Inovasi Teknologi pada Proyek YABB dan Changemakers di Tallo Makassar, Hujan Disulap Jadi Air Minum

Jum'at, 02 Desember 2022 - 06:00 WIB
loading...
Inovasi Teknologi pada Proyek YABB dan Changemakers di Tallo Makassar, Hujan Disulap Jadi Air Minum
Yayasan Anak Bangsa Bisa bersama Catalyst Changemakers Ecosystem meluncurkan proyek Makassar Jene Tallasa bertemakan Mariki’ Wujudkan Masyarakat Sehat dengan Air Bersih. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), organisasi nirlaba bagian dari Grup GoTo, bersama Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) meluncurkan proyek Makassar Je'ne Tallasa bertemakan Mariki’ Wujudkan Masyarakat Sehat dengan Air Bersih. Demi mencapai tujuan tersebut, proyek gotong royong ini menerapkan teknologi inovatif yang mengolah air hujan menjadi air minum dipadu dengan edukasi yang membangun kemandirian masyarakat Tallo.

Tallo merupakan satu dari lima kecamatan yang mengalami krisis air bersih di Makassar pada 2021. Para changemakers dari Celebes Green Project, Terra Water, dan Kopernik mengidentifikasi kerugian warga Tallo yang diakibatkan krisis ini.

Demi air gratis, waktu harus terbuang dan kesehatan pun dipertaruhkan. Warga perlu menempuh jarak hingga satu kilometer menuju sumur air komunal, dan mengantre selama 2-3 jam untuk mendapatkan air yang tidak layak. Sedangkan untuk mendapatkan air bersih, warga mesti membelinya dari depot dan merogoh kocek Rp300.000 per bulan.

Permasalahan krisis air bersih di Tallo mengganggu perekonomian, kesehatan, dan kehidupan sosial masyarakat sehingga dibutuhkan solusi yang tepat. Melihat kondisi tersebut, YABB berinisiatif membuat program Makassar Je'ne Tallasa.

“Sejalan dengan komitmen CCE untuk mewujudkan solusi yang sistemik dalam menangani permasalahan air di Indonesia, YABB dan changemakers hadir untuk mewujudkan akses air bersih melalui kolaborasi, teknologi, dan edukasi,” kata Monica Oudang, Chairperson Yayasan Anak Bangsa Bisa, melalui siaran pers, Kamis (1/12/2022).

Wali Kota Makassar Ir. H. Mohammad Ramdhan Pomanto menyatakan apresiasi atas solusi berbasis ekosistem untuk mengubah air hujan jadi berkah.

“Air sebagai penentu derajat kesehatan, tapi juga menjadi permasalahan dunia termasuk di Tallo, apalagi dipengaruhi oleh cuaca ekstrim. Di musim kemarau, Tallo mengalami kekeringan dan masyarakat harus mengantre air lebih lama dan membeli dengan harga lebih mahal. Sedangkan ketika musim hujan, air hujan dan luapan muara sungai menjadi mubazir karena hanya membanjiri sebagian area Tallo tanpa dimanfaatkan," paparnya.

Sementara, Direktur Utama Perumda Air Minum Kota Makassar Beni Iskandar menjelaskan, penyebab permasalahan air bersih adalah jaringan perpipaan yang tidak merata. "Sehingga pelayanan di Tallo kurang maksimal, serta pasokan air tanah yang tidak stabil dan berkualitas buruk," katanya.

Saat ini, pemerintah Kota Makassar melalui Perumda Air Minum Kota Makassar masih terus memperbanyak program air bersih gratis dengan menyediakan armada tangki air bersih sebagai solusi jangka pendek di beberapa area prioritas.

Untuk mengatasi permasalahan air di Kecamatan Tallo, YABB dan para changemaker menghadirkan tiga solusi utama yang memadukan teknologi dengan edukasi agar menghasilkan dampak nyata yang berkelanjutan.

Perwakilan Changemakers Makassar Je'ne Tallasa Indah Febriany mengungkapkan, pihaknya berkolaborasi dengan Tametotto untuk menerapkan teknologi pemanenan air hujan (PAH) bawah tanah dengan kapasitas besar, yaitu 160.500 liter. Ini solusi pertama.

"Alhasil, saat teknologi ini bekerja dengan kapasitas penuh, pasokan air bersih diestimasi bisa mencukupi 100 keluarga per hari," ujar dia.

Teknologi yang dibangun di area sekitar Kompleks Makam Raja-Raja Tallo ini dinilai mampu mengurangi genangan air akibat curah hujan tinggi maupun luapan muara sungai di daerah padat penduduk dengan resapan air yang minim.

Solusi kedua adalah pembangunan teknologi filtrasi air menggunakan pot keramik lokal Terra Water. Teknologi penyaringan air ini akan membantu 100 rumah tangga dan 37 sekolah mengurangi risiko terjangkit penyakit yang disebabkan oleh air minum tidak layak konsumsi seperti diare dan tifus.

Indah dan para changemakers paham bahwa infrastruktur teknologi tidak bisa berdiri sendiri. Untuk itu, solusi ketiga yang dijalankan adalah edukasi dan kampanye tentang air, sanitasi, dan kebersihan, serta pemeliharaan sistem pengolahan air bersih.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2234 seconds (0.1#10.140)