Investigasi Belum Selesai, Penyebab Gangguan Ginjal Akut Masih Misterius

Sabtu, 15 Oktober 2022 - 12:04 WIB
loading...
Investigasi Belum Selesai,...
Dibutuhkan waktu lebih untuk bisa menilai etiologi atau penyebab suatu penyakit yang tidak pernah terjadi sebelumnya seperti gangguan ginjal akut ini. / Foto: ilustrasi/freepik.com
A A A
JAKARTA - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin sempat menyampaikan bahwa hasil investigasi penyebab gangguan ginjal akut bakal dirilis pekan ini. Namun, hingga kini hasil investigasi masih belum selesai.

Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes , Yanti Herman menyebutkan jika butuh waktu untuk bisa menilai etiologi atau penyebab suatu penyakit yang tidak pernah terjadi sebelumnya seperti gangguan ginjal akut ini.

"Kami masih melakukan investigasi," tegasnya saat konferensi pers virtual, Jumat, 14 Oktober 2022.

Baca juga: Waspada Gangguan Ginjal Akut, Jangan Tunda Bawa Anak ke Dokter jika Tidak Kencing Seharian

Lebih lanjut, Yanti mengatakan bahwa hingga sekarang hasil analisis metagenomik untuk gangguan ginjal akut ini belum selesai. Dengan demikian, penyebab penyakit tersebut masih misterius.

Meskipun begitu, Kemenkes tidak duduk manis begitu saja. Beberapa upaya lanjutan juga dilakukan untuk segera menemukan penyebab penyakit. Misalnya memastikan bahwa tata laksana di rumah sakit harus komprehensif untuk mengerucutkan masalah hingga diketahui penyebabnya.

Jadi, saat pasien datang ke rumah sakit dengan kondisi sedikit buang air kecil atau tidak sama sekali, maka pasien bakal menjalani pemeriksaan fungsi ginjal (ureum, kreatinin). Apabila hasil fungsi ginjal menunjukkan adanya peningkatan, dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis, evaluasi kemungkinan etiologi dan komplikasinya.

Selain itu, dilakukan juga monitoring kondisi pasien meliputi volume balans cairan dan diuresis selama perawatan, kesadaran, napas kusmaull, tekanan darah, serta pemeriksaan kreatinin serial per 12 jam.

Menurut Yanti, pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas dialisis anak bila didapatkan kriteria AKI mulai stadium 1 sesuai Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO). Oleh karenanya, RS harus mempersiapkan sarana dan prasarana yaitu perlengkapan monitoring pasien serta ruangan intensif berupa HCU atau PICU sesuai indikasi.



"Kami meminta kepada rumah sakit untuk meningkatkan kewaspadaan dini dengan deteksi dini terhadap kasus anak yang mengalami gejala penurunan jumlah urine, dilanjutkan dengan menegakkan diagnosis serta melakukan pemeriksaan laboratorium," papar Yanti.

Di sisi lain, Kemenkes memastikan bahwa perkembangan kasus gangguan ginjal akut ini akan terus di-update setiap harinya ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di samping itu, Kemenkes juga terus berdialog dengan para ahli untuk mencari tahu etiologi penyakit ini.

"Kami terus melakukan koordinasi dengan lembaga ahli maupun ahli yang mungkin bisa membantu menemukan penyebab penyakit misterius ini," ungkap Yanti.

"Bahkan, kami juga sudah melakukan penelusuran ke keluarga pasien untuk mencari tahu apakah ada hal yang bisa menjadi titik terang dari pencarian penyebab penyakit ini. Pun kami juga melakukan tes Covid-19 dan pemeriksaan antibodi Covid-19 untuk mencari tahu apakah ada kaitannya penyakit misterius ini dengan Covid-19," katanya lagi.

Baca juga: IDAI Catat 152 Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak Per 14 Oktober 2022

"Dengan kata lain, hingga sekarang kami belum mendapatkan konklusi dari pencarian penyebab gangguan ginjal akut. Data-data yang terkumpul juga belum mengarah pada satu kesimpulan yang sahih," tambahnya.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1765 seconds (0.1#10.140)