Stres Karena Media Sosial Bisa Diatasi dengan Self Healing, Begini Caranya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di dunia serba digital, media sosial mempunyai peran yang sangat besar bagi kehidupan. Melalui media sosial ini, seseorang bisa saling terhubung dengan teman dan kerabat, membangun jejaring baru, serta bersosialisasi.
Namun di luar manfaat utamanya, media sosial bisa memberi dampak negatif, lho! Misalnya, menjadi pemicu seseorang mengalami stres karena adanya budaya flexing atau pamer. Di media sosial seseorang juga rawan kena bulying yang bisa menyebabkan depresi .
Sekjen Kartini Perindo, Eva Mutia turut membahas persoalan tersebut dalam Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia, Minggu (10/4/2022). Dia menjelaskan, betapa pentingnya penggunaan media sosial yang bijak untuk menghindari diri dari stres.
“Menurut saya, peran media sosial juga punya andil untuk membuat orang stres,” kata Eva Mutia seperti dikutip dari YouTube Partai Perindo, Minggu (10/4/2022).
Contohnya, melihat pencapaian-pencapaian orang lain yang membuat diri merasa kecil atau tidak mampu. Atau melihat sesuatu postingan yang membuat kesal, tidak suka, maupun cemas dan khawatir.
Namun, hal itu bisa diantisipasi oleh diri sendiri. Sebab media sosial bisa dikontrol oleh pengguna. Jadi, alih-alih dikontrol, lebih baik mengontrol media sosial.
“Itu balik lagi ke diri sendiri. Kalau misalnya kontennya buat kita merasa tak nyaman, enggak usah difollow. Kalau menurut saya, kita jangan terlalu terpancing sama media sosial,” ujarnya.
Namun di luar manfaat utamanya, media sosial bisa memberi dampak negatif, lho! Misalnya, menjadi pemicu seseorang mengalami stres karena adanya budaya flexing atau pamer. Di media sosial seseorang juga rawan kena bulying yang bisa menyebabkan depresi .
Sekjen Kartini Perindo, Eva Mutia turut membahas persoalan tersebut dalam Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia, Minggu (10/4/2022). Dia menjelaskan, betapa pentingnya penggunaan media sosial yang bijak untuk menghindari diri dari stres.
“Menurut saya, peran media sosial juga punya andil untuk membuat orang stres,” kata Eva Mutia seperti dikutip dari YouTube Partai Perindo, Minggu (10/4/2022).
Contohnya, melihat pencapaian-pencapaian orang lain yang membuat diri merasa kecil atau tidak mampu. Atau melihat sesuatu postingan yang membuat kesal, tidak suka, maupun cemas dan khawatir.
Namun, hal itu bisa diantisipasi oleh diri sendiri. Sebab media sosial bisa dikontrol oleh pengguna. Jadi, alih-alih dikontrol, lebih baik mengontrol media sosial.
“Itu balik lagi ke diri sendiri. Kalau misalnya kontennya buat kita merasa tak nyaman, enggak usah difollow. Kalau menurut saya, kita jangan terlalu terpancing sama media sosial,” ujarnya.
(wur)