Ibu Positif Covid-19 Tetap Bisa Lahirkan Bayi Sehat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menanti datangnya waktu persalinan di masa new normal bisa menjadi kekhawatiran tersendiri bagi calon ibu, terlebih jika dirinya dinyatakan positif Covid-19 . Apa langkah yang harus dilakukan?
Melahirkan di era pandemik ini saja bagi beberapa ibu hamil bisa jadi menyita pikiran, apalagi ibu hamil yang ternyata positif Covid-19. Pastilah terselip rasa kekhawatiran akan keselamatan si bayi maupun dirinya sendiri. Meski begitu, rupanya ibu tidak perlu khawatir berlebihan. Sebab, ibu masih bisa tetap melahirkan anak yang sehat dan bebas dari virus corona selama menjalankan protokol kesehatan yang disarankan oleh dokter kandungan.
Seperti dikatakan oleh dr. Eric Kasmara, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan RS Pondok Indah – Puri Indah dalam kegiatan Live Webinar RS Pondok Indah Group. Menurutnya, hingga kini belum dapat dibuktikan virus Covid-19 dapat menular ke bayi dari Ibu hamil, baik pada saat kehamilan atapun proses persalinan. “Penularannya sendiri bukan lewat plasenta tapi melalui droplet, kalau sudah dilahirkan itu yang potensi menularkan," katanya di Webinar dengan topik Persiapan Persalinan di Masa New Normal itu.
Sebelum menjalankan proses persalinan, pihak rumah sakit hendaknya sudah lebih dulu melakukan prosedur screening Covid-19 pada Ibu hamil. Kalau ternyata terbukti positif Covid-19, maka prosedur persalinan tidak bisa dilakukan secara normal melainkan operasi caesar (caesarean section). Ibu juga tidak dianjurkan untuk melakukan inisiasi menyusui dini (IMD). (Baca: Pandemi Covid-19 Belum reda, Muncul Wabah Bubonic di China)
Tentunya hal ini dimaksudkan untuk menghindari potensi penularan saat menyusui. Nantinya ASI akan diperah dan diberikan kepada bayi melalui botol. Dr. Eric mengatakan, jikapun masih tetap ingin menyusui secara langsung, maka perlu pengamanan yang ketat. Diantaranya ibu harus memakai masker jenis N95 dan faceshield."Kalau perlu dobel dengan masker medis juga," kata dr. Eric.
Setelah persalinan, tidak seperti ibu melahirkan lainnya, ibu yang terinfeksi Covid-19 tidak menggunakan ruang rawat gabung melainkan terpisah. “Jadi bayinya berada di ruang bayi," kata dia. Dr. Eric juga mewanti-wanti agar selalu memastikan kebersihan tangan sebelum memegang bayi guna mencegah hal yang tidak diinginkan.
Hal lain yang perlu dilakukan untuk mencegah penularan adalah menghindari bayi dari kunjungan orang dewasa. Protokol kesehatan yang paling mendasar lainnya seperti menghindari menyentuh hidung, mata, dan mulut, menerapkan etika batuk yang tepat, serta menjaga jarak juga harus selalu dipegang. Termasuk menghindari keramaian mengingat kita tidak akan tahu kalau ternyata di tempat tersebut ada Orang Tanpa Gejala (OTG).
Di sisi lain, dr. Eric juga mengingatkan akan krusialnya asupan gizi saat kehamilan. Dimulai dari kebutuhan karbohidrat, lemak, serat, vitamin, mineral, dan air putih. Jangan lupa mencukupi kebutuhan hidrasi tubuh sebab ibu hamil seringkali buang air kecil dan berisiko dehidrasi. (Baca juga: 8 Tempat yang Belu Dibuka di Jakarta Selama PSBB Transisi)
Sebaiknya selama kehamilan hindari dulu makanan dari luar terutama makanan cepat saji. Terlebih di masa pandemik seperti sekarang. Lebih baik memasak makanan sendiri sehingga keamanannya lebih terjamin. Olahraga tidak boleh dilupakan. Kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah, sehingga tubuh menjadi lebih segar dan berstamina. Ibu hamil bisa melakukan olahraga seperti berenang, yoga, senam hamil, maupun jalan pagi.
Selain itu, hindari penggunaan sepatu berhak tinggi, berlatih teknik pernapasan bagi ibu hamil yang akan melakukan persalinan normal, dan istirahat yang cukup. Menurut dr. Eric istirahat yang cukup amat penting saat ini dan hindari begadang. Perlu diketahui, kebutuhan akan nutrisi mikro saat hamil juga meningkat.
Dikatakan Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG (K), jika ibu hamil kekurangan nutrisi mikro, maka bisa berdampak buruk bagi janin. "Dampaknya seperti kelainan plasenta dan perdarahan saat melahirkan, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan bayi meninggal dalam kandungan," katanya dalam diskusi yang diadakan SGM Bunda.
Maka itu, ia sambung, persiapan yang baik harus dilakukan pada masa kehamilan. Mulai dari persiapan fisik yang baik dan juga kecukupan nutrisi untuk mendukung agar janin dapat tumbuh sehat dan siap menjadi anak generasi di masa depan. Penting bagi ibu hamil untuk memperhatikan kualitas asupan makanan sehari-hari dengan menu makanan yang seimbang.
Mitos Seputar Kehamilan
Dalam kegiatan Webinar yang diadakan RS Pondok Indah Group, dr. Eric Kasmara, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan RS Pondok Indah – Puri Indah membeberkan beberapa informasi kurang tepat yang beredar di masyarakat dan masih diyakini. Antara lain anjuran minum air kelapa guna mempermudah proses persalinan, keharusan melakukan persalinan secara C-Section jika persalinan sebelumnya juga dilakukan secara sesar, atau keyakinan bahwa ibu hamil yang positif COVID-19 akan melahirkan bayi yang juga positif Covid-19.
Tidak sedikit pula masyarakat yang mempercayai bahwa persalinan di rumah sakit ibu anak lebih aman dibanding di rumah sakit umum. Dr. Eric menegaskan bahwa hal-hal tersebut adalah tidak benar. Terkait air kelapa, menurutnya anggapan bahwa air kelapa dapat melancarkan persalinan belum ada penelitian yang membuktikannya. (Baca juga: Masih Ragu, Bima Arya Belum Mau Tetapkan AKB Total)
Malah, konsumsi air kelapa secara berlebihan dapat menyebabkan kontraksi berlebihan. Lantas mana yang lebih baik, pilih dokter kandungan atau bidan? Dijawab dr. Ulul Albab, Sp.OG, dalam kesempatan terpisah, jika ada kasus-kasus tertentu dalam kehamilan atau persalinan, maka harus ditangani oleh dokter kandungan. Karena yang memiliki kompetensi itu adalah dokter spesialis.
Selain itu, pemeriksaan USG saat ini juga hanya dapat dilakukan di dokter kandungan. "Kalaupun seorang bidan melakukan pemeriksaan USG, ia tidak bisa bertindak sebagai seorang expertise atau menyimpulkan kondisi kehamilan," kata dr. Ulul. Untuk saat ini, jumlah dokter kandungan di seluruh Indonesia sendiri yang sudah tercatat oleh POGI sekitar 4.036 dokter.
Sayangnya, jumlah ini belum tersebar secara merata di seluruh Indonesia. Sebagian besar masih terpusat di kota-kota besar. Tidak heran jika akses untuk ke dokter kandungan masih menjadi pertimbangan bagi beberapa wanita. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI sekitar 83% wanita masih memeriksakan dirinya ke bidan.
Memang, bidan di Indonesia dan hampir di seluruh dunia sebagian besar wanita. Karena bidan memberikan asuhan yang berkelanjutan atau continue of care. Baik bidan maupun dokter kandungan, keduanya memiliki kompetensi serta ruang lingkupnya masing-masing. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan keduanya, ada pula yang hanya dapat dilakukan oleh salah satu profesi saja. (Lihat videonya: Nekat Tiktokan di Jembatan Suramadu, tiga Emak-emak Berurusan dengan Polisi)
Meski begitu, bukan berarti hal tersebut menjadi faktor untuk menggantikan salah satunya. Bidan dan dokter kandungan, keduanya merupakan tenaga kesehatan di bidang kebidanan yang saling mendukung dan bekerja sama. (Sri Noviarni)
Melahirkan di era pandemik ini saja bagi beberapa ibu hamil bisa jadi menyita pikiran, apalagi ibu hamil yang ternyata positif Covid-19. Pastilah terselip rasa kekhawatiran akan keselamatan si bayi maupun dirinya sendiri. Meski begitu, rupanya ibu tidak perlu khawatir berlebihan. Sebab, ibu masih bisa tetap melahirkan anak yang sehat dan bebas dari virus corona selama menjalankan protokol kesehatan yang disarankan oleh dokter kandungan.
Seperti dikatakan oleh dr. Eric Kasmara, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan RS Pondok Indah – Puri Indah dalam kegiatan Live Webinar RS Pondok Indah Group. Menurutnya, hingga kini belum dapat dibuktikan virus Covid-19 dapat menular ke bayi dari Ibu hamil, baik pada saat kehamilan atapun proses persalinan. “Penularannya sendiri bukan lewat plasenta tapi melalui droplet, kalau sudah dilahirkan itu yang potensi menularkan," katanya di Webinar dengan topik Persiapan Persalinan di Masa New Normal itu.
Sebelum menjalankan proses persalinan, pihak rumah sakit hendaknya sudah lebih dulu melakukan prosedur screening Covid-19 pada Ibu hamil. Kalau ternyata terbukti positif Covid-19, maka prosedur persalinan tidak bisa dilakukan secara normal melainkan operasi caesar (caesarean section). Ibu juga tidak dianjurkan untuk melakukan inisiasi menyusui dini (IMD). (Baca: Pandemi Covid-19 Belum reda, Muncul Wabah Bubonic di China)
Tentunya hal ini dimaksudkan untuk menghindari potensi penularan saat menyusui. Nantinya ASI akan diperah dan diberikan kepada bayi melalui botol. Dr. Eric mengatakan, jikapun masih tetap ingin menyusui secara langsung, maka perlu pengamanan yang ketat. Diantaranya ibu harus memakai masker jenis N95 dan faceshield."Kalau perlu dobel dengan masker medis juga," kata dr. Eric.
Setelah persalinan, tidak seperti ibu melahirkan lainnya, ibu yang terinfeksi Covid-19 tidak menggunakan ruang rawat gabung melainkan terpisah. “Jadi bayinya berada di ruang bayi," kata dia. Dr. Eric juga mewanti-wanti agar selalu memastikan kebersihan tangan sebelum memegang bayi guna mencegah hal yang tidak diinginkan.
Hal lain yang perlu dilakukan untuk mencegah penularan adalah menghindari bayi dari kunjungan orang dewasa. Protokol kesehatan yang paling mendasar lainnya seperti menghindari menyentuh hidung, mata, dan mulut, menerapkan etika batuk yang tepat, serta menjaga jarak juga harus selalu dipegang. Termasuk menghindari keramaian mengingat kita tidak akan tahu kalau ternyata di tempat tersebut ada Orang Tanpa Gejala (OTG).
Di sisi lain, dr. Eric juga mengingatkan akan krusialnya asupan gizi saat kehamilan. Dimulai dari kebutuhan karbohidrat, lemak, serat, vitamin, mineral, dan air putih. Jangan lupa mencukupi kebutuhan hidrasi tubuh sebab ibu hamil seringkali buang air kecil dan berisiko dehidrasi. (Baca juga: 8 Tempat yang Belu Dibuka di Jakarta Selama PSBB Transisi)
Sebaiknya selama kehamilan hindari dulu makanan dari luar terutama makanan cepat saji. Terlebih di masa pandemik seperti sekarang. Lebih baik memasak makanan sendiri sehingga keamanannya lebih terjamin. Olahraga tidak boleh dilupakan. Kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah, sehingga tubuh menjadi lebih segar dan berstamina. Ibu hamil bisa melakukan olahraga seperti berenang, yoga, senam hamil, maupun jalan pagi.
Selain itu, hindari penggunaan sepatu berhak tinggi, berlatih teknik pernapasan bagi ibu hamil yang akan melakukan persalinan normal, dan istirahat yang cukup. Menurut dr. Eric istirahat yang cukup amat penting saat ini dan hindari begadang. Perlu diketahui, kebutuhan akan nutrisi mikro saat hamil juga meningkat.
Dikatakan Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG (K), jika ibu hamil kekurangan nutrisi mikro, maka bisa berdampak buruk bagi janin. "Dampaknya seperti kelainan plasenta dan perdarahan saat melahirkan, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan bayi meninggal dalam kandungan," katanya dalam diskusi yang diadakan SGM Bunda.
Maka itu, ia sambung, persiapan yang baik harus dilakukan pada masa kehamilan. Mulai dari persiapan fisik yang baik dan juga kecukupan nutrisi untuk mendukung agar janin dapat tumbuh sehat dan siap menjadi anak generasi di masa depan. Penting bagi ibu hamil untuk memperhatikan kualitas asupan makanan sehari-hari dengan menu makanan yang seimbang.
Mitos Seputar Kehamilan
Dalam kegiatan Webinar yang diadakan RS Pondok Indah Group, dr. Eric Kasmara, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan RS Pondok Indah – Puri Indah membeberkan beberapa informasi kurang tepat yang beredar di masyarakat dan masih diyakini. Antara lain anjuran minum air kelapa guna mempermudah proses persalinan, keharusan melakukan persalinan secara C-Section jika persalinan sebelumnya juga dilakukan secara sesar, atau keyakinan bahwa ibu hamil yang positif COVID-19 akan melahirkan bayi yang juga positif Covid-19.
Tidak sedikit pula masyarakat yang mempercayai bahwa persalinan di rumah sakit ibu anak lebih aman dibanding di rumah sakit umum. Dr. Eric menegaskan bahwa hal-hal tersebut adalah tidak benar. Terkait air kelapa, menurutnya anggapan bahwa air kelapa dapat melancarkan persalinan belum ada penelitian yang membuktikannya. (Baca juga: Masih Ragu, Bima Arya Belum Mau Tetapkan AKB Total)
Malah, konsumsi air kelapa secara berlebihan dapat menyebabkan kontraksi berlebihan. Lantas mana yang lebih baik, pilih dokter kandungan atau bidan? Dijawab dr. Ulul Albab, Sp.OG, dalam kesempatan terpisah, jika ada kasus-kasus tertentu dalam kehamilan atau persalinan, maka harus ditangani oleh dokter kandungan. Karena yang memiliki kompetensi itu adalah dokter spesialis.
Selain itu, pemeriksaan USG saat ini juga hanya dapat dilakukan di dokter kandungan. "Kalaupun seorang bidan melakukan pemeriksaan USG, ia tidak bisa bertindak sebagai seorang expertise atau menyimpulkan kondisi kehamilan," kata dr. Ulul. Untuk saat ini, jumlah dokter kandungan di seluruh Indonesia sendiri yang sudah tercatat oleh POGI sekitar 4.036 dokter.
Sayangnya, jumlah ini belum tersebar secara merata di seluruh Indonesia. Sebagian besar masih terpusat di kota-kota besar. Tidak heran jika akses untuk ke dokter kandungan masih menjadi pertimbangan bagi beberapa wanita. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI sekitar 83% wanita masih memeriksakan dirinya ke bidan.
Memang, bidan di Indonesia dan hampir di seluruh dunia sebagian besar wanita. Karena bidan memberikan asuhan yang berkelanjutan atau continue of care. Baik bidan maupun dokter kandungan, keduanya memiliki kompetensi serta ruang lingkupnya masing-masing. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan keduanya, ada pula yang hanya dapat dilakukan oleh salah satu profesi saja. (Lihat videonya: Nekat Tiktokan di Jembatan Suramadu, tiga Emak-emak Berurusan dengan Polisi)
Meski begitu, bukan berarti hal tersebut menjadi faktor untuk menggantikan salah satunya. Bidan dan dokter kandungan, keduanya merupakan tenaga kesehatan di bidang kebidanan yang saling mendukung dan bekerja sama. (Sri Noviarni)
(ysw)