Mengenal Eucalyptus, Pohon Kayu Putih yang Kaya Manfaat Kesehatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Eucalyptus adalah pohon cemara yang tumbuh di Australia dan sebagian Asia, termasuk Indonesia. Eucalyptus yang memiliki lebih dari 700 spesies ini dapat digunakan untuk mengurangi gejala, seperti batuk dan pilek, termasuk menghilangkan rasa sakit otot dan sendi.
Sementara, minyak yang berasal dari pohon kayu putih ini juga digunakan sebagai antiseptik, parfum, bahan kosmetik, penyedap, dan dalam pelarut industri. (Baca juga: Penjelasan Kalung Eucalyptus Antivirus Corona, Kandungannya Sama dengan Inhaler ).
Dilansir medicalnewstoday, khasiatnya yang banyak untuk kesehatan ini membuat pengobatan di China, India, Yunani, dan Eropa memasukkan eucalyptus ke dalam perawatan berbagai kondisi dan telah dilakukan selama ribuan tahun.
Daun eucalyptus juga mengandung flavonoid dan tannin. Seperti diketahui, flavonoid merupakan antioksidan nabati, dan tanin yang dapat membantu mengurangi peradangan.
Menjelang akhir abad ke-19, minyak eucalyptus digunakan di sebagian besar rumah sakit di Inggris untuk membersihkan kateter urin. Penelitian modern sekarang mulai mendukung praktik ini.
Sementara, pada Februari 2016, para peneliti dari Serbia menemukan bukti yang mendukung aksi antimikroba eucalyptus. Mereka menyimpulkan bahwa interaksi positif antara minyak esensial E. camaldulensis (pohon dalam keluarga Eucalyptus) dan antibiotik yang ada dapat mengarah pada pengembangan strategi pengobatan baru untuk infeksi tertentu. Mereka berharap khasiat ini dapat mengurangi kebutuhan akan antibiotik.
Sebuah studi yang diterbitkan di Clinical Microbiology & Infection menunjukkan bahwa minyak eucalyptus mungkin memiliki efek antibakteri pada bakteri patogen di saluran pernapasan bagian atas, termasuk Haemophilus influenzae, bakteri yang bertanggung jawab untuk berbagai infeksi, dan beberapa jenis streptococcus.
Yang menarik, eucalyptus belakangan dikaitkan dengan virus corona. Hal itu diungkap Kementerian Pertanian (Kementan) RI saat meluncurkan produk kalung aromaterapi eucalyptus. Kementan mengklaim kalang itu bisa menjadi antivirus atau penangkal Covid-19. (Baca juga: Ternyata, Kalung Anti-Corona cuma Sekadar Jamu ).
Produk ini sebelumnya sudah diluncurkan sejak Mei 2020 lalu. Produk roll-on, minyak, dan inhaler eucalyptus saat ini telah mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry mengatakan, produk-produk ini diharapkan bisa mengurangi penyebaran Covid-19. Namun, izin dari BPOM tidak menyebut bahwa produk tersebut anti-virus.
"Untuk izin edarnya, ini masih tergolong jamu. Klaim produk kami hanya sebatas yang tertuang dalam izin BPOM. Untuk masalah anti-virus, masih uji klinis dan uji lainnya, karena kami mengetes produk ke Corona Model, bukan ke Covid-19," kata Fadjry.
Namun, secara uji lab, kata dia, produk-produk ini berpotensi melawan Covid-19, termasuk juga H5N1 dan influenza. "Kenapa belum uji klinis? Uji klinis butuh waktu yang cukup lama. Untuk kategori vaksin dan obat oral, butuh waktu secepatnya 18 bulan untuk uji klinis," terang dia.
Sementara, minyak yang berasal dari pohon kayu putih ini juga digunakan sebagai antiseptik, parfum, bahan kosmetik, penyedap, dan dalam pelarut industri. (Baca juga: Penjelasan Kalung Eucalyptus Antivirus Corona, Kandungannya Sama dengan Inhaler ).
Dilansir medicalnewstoday, khasiatnya yang banyak untuk kesehatan ini membuat pengobatan di China, India, Yunani, dan Eropa memasukkan eucalyptus ke dalam perawatan berbagai kondisi dan telah dilakukan selama ribuan tahun.
Daun eucalyptus juga mengandung flavonoid dan tannin. Seperti diketahui, flavonoid merupakan antioksidan nabati, dan tanin yang dapat membantu mengurangi peradangan.
Menjelang akhir abad ke-19, minyak eucalyptus digunakan di sebagian besar rumah sakit di Inggris untuk membersihkan kateter urin. Penelitian modern sekarang mulai mendukung praktik ini.
Sementara, pada Februari 2016, para peneliti dari Serbia menemukan bukti yang mendukung aksi antimikroba eucalyptus. Mereka menyimpulkan bahwa interaksi positif antara minyak esensial E. camaldulensis (pohon dalam keluarga Eucalyptus) dan antibiotik yang ada dapat mengarah pada pengembangan strategi pengobatan baru untuk infeksi tertentu. Mereka berharap khasiat ini dapat mengurangi kebutuhan akan antibiotik.
Sebuah studi yang diterbitkan di Clinical Microbiology & Infection menunjukkan bahwa minyak eucalyptus mungkin memiliki efek antibakteri pada bakteri patogen di saluran pernapasan bagian atas, termasuk Haemophilus influenzae, bakteri yang bertanggung jawab untuk berbagai infeksi, dan beberapa jenis streptococcus.
Yang menarik, eucalyptus belakangan dikaitkan dengan virus corona. Hal itu diungkap Kementerian Pertanian (Kementan) RI saat meluncurkan produk kalung aromaterapi eucalyptus. Kementan mengklaim kalang itu bisa menjadi antivirus atau penangkal Covid-19. (Baca juga: Ternyata, Kalung Anti-Corona cuma Sekadar Jamu ).
Produk ini sebelumnya sudah diluncurkan sejak Mei 2020 lalu. Produk roll-on, minyak, dan inhaler eucalyptus saat ini telah mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry mengatakan, produk-produk ini diharapkan bisa mengurangi penyebaran Covid-19. Namun, izin dari BPOM tidak menyebut bahwa produk tersebut anti-virus.
"Untuk izin edarnya, ini masih tergolong jamu. Klaim produk kami hanya sebatas yang tertuang dalam izin BPOM. Untuk masalah anti-virus, masih uji klinis dan uji lainnya, karena kami mengetes produk ke Corona Model, bukan ke Covid-19," kata Fadjry.
Namun, secara uji lab, kata dia, produk-produk ini berpotensi melawan Covid-19, termasuk juga H5N1 dan influenza. "Kenapa belum uji klinis? Uji klinis butuh waktu yang cukup lama. Untuk kategori vaksin dan obat oral, butuh waktu secepatnya 18 bulan untuk uji klinis," terang dia.
(tdy)