Apa Beda Anxiety dan Depresi? Ini Penjelasan Psikolog
loading...
A
A
A
JAKARTA - Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia membahas tentang kesehatan mental di kalangan generasi anak muda. Dalam tajuk Ini Jurus Kupas Tuntas Hempas Anxiety Buat Gen Z, Herjuno Syahputra selaku host membahas seputar kesehatan mental bersama psikolog Mazdha Ariefriyendho dan Sabrina L Siswopandoyo.
Salah satu yang dibahas yakni perbedaan antara anxiety dan depresi. Keduanya merupakan gangguan kesehatan mental yang umum dijumpai di kalangan masyarakat, termasuk generasi muda.
Mazdha menjelaskan, anxiety dan depresi adalah dua hal yang berbeda namun berkesinambungan.
“Simpelnya, kalau anxiety, cemas, itu seperti kita punya kegelisahan, entah itu seperti ada ancaman atau merasa not good enough,” kata dia seperti dikutip dari kanal YouTube Partai Perindo, Senin (11/4/2022).
Kegelisahan atau cemas tersebut jika didiamkam bisa menjadi kecemasan atau gangguan.
“Ini adalah situasi di mana cemasnya itu sudah berlebihan. Bahkan ketika stressor-nya sudah tidak ada, tapi gejalanya masih dirasakan, secara emosi ada rasa enggak nyaman, enggak enaknya, dan fisik juga merasakan hal yang sama,” jelas Mazdha.
Bila kecemasan ini berlanjut, sambung dia, maka tidak menutup kemungkinan akan rentan mengalami depresi.
“Kalau sudah depresi, itu sudah menyerang lima aspek dalam kehidupan kita. Secara fisik, entah itu asam lambung naik, kognisi merasa rendah diri, jadi self defeating, dan sebagainya,” ujarnya.
Oleh karena itu, masalah kesehatan mental sekecil apa pun tidak boleh disepelekan. “Bukan hanya depresi nantinya, tapi bisa mengalami learn helplessness atau belajar menjadi orang yang pesimis,” kata Mazdha.
Salah satu yang dibahas yakni perbedaan antara anxiety dan depresi. Keduanya merupakan gangguan kesehatan mental yang umum dijumpai di kalangan masyarakat, termasuk generasi muda.
Mazdha menjelaskan, anxiety dan depresi adalah dua hal yang berbeda namun berkesinambungan.
“Simpelnya, kalau anxiety, cemas, itu seperti kita punya kegelisahan, entah itu seperti ada ancaman atau merasa not good enough,” kata dia seperti dikutip dari kanal YouTube Partai Perindo, Senin (11/4/2022).
Kegelisahan atau cemas tersebut jika didiamkam bisa menjadi kecemasan atau gangguan.
“Ini adalah situasi di mana cemasnya itu sudah berlebihan. Bahkan ketika stressor-nya sudah tidak ada, tapi gejalanya masih dirasakan, secara emosi ada rasa enggak nyaman, enggak enaknya, dan fisik juga merasakan hal yang sama,” jelas Mazdha.
Bila kecemasan ini berlanjut, sambung dia, maka tidak menutup kemungkinan akan rentan mengalami depresi.
“Kalau sudah depresi, itu sudah menyerang lima aspek dalam kehidupan kita. Secara fisik, entah itu asam lambung naik, kognisi merasa rendah diri, jadi self defeating, dan sebagainya,” ujarnya.
Oleh karena itu, masalah kesehatan mental sekecil apa pun tidak boleh disepelekan. “Bukan hanya depresi nantinya, tapi bisa mengalami learn helplessness atau belajar menjadi orang yang pesimis,” kata Mazdha.
(tsa)