Kisah Furiyanti yang Sukses Bawa Telur Gabus Jadi Camilan Berkelas

Selasa, 05 April 2022 - 11:00 WIB
loading...
A A A
Salah satu langkah ekstrem yang pernah dia lakukan adalah saat Furiyanti memutuskan untuk kembali ke Australia, mencoba peruntungan di sana namun takdir berkata lain. Furiyanti hanya bertahan 6 bulan dan dia memutuskan kembali ke Tanah Air.

Sekembalinya ke Indonesia, Furiyanti yang sempat bekerja sebagai direktur komunikasi di salah satu konglomerasi ternama terpikir untuk mendirikan usaha. Ini karena dia merasa sosoknya kerap dicurhati oleh orang lain terkait masalah hidupnya, dan kebetulan dia juga orang pendengar yang baik.


Akhirnya Furiyanti memutuskan meninggalkan dunia korporat dan mulai usaha perusahaan coaching usai disarankan oleh temannya. Kemudian perjalanan hidup membawanya kepada inspirasi untuk mendirikan Kata Oma. Saat bekerja sebagai direktur dan sedang merintis Dream Centre, Furiyanti terkadang membawa telur gabus buatan ibunya.

Tak disangka telur gabus tersebut banyak menuai antusiasme dari orang-orang di sekitarnya. Furiyanti semakin serius menekuni bisnis rintisannya tersebut hingga akhirnya di 2018, dia mantap menggunakan brand Kata Oma lantaran resep yang digunakan berasal dari sang ibunda, yang sudah berstatus nenek alias oma.

“Kata Oma, yang pasti kita itu we want to honour oma. Karena memang ini resepnya dari seorang oma yang autentik. Selain itu Oma adalah kependekan dari otentik masakan alami, Makanya value DNA Kata Oma ini autentik. Ya resepnya dibikin dari seorang oma yang dia racik sedemikian rupa, hanya menggunakan bahan-bahan alami supaya jadi camilan yang terbaik buat anak cucunya," jelas Furiyanti.

Diakuinya, tantangan terus ada, terlebih terkait aspek terpenting dalam bisnis yakni 4P (Production, Price, Promotion dan Place) serta distribusi. Untuk mengatasi hal tersebut, Furiyanti menerapkan sejumlah strategi yang cukup cemerlang sehingga bisa membuat Kata Oma sukses seperti saat ini. Seperti menjaga kualitas produk, menggunakan bahan yang segar dengan menerapkan standar tinggi.

“Produk itu nggak mudah ya, apalagi Kata Oma hanya menggunakan bahan alami, tanpa pengawet, jadi apabila kualitas bahan dasar tidak stabil, pasti kualitas keseluruhan produk akan terpengaruh. Padahal untuk satu produk komponen bahan dasar alaminya begitu banyak, jadi kompleks. Misalnya untuk produk unggulan varian gula aren, ada kegagalan panen aren, nah pengaruh semua ke rasa produk," ungkap Furiyanti.

Lalu terkait promosi, Kata Oma awalnya menggunakan sistem reseller karena menurut Furiyanti, teknik tersebut jauh lebih murah dan efektif untuk memasarkan produk. Selain itu, Furiyanti mengungkapkan, bisnis yang baik adalah yang menjawab suatu permasalahan konsumen. Dia mencontohkan bagaimana produk Kata Oma menyasar target audiensnya yakni ibu-ibu muda.


“Target utama Kata Oma adalah millennials mom. Kenapa sih kita butuh tau konsumen kita, karena kita mengetahui apa kebutuhan mereka. Ibu-ibu cari snack buat keluarga dan anak pastinya yang aman, yang nggak bikin batuk, sakit perut, alergi, itulah yang kita hadirkan di Kata Oma," tandasnya.
(dra)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1633 seconds (0.1#10.140)