Omicron yang terkonfirmasi di Indonesia. Dari total kasus, sebanyak 412 orang mengalami gejala ringan, sementara 2 orang lainnya mengalami gejala sedang dengan keluhan batuk dan membutuhkan oksigen.

Ya, berdasarkan bukti yang ada saat ini, kasus Omicron yang didominasi oleh Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) memang tidak separah dengan serangan varian Delta terdahulu. Namun, Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhammad Fajri Adda'i meminta masyarakat tidak meremehkan.

“Oke lah jika disebut lebih ringan, tapi kan Omicron lebih cepat menular. Otomatis angka kasusnya, angka rumah sakitnya, dan angka yang meninggal dunia juga pasti meningkat. Karena pasti ada yang masuk rumah sakit juga," kata dr. Fajri beberapa waktu lalu.

dr. Fajri membenarkan bahwa sebagian besar pasien konfirmasi Omicron memang bergejala ringan. Namun potensi bergejala ringan tidak berlaku bagi para lanjut usia atau orang dengan riwayat penyakit penyerta (komorbid). Sebab dua golongan tersebut sangat berisiko mengalami keparahan.



Ia melanjutkan bahwa pada dasarnya varian Omicron ini masih dalam keluarga Covid-19. Sehingga secara umum jika dibandingkan dengan populasi lain yang tidak memiliki komorbid, maka risiko perburukan bakal lebih tinggi bagi orang dengan riwayat penyakit penyerta.

"Komorbid itu apa aja? ada autoimun, sakit gula, kanker, sakit jantung, ginjal, diabetes melitus, kencing manis, atau sakit gangguan hormonal lainnya. Jadi intinya jangan sampai orang di populasi seperti komorbid terinfeksi," kata dr. Fajri

Selain itu masyarakat juga harus melihat apakah varian tersebut menyerang populasi rentan seperti orang dengan komorbid dan lanjut usia (lansia). Jika misalnya populasi lansia tersebut belum divaksin, maka risiko rawat inap tentu lebih tinggi.

Jika hal itu terjadi di Indonesia, maka risiko akan meningkat, Sebab masih banyak lansia dan populasi rentan lain yang belum divaksin.

Ia menambahkan bahwa secara umum kasus Omicron di Indonesia bergejala ringan. Meski demikian, perlu diingat tidak semuanya Omicron 100 persen bergejala ringan. Ia pun memberikan contoh kasus yang terjadi di Amerika Serikat (AS) saat ini.

"Buktinya kan ada juga yang berat. Di Amerika contohnya sudah ada 100 ribu lebih orang yang terinfeksi. Di Amerika kasus positif per hari bisa lebih dari satu juta. Omicron lebih serius daripada Delta ternyata," tuntasnya.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2371 seconds (0.1#10.140)