Indonesia Gandeng Denmark Rilis Kurikulum Pelatihan Penanganan Diabetes Bagi Nakes
loading...
A
A
A
JAKARTA - Novo Nordisk Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia, dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) meluncurkan kurikulum pelatihan penanganan diabetes terakreditasi untuk tenaga kesehatan di seluruh Indonesia. Peluncuran ini digelar di Jakarta, Sabtu (25/6/20220).
Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia karena menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prevalensi diabetes terus meningkat karena banyaknya kasus yang tidak terdiagnosis.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi diabetes telah meningkat sebanyak 10,9% pada 2018. International Diabetes Federation (IDF) juga menyebutkan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat, dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada 2021. Jumlah ini membawa Indonesia naik ke peringkat kelima, dari peringkat ketujuh pada 2019, dalam daftar negara dengan jumlah pengidap diabetes terbanyak di dunia. Jika tidak ada intervensi, angka ini diperkirakan akan terus meningkat dan dapat mencapai 643 juta pada 2030 dan 784 juta pada 2045.
Wakil Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, KEMD mengatakan peningkatan jumlah penderita diabetes dapat dicegah jika dilakukan upaya promotif dan preventif yang baik di tingkat pelayanan kesehatan primer.
Saat ini menurutnya, Kementerian Kesehatan sedang melakukan berbagai upaya transformatif dan memperluas deteksi dini di lokasi pelayanan kesehatan primer. “Kami akan melakukan screening gula darah dan HbA1c di fasilitas kesehatan primer, target kami 100% sasaran tercapai pada 2024.” Diatmbahnya, peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan juga merupakan bagian dari rencana Kemenkes untuk mencegah diabetes.
“Saya sangat mengapresiasi kerja sama bilateral dengan pemerintah Denmark dan juga Novo Nordisk Indonesia yang telah berkolaborasi dengan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer (PKP), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dan Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan dalam penyusunan modul pelatihan komprehensif untuk dokter umum di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP),” ujarnya.
Duta Besar Denmark untuk Indonesia H.E. Lars Bo Larsen menyatakan, dalam government-to-government memorandum of understanding (G2G MoU) mengenai kerja sama antara Indonesia dan Denmark dalam bidang kesehatan, pihaknya sangat mendukung pemerintah Indonesia. “Melalui kesepakatan tersebut, yang ditandatangani tahun lalu, kami akan mendukung segala upaya tata kelola kesehatan masyarakat Indonesia dalam perawatan diabetes, yang pada akhirnya diharapkan akan menurunkan angka komplikasi yang disebabkan oleh diabetes,” katanya.
Komplikasi diabetes, terutama pada pembuluh darah dan sistem saraf dapat menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan kematian, serta dapat menurunkan produktivitas pasien, juga secara tidak langsung, memengaruhi kondisi finansial mereka.
Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia karena menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prevalensi diabetes terus meningkat karena banyaknya kasus yang tidak terdiagnosis.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi diabetes telah meningkat sebanyak 10,9% pada 2018. International Diabetes Federation (IDF) juga menyebutkan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat, dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada 2021. Jumlah ini membawa Indonesia naik ke peringkat kelima, dari peringkat ketujuh pada 2019, dalam daftar negara dengan jumlah pengidap diabetes terbanyak di dunia. Jika tidak ada intervensi, angka ini diperkirakan akan terus meningkat dan dapat mencapai 643 juta pada 2030 dan 784 juta pada 2045.
Wakil Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, KEMD mengatakan peningkatan jumlah penderita diabetes dapat dicegah jika dilakukan upaya promotif dan preventif yang baik di tingkat pelayanan kesehatan primer.
Saat ini menurutnya, Kementerian Kesehatan sedang melakukan berbagai upaya transformatif dan memperluas deteksi dini di lokasi pelayanan kesehatan primer. “Kami akan melakukan screening gula darah dan HbA1c di fasilitas kesehatan primer, target kami 100% sasaran tercapai pada 2024.” Diatmbahnya, peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan juga merupakan bagian dari rencana Kemenkes untuk mencegah diabetes.
“Saya sangat mengapresiasi kerja sama bilateral dengan pemerintah Denmark dan juga Novo Nordisk Indonesia yang telah berkolaborasi dengan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer (PKP), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dan Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan dalam penyusunan modul pelatihan komprehensif untuk dokter umum di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP),” ujarnya.
Duta Besar Denmark untuk Indonesia H.E. Lars Bo Larsen menyatakan, dalam government-to-government memorandum of understanding (G2G MoU) mengenai kerja sama antara Indonesia dan Denmark dalam bidang kesehatan, pihaknya sangat mendukung pemerintah Indonesia. “Melalui kesepakatan tersebut, yang ditandatangani tahun lalu, kami akan mendukung segala upaya tata kelola kesehatan masyarakat Indonesia dalam perawatan diabetes, yang pada akhirnya diharapkan akan menurunkan angka komplikasi yang disebabkan oleh diabetes,” katanya.
Komplikasi diabetes, terutama pada pembuluh darah dan sistem saraf dapat menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan kematian, serta dapat menurunkan produktivitas pasien, juga secara tidak langsung, memengaruhi kondisi finansial mereka.