6 Film Jepang Khusus 21 Tahun ke Atas, Brutal dan Vulgar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Film Jepang memang terkenal nyentrik di kalangan pecinta sinema. Di antara film-film laga dan kocak yang diterbitkan sutradara Jepang, ada juga beberapa karya yang dianggap kontroversial ataupun tabu.
Bagi yang sudah dewasa dan penasaran, di bawah ini terangkum judul-judul film Jepang yang hanya boleh disaksikan oleh penonton berusia 21 tahun ke atas.
1. Audition
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas yang pertama adalah Audition. Merupakan film karya Takashi Miike, film ini berkisah tentang seorang pengusaha yang kehilangan hasrat untuk melanjutkan hidup setelah ditinggal mati istrinya.
Demi melihat ayahnya ceria kembali, sang putra lantas membuat sebuah audisi untuk mencarikan istri baru buat si ayah. Namun, gara-gara audisi ini, sang ayah malah bertemu dengan perempuan misterius yang punya banyak rahasia kelam.
2. In the Realm of the Senses
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas yang kedua adalah In the Realm of the Senses. Dinobatkan sebagai film paling kontroversial sepanjang sejarah perfilman, In the Realm of the Senses merupakan film semi-biografi Sada Abe, perempuan yang mencekik dan memotong penis kekasihnya untuk dijadikan jimat.
Karena memuat banyak adegan panas, sutradara Nagisa Oshima sempat dikejar aparat Jepang dan harus menyelesaikan syuting film ini di Prancis.
3. Battle Royale
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas berikutnya adalah Battle Royale. Merupakan cetak biru untuk kisah-kisah sejenis Hunger Games dan Squid Game, film ini berkisah tentang satu angkatan anak SMA yang diculik ke sebuah pulau dan diharuskan membunuh satu sama lain demi memenangkan sebuah permainan.
Punya banyak elemen sadis dan adegan seksual vulgar, film Battle Royale sempat dicekal di beberapa negara.
4. Grotesque
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas selanjutnya ada Grotesque. Seperti judulnya, film ini menampilkan adegan yang dianggap terlalu sadis oleh banyak kalangan.
Tak punya jalan cerita yang jelas, film ini menampilkan sesosok dokter yang melakukan eksperimen terlarang terhadap tubuh para pasiennya. Ketika ditanya soal film ini, sang sutradara Koji Shiraishi mengungkap bahwa ia membuat Grotesque untuk menguji seberapa jauh pasar internasional mau mengedarkan karyanya.
5. Imprint
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas lainnya adalah Imprint. Lagi-lagi berasal dari buah pikiran Takashi Miike, Imprint berkisah tentang seorang jurnalis Amerika yang pergi ke Jepang untuk mencari kekasihnya.
Sayang, begitu sampai di sana, seorang pelacur bercerita bahwa kekasih sang jurnalis sudah meninggal karena disiksa secara sadis. Adegan-adegan penyiksaan yang dialami sang kekasih kemudian ditampilkan dalam bentuk kilas balik.
6. Guinea Pig: Flower of Flesh and Blood
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas terakhir dalam daftar ini adalah Guinea Pig: Flower of Flesh and Blood. Film ini punya cerita yang sederhana, yaitu seorang pembunuh berantai dalam pakaian samurai mengejar seorang perempuan untuk menyiksa dan mengubahnya menjadi sebuah karya seni brutal.
Akibat adegan sadis yang kelewat realistis, sutradara Hideshi Hino harus membuat surat pernyataan kepada publik bahwa film ini bersifat fiktif dan tak ada aktor yang disakiti sama sekali.
Bagi yang sudah dewasa dan penasaran, di bawah ini terangkum judul-judul film Jepang yang hanya boleh disaksikan oleh penonton berusia 21 tahun ke atas.
1. Audition
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas yang pertama adalah Audition. Merupakan film karya Takashi Miike, film ini berkisah tentang seorang pengusaha yang kehilangan hasrat untuk melanjutkan hidup setelah ditinggal mati istrinya.
Demi melihat ayahnya ceria kembali, sang putra lantas membuat sebuah audisi untuk mencarikan istri baru buat si ayah. Namun, gara-gara audisi ini, sang ayah malah bertemu dengan perempuan misterius yang punya banyak rahasia kelam.
2. In the Realm of the Senses
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas yang kedua adalah In the Realm of the Senses. Dinobatkan sebagai film paling kontroversial sepanjang sejarah perfilman, In the Realm of the Senses merupakan film semi-biografi Sada Abe, perempuan yang mencekik dan memotong penis kekasihnya untuk dijadikan jimat.
Karena memuat banyak adegan panas, sutradara Nagisa Oshima sempat dikejar aparat Jepang dan harus menyelesaikan syuting film ini di Prancis.
3. Battle Royale
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas berikutnya adalah Battle Royale. Merupakan cetak biru untuk kisah-kisah sejenis Hunger Games dan Squid Game, film ini berkisah tentang satu angkatan anak SMA yang diculik ke sebuah pulau dan diharuskan membunuh satu sama lain demi memenangkan sebuah permainan.
Punya banyak elemen sadis dan adegan seksual vulgar, film Battle Royale sempat dicekal di beberapa negara.
4. Grotesque
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas selanjutnya ada Grotesque. Seperti judulnya, film ini menampilkan adegan yang dianggap terlalu sadis oleh banyak kalangan.
Tak punya jalan cerita yang jelas, film ini menampilkan sesosok dokter yang melakukan eksperimen terlarang terhadap tubuh para pasiennya. Ketika ditanya soal film ini, sang sutradara Koji Shiraishi mengungkap bahwa ia membuat Grotesque untuk menguji seberapa jauh pasar internasional mau mengedarkan karyanya.
5. Imprint
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas lainnya adalah Imprint. Lagi-lagi berasal dari buah pikiran Takashi Miike, Imprint berkisah tentang seorang jurnalis Amerika yang pergi ke Jepang untuk mencari kekasihnya.
Sayang, begitu sampai di sana, seorang pelacur bercerita bahwa kekasih sang jurnalis sudah meninggal karena disiksa secara sadis. Adegan-adegan penyiksaan yang dialami sang kekasih kemudian ditampilkan dalam bentuk kilas balik.
6. Guinea Pig: Flower of Flesh and Blood
Film Jepang khusus 21 tahun ke atas terakhir dalam daftar ini adalah Guinea Pig: Flower of Flesh and Blood. Film ini punya cerita yang sederhana, yaitu seorang pembunuh berantai dalam pakaian samurai mengejar seorang perempuan untuk menyiksa dan mengubahnya menjadi sebuah karya seni brutal.
Akibat adegan sadis yang kelewat realistis, sutradara Hideshi Hino harus membuat surat pernyataan kepada publik bahwa film ini bersifat fiktif dan tak ada aktor yang disakiti sama sekali.
(tsa)