Mengenal Metode Cuci Otak Dokter Terawan yang Berujung Pemecatan Anggota IDI

Rabu, 30 Maret 2022 - 08:53 WIB
loading...
A A A
"Di dunia medis, cuci otak disebut dengan DSA yang kemudian kami modifikasi dengan tujuan meningkatkan keamanan bagi pasien, keamanan dari radiasi, dari ancaman pada ginjalnya, dan keamanan dari teknik tindakannya," papar Dokter Terawan kala itu.

Pasien yang akan menjalani terapi DSA akan diawali dengan pemeriksaan detail menggunakan diagnostik yang paling canggih, lalu dilakukan check-up lengkap. Pengecekan otak dengan MRI lalu neurologis pun dilakukan untuk menunjang terapi.

Jika hasil observasi sudah dikantongi, tim dokter akan mendiagnosis apakah kelainan tersebut ada di otak atau seluruh tubuh. Letak sumbatan akan menentukan tim dokter yang dikerahkan. Jika sudah, keputusan terapi DSA diberikan ke pasien atau tidak pun akan keluar dari hasil pengamatan dokter-dokter ahli yang terlibat itu.

Jika memang pasien direkomendasikan untuk menjalani DSA, maka tim dokter di bawah pengawasan Dokter Terawan akan melakukan modifikasi DSA sehingga keamanan pada pasien terjamin dan keadaan pasien jauh lebih baik, karena didiagnosis dengan tepat.

Modifikasi DSA yang dimaksud Dokter Terawan itu ialah proses penurunan dosis radiasi DSA biasa (di atas 300 satuan radiasi), diturunkan menjadi 25 satuan radiasi. Ada beberapa bahan lain yang diperlukan, seperti cairan kontras sebanyak 10 cc.

Cairan heparin dipakai Dokter Terawan sebagai medium penghancur plak atau lemak yang menyumbat pembuluh darah, penyebab stroke. Dengan dileburnya plak atau lemak di pembuluh darah, aliran darah bisa kembali lancar. Teknik pembersihannya menggunakan selang kecil yang ditempatkan di titik sumbatan.

"Hampir semua rumah sakit di Indonesia sudah melakukan metode ini, karena saya telah menyebarkannya sejak 2006. Metode cuci otak ini sudah melayani puluhan ribu pasien, tiap tahunnya bisa 3.000 pasien," kata Dokter Terawan.

Mantan Menteri Kesehatan tersebut mengungkapkan bahwa sekali terapi, waktu yang dibutuhkan itu sekitar 25 menit. Setelah pasien menjalani DSA, check up rutin adalah hal yang harus dilakukan pasien untuk memantau kondisi otak pascatindakan DSA.

Dokter Terawan cukup percaya diri bahwa metode cuci otak yang dikembangkannya hingga saat ini belum ada laporan efek samping yang buruk. Itu juga yang membuatnya yakin bahwa cuci otak untuk stroke ini bisa terus diberikan ke pasien sebagai terapi penanganan stroke.

Bahkan, ada klaim yang beredar mengenai terapi cuci otak Dokter Terawan ini adalah tindakan modifikasi DSA tersebut bisa menyembuhkan pasien stroke 4-5 jam pascatindakan medis dilakukan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2473 seconds (0.1#10.140)