4 Destinasi yang Pernah Jadi Ibu Kota Indonesia, Nomor 2 Bikin Kaget
loading...
A
A
A
2. Bireuen (1948)
Mengetahui ibu kota Indonesia dipindahkan ke Jogkarta, pasukan tentara Belanda terus melakukan penyerangan. Mereka menuju Jogkarta dan melakukan agresi militer ke-2 untuk merebut Jogkakarta. Tokoh penting Indonesia seperti Presiden Sukarno ditangkap hingga diasingkan.
Ibu kota Indonesia akhirnya dipindahkan kembali dari Jogjakarta ke Bireuen pada 18 Juni 1948. Bireuen saat ini adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh. Bireuen dipilih jadi ibu kota Indonesia karena dikelilingi perbukitan yang dapat menjadi benteng alam untuk melindungi pusat pemerintahan dari serangan musuh.
3. Jogjakarta (1946 dan 1949)
Pada 16 September 1945, pasukan tentara sekutu Belanda datang kembali ke Indonesia dan berlabuh di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tujuannya untuk mengusir tentara Jepang dan masih menganggap Indonesia sebagai negara jajahannya sehingga ingin menguasai Jakarta sebagai ibu kota.
Hal ini membuat situasi Jakarta menjadi tidak aman. Belanda kemudian mendirikan kantor NICA dan berusaha menguasai Jakarta hingga pada 1946, Sultan Hamengkubuwono ke-9 mengirim pesan ke Presiden Sukarno untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Jogjakarta yang kemudian diresmikan pada 4 Januari 1946.
Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kembali ke Jogkarkarta setelah pengasingan Belanda. Setelah situasi kondusif, ibu kota Indonesia akhirnya dikembalikan ke Jogjakarta dari Bukittinggi pada 6 Juni 1949.
4. Bukittinggi (1948)
Mengetahui ibu kota Indonesia dipindahkan ke Jogkarta, pasukan tentara Belanda terus melakukan penyerangan. Mereka menuju Jogkarta dan melakukan agresi militer ke-2 untuk merebut Jogkakarta. Tokoh penting Indonesia seperti Presiden Sukarno ditangkap hingga diasingkan.
Ibu kota Indonesia akhirnya dipindahkan kembali dari Jogjakarta ke Bireuen pada 18 Juni 1948. Bireuen saat ini adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh. Bireuen dipilih jadi ibu kota Indonesia karena dikelilingi perbukitan yang dapat menjadi benteng alam untuk melindungi pusat pemerintahan dari serangan musuh.
3. Jogjakarta (1946 dan 1949)
Pada 16 September 1945, pasukan tentara sekutu Belanda datang kembali ke Indonesia dan berlabuh di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tujuannya untuk mengusir tentara Jepang dan masih menganggap Indonesia sebagai negara jajahannya sehingga ingin menguasai Jakarta sebagai ibu kota.
Hal ini membuat situasi Jakarta menjadi tidak aman. Belanda kemudian mendirikan kantor NICA dan berusaha menguasai Jakarta hingga pada 1946, Sultan Hamengkubuwono ke-9 mengirim pesan ke Presiden Sukarno untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Jogjakarta yang kemudian diresmikan pada 4 Januari 1946.
Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kembali ke Jogkarkarta setelah pengasingan Belanda. Setelah situasi kondusif, ibu kota Indonesia akhirnya dikembalikan ke Jogjakarta dari Bukittinggi pada 6 Juni 1949.
4. Bukittinggi (1948)