PSBB Berdampak pada Penambahan Volume Sampah Plastik

Minggu, 14 Juni 2020 - 15:32 WIB
loading...
PSBB Berdampak pada...
Perubahan kebiasaan belanja rumah tangga selama masa PSBB berkontribusi terhadap meningkatnya sampah plastik sekali pakai dalam persentase sampah domestik. Foto Ilustrasi/Freepik
A A A
JAKARTA - Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ternyata memberi dampak pada meningkatnya volume sampah plastik di tingkat rumahan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, penggunaan layanan pesan antar meningkat di area Jabodetabek selama masa PSBB. Perubahan kebiasaan belanja rumah tangga seperti ini berkontribusi terhadap meningkatnya sampah plastik sekali pakai dalam persentase sampah domestik.

Sampah rumah tangga merupakan penyumbang terbesar dari total sampah nasional, yang besarnya mencapai 62%. Maka itu, diperlukan kesadaran dari segala pihak untuk menekan jumlah sampah ini. ( )

Di kalangan industri, kebijakan terkait pengurangan sampah plastik sudah diberlakukan.

"Pemerintah telah menerbitkan kebijakan untuk mewujudkan peta jalan pengurangan sampah oleh produsen yang dapat menjadi panduan bagi upaya pengurangan sampah menuju era baru pengelolaan sampah. Peran produsen menjadi salah satu elemen penting dalam mewujudkan manajemen pengelolaan sampah yang lebih baik,” kata Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dr. Ir. Novrizal Tahar IPM melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.

“KLHK juga melakukan pemantauan dan pengawasan upaya produsen dalam mengurangi sampah melalui pengumpulan data jumlah serta jenis bahan baku produk dan kemasan yang mereka gunakan. Sementara itu, kampanye pengurangan sampah dari rumah terus dilakukan sebagai bagian dari upaya menekan jumlah timbulan sampah secara nasional. Seperti contohnya memilih produk yang dapat dikomposkan, didaur ulang, dan dapat diguna ulang," lanjutnya.

Sementara itu Pakar Teknologi Lingkungan Institut Teknologi Bandung Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri menyampaikan pentingnya kesadaran dan partisipasi seluruh pihak dalam mengelola sampah.

“Pengelolaan sampah tidak bisa hanya bergantung pada konsep kumpul-angkut-buang, tapi harus melibatkan semua pihak. Produsen, misalnya, memiliki tanggung jawab untuk mengurangi sampah dengan inovasi kemasan dan model bisnis. Contohnya dengan memakai kemasan guna ulang yang bisa dikembalikan,” kata Enri.

"Sebisa mungkin konsumen perlu memilih produk yang sifatnya sirkular atau bisa dikembalikan agar jumlah sampah yang dihasilkan bisa ditekan. Selain itu, penting juga memilah sampah rumah tangga atau bahkan mengolah sampah organik di rumah untuk kegunaan lain seperti kompos," tambahnya.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan yang menerapkan konsep ekonomi sirkular dengan memperkenalkan kemasan guna ulang, salah satunya Danone-AQUA yang telah menggunakan kemasan galon guna ulang sejak 1983.

Danone-AQUA juga baru saja meraih penghargaan Kinerja Pengurangan Sampah oleh Produsen dari KLHK untuk ketiga kali. Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri LHK Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar kepada Presiden Direktur PT Tirta Investama (Danone-AQUA) Corine Tap secara virtual awal pekan lalu.

Swietenia Puspa Lestari, penyelam sekaligus pendiri Divers Clean Action (DCA), sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada permasalahan sampah di lautan dan pengembangan masyarakat pesisir, mengatakan bahwa ada beberapa gerakan yang masyarakat bisa ikuti untuk menjaga lingkungan di masa New Normal.

"Misalnya dengan menggunakan masker guna ulang bagi yang sehat agar lebih mudah membedakan mana sampah infeksius dari rumah tangga, menggunakan alat makan cuci ulang, serta memilah sampah dari rumah agar membantu pengelolaan sampah yang optimal dan tidak mencemari lingkungan,” ujar Swietenia.

Data dari LIPI menunjukkan, jasa delivery makanan dan produk belanja online meningkat dua kali lipat dan 96% kemasannya adalah plastik. ( )

"Kita bisa mengurangi sampah dengan memilih opsi pengiriman alternatif yang tidak menambah sampah. Dengan mengubah perilaku di rumah, kita turut mencegah kerusakan lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana kesehatan di kemudian hari," pungkas Swietenia.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2066 seconds (0.1#10.140)