Kasus Covid-19 Meningkat Agar Vaksin Buatan Dalam Negeri Laku, Begini Respons Kemenkes
loading...
A
A
A
JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengumumkan bahwa telah terjadi kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia.
Menurut data Kemenkes per 3 November 2022, jumlah orang yang hasil tesnya positif Covid-19 sebanyak 4.951 dari 30.988 jumlah orang yang dites. Artinya, positivity rate Covid-19 saat ini ada di angka 15,98 persen.
Kenaikan kasus ini diduga karena merebaknya Covid-19 sub varian Omicron XBB, yang mana di Indonesia sendiri baru terdeteksi 12 kasus dan semuanya tidak ada yang berat.
"Alhamdulillah semuanya dalam kondisi yang stabil, tidak ada yang berat. Beberapa pasien dinyatakan sembuh dan tidak menularkan ke orang sekitarnya," papar Syahril dalam keterangan pers virtual, Jumat (4/11/2022).
"Ini sejalan juga dengan teori ilmiah yang menerangkan bahwa setiap subvarian Covid-19 itu karakternya tidak jauh lebih berbahaya dari sebelumnya dan pada kasus XBB ini, varian tersebut tidak lebih berbahaya dibanding BA.4 dan BA.5," tambah Syahril.
Di sisi lain, kenaikan kasus Covid-19 ini mendapat komentar pedas dari masyarakat. Beredar di media sosial yang menyatakan bahwa kenaikan kasus Covid-19 dikabarkan agar vaksin Covid-19 buatan Indonesia 'laku' lagi di masyarakat.
Syahril menanggapi tudingan tersebut. Menurutnya, itu sama sekali tidak bisa dikaitkan. Di sisi lain, dia mengajak kepada masyarakat untuk mengapresiasi lahirnya vaksin Covid-19 buatan dalam negeri, bukan malah mengeluarkan isu miring tersebut.
"Kami ingin menjelaskan bahwa sebelumnya Indonesia belum mampu membuat vaksin Covid-19, itu kenapa vaksin didatangkan dari luar negeri. Tapi, kini bangsa kita sudah punya vaksin Covid-19 yang diproduksi di dalam negeri dan seharusnya ini jadi kebanggaan kita bersama," paparnya.
"Karena itu, sudah semestinya kita sebagai suatu bangsa mengapresiasi lahirnya vaksin Covid-19 yang diproduksi di dalam negeri. Mungkin saja dengan adanya vaksin ini kita bisa memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 tak hanya untuk Indonesia, tapi negara lain yang belum bisa memproduksi vaksin Covid-19 secara mandiri," pungkas Syahril.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
Menurut data Kemenkes per 3 November 2022, jumlah orang yang hasil tesnya positif Covid-19 sebanyak 4.951 dari 30.988 jumlah orang yang dites. Artinya, positivity rate Covid-19 saat ini ada di angka 15,98 persen.
Kenaikan kasus ini diduga karena merebaknya Covid-19 sub varian Omicron XBB, yang mana di Indonesia sendiri baru terdeteksi 12 kasus dan semuanya tidak ada yang berat.
"Alhamdulillah semuanya dalam kondisi yang stabil, tidak ada yang berat. Beberapa pasien dinyatakan sembuh dan tidak menularkan ke orang sekitarnya," papar Syahril dalam keterangan pers virtual, Jumat (4/11/2022).
"Ini sejalan juga dengan teori ilmiah yang menerangkan bahwa setiap subvarian Covid-19 itu karakternya tidak jauh lebih berbahaya dari sebelumnya dan pada kasus XBB ini, varian tersebut tidak lebih berbahaya dibanding BA.4 dan BA.5," tambah Syahril.
Di sisi lain, kenaikan kasus Covid-19 ini mendapat komentar pedas dari masyarakat. Beredar di media sosial yang menyatakan bahwa kenaikan kasus Covid-19 dikabarkan agar vaksin Covid-19 buatan Indonesia 'laku' lagi di masyarakat.
Syahril menanggapi tudingan tersebut. Menurutnya, itu sama sekali tidak bisa dikaitkan. Di sisi lain, dia mengajak kepada masyarakat untuk mengapresiasi lahirnya vaksin Covid-19 buatan dalam negeri, bukan malah mengeluarkan isu miring tersebut.
"Kami ingin menjelaskan bahwa sebelumnya Indonesia belum mampu membuat vaksin Covid-19, itu kenapa vaksin didatangkan dari luar negeri. Tapi, kini bangsa kita sudah punya vaksin Covid-19 yang diproduksi di dalam negeri dan seharusnya ini jadi kebanggaan kita bersama," paparnya.
"Karena itu, sudah semestinya kita sebagai suatu bangsa mengapresiasi lahirnya vaksin Covid-19 yang diproduksi di dalam negeri. Mungkin saja dengan adanya vaksin ini kita bisa memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 tak hanya untuk Indonesia, tapi negara lain yang belum bisa memproduksi vaksin Covid-19 secara mandiri," pungkas Syahril.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
(hri)