Produk Tembakau Alternatif Bisa Jadi Alternatif Perokok Dewasa Beralih Kebiasaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terdapat sejumlah pilihan bagi perokok dewasa untuk beralih dari kebiasaan merokok. Salah satunya adalah dengan produk tembakau alternatif , seperti produk tembakau yang dipanaskan, kantong nikotin, dan rokok elektrik atau vape.
Dalam forum Evolving Treatment Methodologies in Addiction (ETMA) yang selenggarakan daring, belum lama ini, membahasa tema tersebut.
Pada diskusi yang mengusung tema How Effective is Harm Reduction as a Form Treatment?, Sharifah Ezzat Wan Puteh dari Manajemen Rumah Sakit dan Ekonomi Kesehatan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), menyebutkan jika perokok dewasa akan terus tetap merokok apabila tidak disediakan alternatif.
Baca juga: Orang Tua Seperti Apakah Anda? Cari Tahu Tingkat Kedekatan dengan Anak di Sini!
Kondisi tersebut, lanjutnya, tergambarkan ketika Pemerintah Malaysia melarang beberapa varian rasa pada rokok elektrik dijual di pasaran beberapa waktu lalu.
Pemerintah Malaysia sendiri, baru-baru ini, merencanakan regulasi yang mengatur tentang larangan merokok dan kepemilikan tembakau, termasuk rokok elektrik, bagi warganya yang lahir setelah 2007.
"Ketika itu terjadi, pada akhirnya prevalensi merokok akan meningkat lagi. Ini akan menjadi kerugian bagi Malaysia jika rokok elektrik dengan rokok diatur lewat regulasi yang sama," ungkap Sharifaf, seperti dikutip dari sebuah keterangan pers, Selasa (23/8/2022).
Dengan aturan tersebut, lanjut Sharifah, perokok dewasa tidak memiliki pilihan untuk berhenti merokok, seperti rokok elektrik dan produk tembakau alternatif lainnya yang mampu mengurangi risiko kesehatan.
"Kami memiliki makalah penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan terapi pengganti nikotin (untuk berhenti merokok) cukup suram. Beberapa tidak berhasil dengan terapi pengganti nikotin," ungkap Sharifah.
Menurutnya, para peneliti telah berbicara langsung dengan pemerintah sekaligus menyajikan data-data ilmiah mengenai produk tembakau alternatif.
Akan tetapi, data-data tersebut tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah. "Padahal, penelitian ini sebenarnya justru bermanfaat," sambungnya.
Lebih lanjut, Sharifah menuturkan bahwa Selandia Baru justru melakukan pendekatan yang berbeda dengan Malaysia. Negeri Kiwi tersebut memanfaatkan produk tembakau alternatif untuk menekan prevalensi merokok dan memperkuatnya dengan regulasi yang berbasis fakta.
Baca juga: Global Radio Rayakan HUT RI ke-77 Bersama Musisi Nasional dan Internasional
Di Selandia Baru, pengaturan antara rokok yang dibakar berbeda dengan produk tembakau alternatif. Dalam aturannya menekankan bahwa produk tersebut tidak boleh diakses oleh mereka yang masih di bawah usia 18 tahun dan non-perokok.
Dalam forum Evolving Treatment Methodologies in Addiction (ETMA) yang selenggarakan daring, belum lama ini, membahasa tema tersebut.
Pada diskusi yang mengusung tema How Effective is Harm Reduction as a Form Treatment?, Sharifah Ezzat Wan Puteh dari Manajemen Rumah Sakit dan Ekonomi Kesehatan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), menyebutkan jika perokok dewasa akan terus tetap merokok apabila tidak disediakan alternatif.
Baca juga: Orang Tua Seperti Apakah Anda? Cari Tahu Tingkat Kedekatan dengan Anak di Sini!
Kondisi tersebut, lanjutnya, tergambarkan ketika Pemerintah Malaysia melarang beberapa varian rasa pada rokok elektrik dijual di pasaran beberapa waktu lalu.
Pemerintah Malaysia sendiri, baru-baru ini, merencanakan regulasi yang mengatur tentang larangan merokok dan kepemilikan tembakau, termasuk rokok elektrik, bagi warganya yang lahir setelah 2007.
"Ketika itu terjadi, pada akhirnya prevalensi merokok akan meningkat lagi. Ini akan menjadi kerugian bagi Malaysia jika rokok elektrik dengan rokok diatur lewat regulasi yang sama," ungkap Sharifaf, seperti dikutip dari sebuah keterangan pers, Selasa (23/8/2022).
Dengan aturan tersebut, lanjut Sharifah, perokok dewasa tidak memiliki pilihan untuk berhenti merokok, seperti rokok elektrik dan produk tembakau alternatif lainnya yang mampu mengurangi risiko kesehatan.
"Kami memiliki makalah penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan terapi pengganti nikotin (untuk berhenti merokok) cukup suram. Beberapa tidak berhasil dengan terapi pengganti nikotin," ungkap Sharifah.
Menurutnya, para peneliti telah berbicara langsung dengan pemerintah sekaligus menyajikan data-data ilmiah mengenai produk tembakau alternatif.
Akan tetapi, data-data tersebut tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah. "Padahal, penelitian ini sebenarnya justru bermanfaat," sambungnya.
Lebih lanjut, Sharifah menuturkan bahwa Selandia Baru justru melakukan pendekatan yang berbeda dengan Malaysia. Negeri Kiwi tersebut memanfaatkan produk tembakau alternatif untuk menekan prevalensi merokok dan memperkuatnya dengan regulasi yang berbasis fakta.
Baca juga: Global Radio Rayakan HUT RI ke-77 Bersama Musisi Nasional dan Internasional
Di Selandia Baru, pengaturan antara rokok yang dibakar berbeda dengan produk tembakau alternatif. Dalam aturannya menekankan bahwa produk tersebut tidak boleh diakses oleh mereka yang masih di bawah usia 18 tahun dan non-perokok.
(nug)