5 Film Thailand yang Kena Sensor di Indonesia

Rabu, 01 Juni 2022 - 19:00 WIB
loading...
5 Film Thailand yang...
Sedikitnya ada lima film Thailand yang terkena sensor di Indonesia. Foto DOK SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sedikitnya ada lima film Thailand yang terkena sensor di Indonesia. Salah satu alasanya karena film tersebut berisikan adegan seks yang vulgar .

Film Thailand sendiri belakangan ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Pemerintah pun mengawasi dengan ketat isi dari fiml tersebut. Lantaran dianggap menyimpang dari budaya dan melanggar aturan undang-undang penyiaran, beberapa film Thailand itu akhirnya disensor.
Baca juga : Inilah 4 Film Thailand yang Bikin Nangis Beneran

Berikut lima film Thailand yang terkena sensor di Indonesia seperti dilansir dari berbagai sumber :

1. Syndromes and a Century (2006)

Film ini menceritakan tentang dokter dari dua tempat dan setting waktu yang berbeda. Film ini dibagi menjadi dua bagian. Karakter dan dialog di bagian kedua sama persis seperti di bagian pertama, hanya berbeda setting tempat dan akhir cerita.

Di bagian pertama di rumah sakit pedesaan Thailand, sedangkan untuk bagian kedua bertempat di rumah sakit di Bangkok.

Meski mendapat respon yang baik dari penonton, namun film garapan Apichatpong Weerasethakul ini dianggap memiliki sisi kontroversial. Karena itu beberapa adegan film ini harus disensor.

2. Insect in the Backyard (2010)

Film ini mengangkat tema LGBT. Kebanyakan film ini menceritakan tentang seorang Ayah transgender yang memiliki dua orang anak. Ayah ini berusaha sekuat tenaga untuk menghidupi anak anaknya ketika istrinya sempat meninggal dunia saat melahirkan anak keduanya.

Konflik dalam film ini bermula ketika kedua anaknya tidak menyukai identitas transgender ayahnya. Sehingga mereka mengenalkan Ayahnya pada orang lain sebagai kakak perempuannya.

Film ini memang banyak menuai pro dan kontra, terutama untuk adegan dewasa yang ditampilkan dan juga berlawanan dengan nilai yang ada dalam masyarakat. Banyaknya adegan yang kurang layak seperti adegan prostitusi dan hubungan seksual membuat film ini terkena banyak sensor.
Baca juga : 5 Film Thailand dengan Adegan Ranjang Terpanas, Nomor 3 Paling Vulgar

3. Spell (2014)

Film Thailand berikutnya yang terkena sensor yaitu Spell. Film ini bercerita tentang Prae (Wanida Termthanaporn) yang cantik dan diincar banyak pria. Suatu hari dia diberikan obat yang misterius supaya bisa bermalam dengan pria tersebut. Bukannya obatnya bereaksi justru obat itu merasuki Prae.

Film bergenre horor ini memang memiliki cukup banyak adegan vulgar yang ditampilkan. Adegan ini tentunya tidak akan luput dari penyensoran.

4. Pitupom-Fatherland (2012)

Film ini bertemakan tentang perselisihan agama yang ada di Thailand. Seorang polisi bernama Taron Yangcheepchob (Sukollawat Kanarot) yang berasal dari Bangkok merupakan penganut agama Budha. Dia adalah polisi yang sedang ditempatkan di wilayah yang terjadi konflik antar agama Islam dengan Budha.

Taron mulai melakukan penyelidikan dan mengetahui akar dari permasalahan konflik tersebut. Semakin jauh dia mencari informasi semakin tertarik juga pada agama Islam.

Film ini memang mengangkat konten yang cukup sensitif tidak hanya di Indonesia saja namun juga beberapa negara di dunia termasuk negara pembuatnya sendiri Thailand. Sehingga film ini sempat ditarik dari peredaran.

5. Cemetery of Splendour (2015)

Film ini menceritakan tentang seorang tentara Itt (Banlop Lomnoi), yang menderita penyakit tidur dan dirawat di sebuah klinik. Suster yang bernama Jenjira (Jenjira Pongpas) di sini bertugas untuk mengawasinya.

Jenjira menduga bahwa penyakit yang diderita oleh tentara ini berkaitan dengan situs kuno yang berada di klinik tersebut.

Film Thailand ini sempat diboikot oleh sutradaranya sendiri dan memilih tidak merilisnya. Alasannya adalah karena film ini mengandung unsur cerita tentang penumpasan militer tahun 1965.
(bim)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2291 seconds (0.1#10.140)