4 Destinasi yang Pernah Jadi Ibu Kota Indonesia, Nomor 2 Bikin Kaget
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada empat destinasi yang pernah menjadi ibu kota Indonesia sepanjang sejarah. Seperti Jakarta saat ini, destinasi tersebut dijadikan tempat pusat pemerintahan.
Pemilihan lokasi ibu kota ini tidak sembarangan. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi ibu kota, dari segi keamanan, ekonomi dan lainnya.
Hal ini bertujuan agar ibu kota baru jauh lebih baik kondisinya daripada lokasi sebelumnya. Sementara, pemindahan ibu kota bukan tanpa alasan, baik karena semakin padat penduduk, rawan banjir hingga kemacetan.
Lantas destinasi mana saja yang pernah menjadi ibu kota Indonesia? Berikut daftarnya seperti dikutip dari kanal YouTube Angka dan Data, Jumat (11/2/2022).
1. Jakarta (1945 dan 1950)
Lokasi yang pernah menjadi ibu kota Indonesia yang terakhir adalah Jakarta. Setelah Indonesia merdeka, nama Jakarta Toko Betsu Shi yang merupakan pemberian dari Jepang diganti menjadi Jakarta. Pada 19 September 1945, terbentuk pemerintahan Jakarta Raya dan menjadi ibu kota Indonesia di awal kemerdekaan.
Saat itu Jakarta belum menjadi provinsi sendiri seperti sekarang yakni DKI Jakarta. Dengan di bawah kepemimpinan Walikota Suwiryo, Jakarta Raya masih menjadi salah satu kota dari provinsi Jawa Barat.
Pada 17 Agustus 1950, 5 tahun setelah kemerdekaan Indonesia, Republik Serikat Indonesia (RIS) dibubarkan. RIS yang membuat Indonesia terdiri atas dari negara-negara bagian ini berubah menjadi Negara Kesatuan Indonesia (NKRI) dan ibu kota Indonesia dipindahkan kembali ke Jakarta pada 1950.
Pada 1959, status Jakarta yang kala itu masih menjadi bagian dari provinsi Jawa Barat berubah dari Jakarta Raya menjadi DKI Jakarta dengan Sumarno sebagai Gubernur pertama. DKI Jakarta terdiri dari kabupaten kota administrasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan kabupaten Kepulauan Seribu. Setelah menjadi provinsi sendiri pada 28 Agustus 1961, Jakarta resmi menjadi ibu kota Indonesia.
2. Bireuen (1948)
Mengetahui ibu kota Indonesia dipindahkan ke Jogkarta, pasukan tentara Belanda terus melakukan penyerangan. Mereka menuju Jogkarta dan melakukan agresi militer ke-2 untuk merebut Jogkakarta. Tokoh penting Indonesia seperti Presiden Sukarno ditangkap hingga diasingkan.
Ibu kota Indonesia akhirnya dipindahkan kembali dari Jogjakarta ke Bireuen pada 18 Juni 1948. Bireuen saat ini adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh. Bireuen dipilih jadi ibu kota Indonesia karena dikelilingi perbukitan yang dapat menjadi benteng alam untuk melindungi pusat pemerintahan dari serangan musuh.
3. Jogjakarta (1946 dan 1949)
Pada 16 September 1945, pasukan tentara sekutu Belanda datang kembali ke Indonesia dan berlabuh di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tujuannya untuk mengusir tentara Jepang dan masih menganggap Indonesia sebagai negara jajahannya sehingga ingin menguasai Jakarta sebagai ibu kota.
Hal ini membuat situasi Jakarta menjadi tidak aman. Belanda kemudian mendirikan kantor NICA dan berusaha menguasai Jakarta hingga pada 1946, Sultan Hamengkubuwono ke-9 mengirim pesan ke Presiden Sukarno untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Jogjakarta yang kemudian diresmikan pada 4 Januari 1946.
Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kembali ke Jogkarkarta setelah pengasingan Belanda. Setelah situasi kondusif, ibu kota Indonesia akhirnya dikembalikan ke Jogjakarta dari Bukittinggi pada 6 Juni 1949.
4. Bukittinggi (1948)
Pemerintah kembali memutuskan memindahkan ibu kota dari Bireuen ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Pemindahan ibu kota ini dilakukan pada 19 Desember 1948. Bukittinggi dipilih menjadi ibu kota baru karena dikelilingi benteng alam yang dapat melindungi ibu kota sekaligus pertahanan dari serangan musuh.
Pemilihan lokasi ibu kota ini tidak sembarangan. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi ibu kota, dari segi keamanan, ekonomi dan lainnya.
Hal ini bertujuan agar ibu kota baru jauh lebih baik kondisinya daripada lokasi sebelumnya. Sementara, pemindahan ibu kota bukan tanpa alasan, baik karena semakin padat penduduk, rawan banjir hingga kemacetan.
Lantas destinasi mana saja yang pernah menjadi ibu kota Indonesia? Berikut daftarnya seperti dikutip dari kanal YouTube Angka dan Data, Jumat (11/2/2022).
1. Jakarta (1945 dan 1950)
Lokasi yang pernah menjadi ibu kota Indonesia yang terakhir adalah Jakarta. Setelah Indonesia merdeka, nama Jakarta Toko Betsu Shi yang merupakan pemberian dari Jepang diganti menjadi Jakarta. Pada 19 September 1945, terbentuk pemerintahan Jakarta Raya dan menjadi ibu kota Indonesia di awal kemerdekaan.
Saat itu Jakarta belum menjadi provinsi sendiri seperti sekarang yakni DKI Jakarta. Dengan di bawah kepemimpinan Walikota Suwiryo, Jakarta Raya masih menjadi salah satu kota dari provinsi Jawa Barat.
Pada 17 Agustus 1950, 5 tahun setelah kemerdekaan Indonesia, Republik Serikat Indonesia (RIS) dibubarkan. RIS yang membuat Indonesia terdiri atas dari negara-negara bagian ini berubah menjadi Negara Kesatuan Indonesia (NKRI) dan ibu kota Indonesia dipindahkan kembali ke Jakarta pada 1950.
Pada 1959, status Jakarta yang kala itu masih menjadi bagian dari provinsi Jawa Barat berubah dari Jakarta Raya menjadi DKI Jakarta dengan Sumarno sebagai Gubernur pertama. DKI Jakarta terdiri dari kabupaten kota administrasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan kabupaten Kepulauan Seribu. Setelah menjadi provinsi sendiri pada 28 Agustus 1961, Jakarta resmi menjadi ibu kota Indonesia.
2. Bireuen (1948)
Mengetahui ibu kota Indonesia dipindahkan ke Jogkarta, pasukan tentara Belanda terus melakukan penyerangan. Mereka menuju Jogkarta dan melakukan agresi militer ke-2 untuk merebut Jogkakarta. Tokoh penting Indonesia seperti Presiden Sukarno ditangkap hingga diasingkan.
Ibu kota Indonesia akhirnya dipindahkan kembali dari Jogjakarta ke Bireuen pada 18 Juni 1948. Bireuen saat ini adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh. Bireuen dipilih jadi ibu kota Indonesia karena dikelilingi perbukitan yang dapat menjadi benteng alam untuk melindungi pusat pemerintahan dari serangan musuh.
3. Jogjakarta (1946 dan 1949)
Pada 16 September 1945, pasukan tentara sekutu Belanda datang kembali ke Indonesia dan berlabuh di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tujuannya untuk mengusir tentara Jepang dan masih menganggap Indonesia sebagai negara jajahannya sehingga ingin menguasai Jakarta sebagai ibu kota.
Hal ini membuat situasi Jakarta menjadi tidak aman. Belanda kemudian mendirikan kantor NICA dan berusaha menguasai Jakarta hingga pada 1946, Sultan Hamengkubuwono ke-9 mengirim pesan ke Presiden Sukarno untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Jogjakarta yang kemudian diresmikan pada 4 Januari 1946.
Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kembali ke Jogkarkarta setelah pengasingan Belanda. Setelah situasi kondusif, ibu kota Indonesia akhirnya dikembalikan ke Jogjakarta dari Bukittinggi pada 6 Juni 1949.
4. Bukittinggi (1948)
Pemerintah kembali memutuskan memindahkan ibu kota dari Bireuen ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Pemindahan ibu kota ini dilakukan pada 19 Desember 1948. Bukittinggi dipilih menjadi ibu kota baru karena dikelilingi benteng alam yang dapat melindungi ibu kota sekaligus pertahanan dari serangan musuh.
(dra)