Masuk Musim Penghujan, Kenali Gejala DBD dan Cara Mencegahnya

Sabtu, 24 September 2022 - 12:00 WIB
loading...
Masuk Musim Penghujan, Kenali Gejala DBD dan Cara Mencegahnya
Indonesia telah memasuki musim penghujan. Berbagai macam penyakit seperti demam berdarah degue atau DBD pun perlu diwaspadai saat musim hujan tiba. Foto/Medical Xpress
A A A
JAKARTA - Indonesia telah memasuki musim penghujan . Berbagai macam penyakit seperti demam berdarah degue atau DBD pun perlu diwaspadai saat musim hujan tiba.

DBD disebabkan oleh nyamuk yang menggigit seseorang dengan virus dengue dalam darahnya. Penyakit ini tidak dapat menyebar langsung dari satu orang ke orang lain dan jarang menyebabkan kematian.

Dilansir dari WHO, Sabtu (24/9/2022) sebagian besar kasus demam berdarah tidak menunjukkan gejala atau menunjukkan gejala ringan. Namun dapat bermanifestasi sebagai penyakit parah seperti flu yang menyerang bayi, anak kecil dan orang dewasa.

DBD ringan menyebabkan demam tinggi dan gejala seperti flu. Bentuk demam berdarah yang parah, juga disebut demam berdarah dengue, dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (syok) dan kematian.



Banyak orang tidak mengalami tanda atau gejala infeksi dengue. Ketika gejala benar-benar terjadi, mereka mungkin disalahartikan sebagai penyakit lain seperti flu dan biasanya mulai muncul empat hingga 10 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi.

DBD menyebabkan demam tinggi hingga 40 celsius. Adapun gejala BDB di antaranya tiba-tiba, demam tinggi, sakit kepala parah, sakit di belakang mata, nyeri sendi dan otot yang parah, kelelahan, mual dan muntah.

Banyak juga pasien DBB mengalami ruam kulit yang muncul dua hingga lima hari setelah muncul demam, pendarahan ringan seperti mimisan, gusi berdarah, atau mudah memar. Kebanyakan orang pulih dalam waktu seminggu atau lebih.

Dalam beberapa kasus, gejala memburuk dan dapat mengancam jiwa. Ini disebut demam berdarah parah, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. DBD yang parah terjadi ketika pembuluh darah rusak dan bocor.



Dan jumlah sel pembentuk gumpalan (trombosit) dalam aliran darah turun. Hal ini dapat menyebabkan syok, pendarahan internal, kegagalan organ dan bahkan kematian.

Berdasarkan catatan dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sampai Minggu ke-36 jumlah kumulatif kasus konfirmasi DBD dari Januari 2022 dilaporkan sebanyak 87.501 kasus dan 816 kematian.

Sebagai langkah pencegahan, Kemenkes mendorong lakukan pencegahan dengan gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus di tempat umum dan tempat institusi untuk mencapai angka bebas jentik 95 persen.
(dra)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2323 seconds (0.1#10.140)