2 Tahun Pandemi, WHO Sesalkan Dunia Terlambat Sadari Bahaya Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tepat kemarin (11/3) dua tahun pandemi Covid-19 mengguncang dunia dengan virus bersifat mudah menular dan terus berkembang muncul berbagai varian. Namun, organisasi kesehatan dunia (WHO) merasa frustasi dan kesal karena dunia terlambat menyadari virus Covid-19.
WHO mendeklarasikan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC), tingkat alarm tertinggi dalam peraturan kesehatan global pada 30 Januari 2020, ketika, di luar China, kurang dari 100 kasus dan tidak ada kematian yang dilaporkan.
"Peringatan di bulan Januari jauh lebih penting daripada pengumuman di bulan Maret," kata Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan, dilansir dari France 24, Minggu (13/3/2022).
Penyebab WHO merasa kesal karena pemerintah tidak mengindahkan peringatan awal. Ryan mengatakan deklarasi PHEIC jatuh di telinga tuli.
Dia mengatakan deklarasi pandemi hanya menyatakan yang sudah jelas setelah itu terjadi dan bersikeras negara-negara memiliki banyak pemberitahuan sebelumnya. Kemudian, jumlah kasus pun meluas ke berbagai negara, pada 11 Maret 2020, jumlah kasus di luar China telah meningkat 13 kali lipat.
Dengan lebih dari 118.000 orang terjangkit penyakit ini di 114 negara, dan 4.291 orang kehilangan nyawa dan menyusul lonjakan kematian di Italia dan Iran.
"Kami sangat prihatin dengan tingkat penyebaran dan keparahan yang mengkhawatirkan dan dengan tingkat kelambanan yang mengkhawatirkan," kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Sekadar informasi, Indonesia kini menunjukkan penurunan cukup signifikan menjadi 14.900. Angka ini lebih rendah daripada kasus per 1 Februari 2022 lalu yang sempat menyentuh angka 16.021. Dengan angka kesembuhan tercatat sebanyak 33.733, sedikit berkurang dari hari kemarin yang sempat tercatat 39.212.
WHO mendeklarasikan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC), tingkat alarm tertinggi dalam peraturan kesehatan global pada 30 Januari 2020, ketika, di luar China, kurang dari 100 kasus dan tidak ada kematian yang dilaporkan.
"Peringatan di bulan Januari jauh lebih penting daripada pengumuman di bulan Maret," kata Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan, dilansir dari France 24, Minggu (13/3/2022).
Penyebab WHO merasa kesal karena pemerintah tidak mengindahkan peringatan awal. Ryan mengatakan deklarasi PHEIC jatuh di telinga tuli.
Dia mengatakan deklarasi pandemi hanya menyatakan yang sudah jelas setelah itu terjadi dan bersikeras negara-negara memiliki banyak pemberitahuan sebelumnya. Kemudian, jumlah kasus pun meluas ke berbagai negara, pada 11 Maret 2020, jumlah kasus di luar China telah meningkat 13 kali lipat.
Dengan lebih dari 118.000 orang terjangkit penyakit ini di 114 negara, dan 4.291 orang kehilangan nyawa dan menyusul lonjakan kematian di Italia dan Iran.
"Kami sangat prihatin dengan tingkat penyebaran dan keparahan yang mengkhawatirkan dan dengan tingkat kelambanan yang mengkhawatirkan," kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Sekadar informasi, Indonesia kini menunjukkan penurunan cukup signifikan menjadi 14.900. Angka ini lebih rendah daripada kasus per 1 Februari 2022 lalu yang sempat menyentuh angka 16.021. Dengan angka kesembuhan tercatat sebanyak 33.733, sedikit berkurang dari hari kemarin yang sempat tercatat 39.212.
(hri)