Jangan Abai Prokes, Waspadai Penyakit Tak Biasa Pasca Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kondisi yang terus membaik membuat Indonesia bersiap memasuki fase endemi Covid-19 . Kendati begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berwenang memutuskan.
Dalam kondisi seperti sekarang ini, Anda jangan sampai terlena hingga mengabaikan protokol kesehatan. Justru, disarankan agar tetap menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin, karena itu terbukti membawa dampak baik bagi kesehatan masyarakat.
Apabila abai prokes karena terlena status endemi , salah satu risiko yang bisa terjadi adalah munculnya penyakit tak biasa. Ini sangat mungkin terjadi karena 'senjata perang' yang dulunya terus diasah, lalu dibiarkan tumpul.
Baca juga: Seksolog Ingatkan agar Jangan Terus 'Dihajar' jika Malam Pertama Terjadi Pendarahan
"Secara alami, virus akan selalu bersirkulasi apalagi jika virusnya masih ada di sekitar kita. Jadi, kalau pertahanan yang selama ini dibangun, dihilangkan begitu saja, mutasi virus baru besar kemungkinan terjadi," ungkap Ahli Mikrobiologi Universitas Indonesia, Prof. Amin Soebandrio, dalam talkshow virtual, Rabu (5/10/2022).
Secara teori, sifat alami virus itu bermutasi. Mutasi yang terjadi tapinya tidak selalu menyebabkan masalah bagi manusia.
Ya, setiap kali virus bermutasi, 30 persen menyebabkan virusnya malah mati, 20 persen mutasi tidak menyebabkan dampak apapun, dan hanya 4-5% mutasi yang bikin virusnya fit terhadap tekanan yang kuat, misalnya dari antibodi.
Di sisi lain, Ahli Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof. Asri C. Adisasmita menjelaskan bahwa saat ini sudah mulai dilaporkan kasus penyakit tak biasa. Salah satunya ada pada dengue.
"Menurut beberapa laporan yang saya terima, penyakit dengue sekarang berbeda karakternya dengan dengue sebelum pandemi Covid-19. Belum diketahui apa penyebabnya, itu kenapa diperlukan penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut," beber Prof. Asri.
Karakter dengue di masa pandemi Covid-19 ini, kata Prof. Asri, beberapa kasus dilaporkan lebih ganas atau pasien lama sembuhnya.
Dengan adanya temuan ini, menjadi warning bagi kita semua bahwa sekalipun nanti Covid-19 dinyatakan sebagai penyakit endemi, ada kemungkinan dampak Covid-19 secara tidak langsung yang tetap merugikan masyarakat.
"Kami perlu melakukan penelitian untuk melihat adanya kemungkinan efek tidak langsung Covid-19, khususnya pada populasi lansia, anak-anak, ibu hamil, maupun orang dengan imunitas lemah," paparnya.
"Situasi post-Covid-19 atau co-infection semacam ini sudah menjadi kekhawatiran ahli di seluruh dunia. Karena itu, selalu kami sampaikan bahwa perubahan status dari pandemi ke endemi bukan berarti Covid-19 lenyap dari muka Bumi. Tapi, kita semua harus berdampingan dengan virus terus selagi prokes tetap dijalankan," ujar Prof. Amin.
Baca juga: Deteksi Dini Penyakit, Produsen Alkes Lokal Didorong Ciptakan Rapid Test DBD hingga TBC
"Kalau menemukan kasus tidak biasa, segera laporkan. Ini sebagai bentuk kewaspadaan kita demi masa depan yang lebih terkontrol," lanjutnya.
Dalam kondisi seperti sekarang ini, Anda jangan sampai terlena hingga mengabaikan protokol kesehatan. Justru, disarankan agar tetap menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin, karena itu terbukti membawa dampak baik bagi kesehatan masyarakat.
Apabila abai prokes karena terlena status endemi , salah satu risiko yang bisa terjadi adalah munculnya penyakit tak biasa. Ini sangat mungkin terjadi karena 'senjata perang' yang dulunya terus diasah, lalu dibiarkan tumpul.
Baca juga: Seksolog Ingatkan agar Jangan Terus 'Dihajar' jika Malam Pertama Terjadi Pendarahan
"Secara alami, virus akan selalu bersirkulasi apalagi jika virusnya masih ada di sekitar kita. Jadi, kalau pertahanan yang selama ini dibangun, dihilangkan begitu saja, mutasi virus baru besar kemungkinan terjadi," ungkap Ahli Mikrobiologi Universitas Indonesia, Prof. Amin Soebandrio, dalam talkshow virtual, Rabu (5/10/2022).
Secara teori, sifat alami virus itu bermutasi. Mutasi yang terjadi tapinya tidak selalu menyebabkan masalah bagi manusia.
Ya, setiap kali virus bermutasi, 30 persen menyebabkan virusnya malah mati, 20 persen mutasi tidak menyebabkan dampak apapun, dan hanya 4-5% mutasi yang bikin virusnya fit terhadap tekanan yang kuat, misalnya dari antibodi.
Di sisi lain, Ahli Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof. Asri C. Adisasmita menjelaskan bahwa saat ini sudah mulai dilaporkan kasus penyakit tak biasa. Salah satunya ada pada dengue.
"Menurut beberapa laporan yang saya terima, penyakit dengue sekarang berbeda karakternya dengan dengue sebelum pandemi Covid-19. Belum diketahui apa penyebabnya, itu kenapa diperlukan penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut," beber Prof. Asri.
Karakter dengue di masa pandemi Covid-19 ini, kata Prof. Asri, beberapa kasus dilaporkan lebih ganas atau pasien lama sembuhnya.
Dengan adanya temuan ini, menjadi warning bagi kita semua bahwa sekalipun nanti Covid-19 dinyatakan sebagai penyakit endemi, ada kemungkinan dampak Covid-19 secara tidak langsung yang tetap merugikan masyarakat.
"Kami perlu melakukan penelitian untuk melihat adanya kemungkinan efek tidak langsung Covid-19, khususnya pada populasi lansia, anak-anak, ibu hamil, maupun orang dengan imunitas lemah," paparnya.
"Situasi post-Covid-19 atau co-infection semacam ini sudah menjadi kekhawatiran ahli di seluruh dunia. Karena itu, selalu kami sampaikan bahwa perubahan status dari pandemi ke endemi bukan berarti Covid-19 lenyap dari muka Bumi. Tapi, kita semua harus berdampingan dengan virus terus selagi prokes tetap dijalankan," ujar Prof. Amin.
Baca juga: Deteksi Dini Penyakit, Produsen Alkes Lokal Didorong Ciptakan Rapid Test DBD hingga TBC
"Kalau menemukan kasus tidak biasa, segera laporkan. Ini sebagai bentuk kewaspadaan kita demi masa depan yang lebih terkontrol," lanjutnya.
(nug)