Keberdayaan Diri Terbangun lewat Sikap Rendah Hati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sikap rendah hati lekat dengan perilaku orang baik. Untuk menjadi orang baik, sejatinya dibutuhkan keberanian.
Hal itu diungkapkan Muhammad Supriadi, seorang Personal Power Specialist dari Asosiasi Tempa Trainers Guild (TTG) dalam webinar Gerakan #akuberdaya bertajuk Dare to Good, Pribadi Berkelas Memperlakukan Diri Sendiri dan Orang Lain dengan Penuh Penghargaan, baru-baru ini.
Penulis buku berjudul Two Win Heart ini kemudian memberi contoh sosok pedagang nasi megono yang kerap ditemui saat melakukan olahraga pagi di sekitar tempat tinggalnya. Pakde Yono, begitu Supriadi menyapa, tak seperti pedagang kebanyakan yang kerap ditemuinya di sepanjang jalan yang dilalui saat jogging pagi.
“Saya kenal Pakde Yono karena tempat mangkal gerobaknya kerap saya lalui. Saya suka sarapan nasi megono di sana. Nah, tak jauh dari pangkalan Pakde, tiba-tiba ada yang jualan dengan produk yang sama. Saya bertanya, Pakde apa nggak marah, ada pesaing? Dia jawab, biar saja Pak. Orang itu kan juga punya anak, punya istri. Biarkan nanti orang yang menilai. Kalau mereka suka taste masakan yang saya jual, pasti mereka akan bertahan di sini," kisah Supriadi.
"Saya terharu mendengarnya. Ternyata dia juga nggak mengeluh ke sekuriti yang menjaga daerah itu. Sikap baik Pakde ini membawanya pada kerendahan hati. Kemudian menjadi orang yang bijaksana,” tambahnya.
Jika diibaratkan, tangan kanan memegang teko berisi air mineral, sebelah kiri gelas. Orang yang rendah hati meletakkan hatinya lebih rendah dari teko. Pada saat air mineral dituangkan, akan masuk ke dalam gelas.
Tetapi orang yang tinggi hati, dia letakkan gelasnya lebih tinggi dari air mineralnya. Maka apa yang terjadi, air itu tidak akan pernah masuk ke dalam gelas dan dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali kesombongan.
Terkait memberdayakan diri, Supriadi memberi pertanyaan pada audiens yang mengikuti webinarnya itu.
“Bayangkan diri Anda dalam 5 tahun yang akan datang? Kalau ditanyakan hal ini, imajinasi apa yang muncul dalam benak Anda?” tanya Supriadi, serius.
Namun, hanya beberapa orang yang memberi jawaban. Menurut Supriadi, orang yang tidak mendesain apa-apa pada kehidupannya di masa depan, dapat dikatakan sebagai orang yang jahat terhadap diri sendiri.
Supriadi memberi rumus sederhana agar kita dapat menyusun rencana masa depan dengan SMART yang meliputi:
1. Spesifik
Menciptakan mimpi yang spesifik. Mimpi spesifik seperti ini mudah diterjemahkan oleh otak.
2. Measurable alias Terukur
Menjadi orang kaya, apa ukurannya? Mimpi menjadi orang kaya ini tidak bisa dieksekusi di level tindakan. Beda halnya ketika Anda mengatakan saya ingin punya ruko 12. Setiap bulan, jatuh tempo, maka saya menerima gaji dari hasil ruko sebanyak 12 pintu. Clear ya, bisa diukur 12-nya.
3. Attainable alias Dapat Dicapai
Jangan menetapkan mimpi yang tidak pernah bisa kita raih. Harus relavan dengan misi hidup Anda.
4. Reward atau Penghargaan
5. Time Bound alias Berbatas Waktu
Anda harus tetapkan batas waktunya berapa lama.
"Dalam setiap pelatihan, tidak banyak yang berani menuliskan mimpinya. Hidup ini milik Anda, bukan milik orang lain. Tapi Anda tidak mengerti bagaimana hidup Anda 5, 10 tahun yang akan datang. Padahal untuk menjadi baik butuh keberanian, imajinasikan ke dalam benak Anda. Apa yang akan terjadi berikutnya? Anda bakal mendapatkan kekuatan di dalam diri Anda,” pungkas Supriadi.
Sebagai informasi, #akuberdaya merupakan gerakan yang bertujuan melejitkan keberdayaan 1 juta kaum perempuan dan digagas oleh desainer Nina Septiana, Founder Brand Nina Nugroho. Pada 24 September 2021, kampanye gerakan #akuberdaya digaungkan ditandai dengan pencanangan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga di Langham Hotel, Jakarta Selatan.
Lihat Juga: L'Oréal Pertegas Komitmen untuk Suarakan Pemberdayaan Perempuan lewat Festival Film Cannes 2024
Hal itu diungkapkan Muhammad Supriadi, seorang Personal Power Specialist dari Asosiasi Tempa Trainers Guild (TTG) dalam webinar Gerakan #akuberdaya bertajuk Dare to Good, Pribadi Berkelas Memperlakukan Diri Sendiri dan Orang Lain dengan Penuh Penghargaan, baru-baru ini.
Penulis buku berjudul Two Win Heart ini kemudian memberi contoh sosok pedagang nasi megono yang kerap ditemui saat melakukan olahraga pagi di sekitar tempat tinggalnya. Pakde Yono, begitu Supriadi menyapa, tak seperti pedagang kebanyakan yang kerap ditemuinya di sepanjang jalan yang dilalui saat jogging pagi.
“Saya kenal Pakde Yono karena tempat mangkal gerobaknya kerap saya lalui. Saya suka sarapan nasi megono di sana. Nah, tak jauh dari pangkalan Pakde, tiba-tiba ada yang jualan dengan produk yang sama. Saya bertanya, Pakde apa nggak marah, ada pesaing? Dia jawab, biar saja Pak. Orang itu kan juga punya anak, punya istri. Biarkan nanti orang yang menilai. Kalau mereka suka taste masakan yang saya jual, pasti mereka akan bertahan di sini," kisah Supriadi.
"Saya terharu mendengarnya. Ternyata dia juga nggak mengeluh ke sekuriti yang menjaga daerah itu. Sikap baik Pakde ini membawanya pada kerendahan hati. Kemudian menjadi orang yang bijaksana,” tambahnya.
Jika diibaratkan, tangan kanan memegang teko berisi air mineral, sebelah kiri gelas. Orang yang rendah hati meletakkan hatinya lebih rendah dari teko. Pada saat air mineral dituangkan, akan masuk ke dalam gelas.
Tetapi orang yang tinggi hati, dia letakkan gelasnya lebih tinggi dari air mineralnya. Maka apa yang terjadi, air itu tidak akan pernah masuk ke dalam gelas dan dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali kesombongan.
Terkait memberdayakan diri, Supriadi memberi pertanyaan pada audiens yang mengikuti webinarnya itu.
“Bayangkan diri Anda dalam 5 tahun yang akan datang? Kalau ditanyakan hal ini, imajinasi apa yang muncul dalam benak Anda?” tanya Supriadi, serius.
Namun, hanya beberapa orang yang memberi jawaban. Menurut Supriadi, orang yang tidak mendesain apa-apa pada kehidupannya di masa depan, dapat dikatakan sebagai orang yang jahat terhadap diri sendiri.
Supriadi memberi rumus sederhana agar kita dapat menyusun rencana masa depan dengan SMART yang meliputi:
1. Spesifik
Menciptakan mimpi yang spesifik. Mimpi spesifik seperti ini mudah diterjemahkan oleh otak.
2. Measurable alias Terukur
Menjadi orang kaya, apa ukurannya? Mimpi menjadi orang kaya ini tidak bisa dieksekusi di level tindakan. Beda halnya ketika Anda mengatakan saya ingin punya ruko 12. Setiap bulan, jatuh tempo, maka saya menerima gaji dari hasil ruko sebanyak 12 pintu. Clear ya, bisa diukur 12-nya.
3. Attainable alias Dapat Dicapai
Jangan menetapkan mimpi yang tidak pernah bisa kita raih. Harus relavan dengan misi hidup Anda.
4. Reward atau Penghargaan
5. Time Bound alias Berbatas Waktu
Anda harus tetapkan batas waktunya berapa lama.
"Dalam setiap pelatihan, tidak banyak yang berani menuliskan mimpinya. Hidup ini milik Anda, bukan milik orang lain. Tapi Anda tidak mengerti bagaimana hidup Anda 5, 10 tahun yang akan datang. Padahal untuk menjadi baik butuh keberanian, imajinasikan ke dalam benak Anda. Apa yang akan terjadi berikutnya? Anda bakal mendapatkan kekuatan di dalam diri Anda,” pungkas Supriadi.
Sebagai informasi, #akuberdaya merupakan gerakan yang bertujuan melejitkan keberdayaan 1 juta kaum perempuan dan digagas oleh desainer Nina Septiana, Founder Brand Nina Nugroho. Pada 24 September 2021, kampanye gerakan #akuberdaya digaungkan ditandai dengan pencanangan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga di Langham Hotel, Jakarta Selatan.
Lihat Juga: L'Oréal Pertegas Komitmen untuk Suarakan Pemberdayaan Perempuan lewat Festival Film Cannes 2024
(tsa)