Studi: Puasa Ramadhan Memperingan Keluhan Akibat Sakit Maag

Selasa, 28 April 2020 - 08:02 WIB
loading...
Studi: Puasa Ramadhan...
Pasien maag yang menjalani puasa Ramadhan keluhannya dirasakan lebih ringan saat berpuasa dibandingkan pada saat di luar puasa. Foto/Healthgrades.com
A A A
JAKARTA - Mengidap sakit asam lambung atau maag bukan berarti Anda tak bisa berpuasa. Sebaliknya, pasien maag malah akan membaik berkat puasa Ramadhan.

Hal itu disampaikan Akademisi sekaligus Praktisi Klinis Dr. Ari F Syam. Menurutnya, puasa Ramadhan selama ini terbukti mampu memperbaiki sakit maag seseorang.

Berdasarkan penelitian di Fakultas Kedokteran UI, dalam praktik sehari-hari, bahkan pada minggu pertama Ramadhan, pasien sudah melaporkan bahwa keluhan maag mereka membaik saat berpuasa.

"Beberapa alasan kenapa pasien maag akan membaik jika berpuasa Ramadhan antara lain karena makannya menjadi teratur pada saat sahur dan berbuka, mengurangi camilan-camilan yang tidak sehat yang bisa saja dikonsumsi pada siang hari, mengurangi konsumsi rokok, dan pengendalian diri. Secara teori, mestinya pasien maag juga akan membaik keluhannya saat berpuasa Ramadhan," kata Ari melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, kemarin.

Hasil penelitian tersebut sudah dilaporkan empat tahun lalu oleh peserta pendidikan dokter spesialis penyakit FKUI-RSCM dengan judul "Pengaruh Puasa Ramadhan Terhadap Gejala Klinis Pasien Penyakit GERD". Penelitian ini dilakukan pada bulan Ramadhan dengan peneliti Dr. Radhiyatam Mardhiyah dan dibimbing oleh Ari.

Penelitian melibatkan 130 pasien GERD yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok pasien dengan GERD yang berpuasa Ramadhan, dan kelompok GERD yang tidak berpuasa Ramadhan. Mayoritas subyek penelitian adalah laki-laki dan median usia di kedua kelompok adalah 53 tahun.

"Kami tidak melibatkan pasien wanita yang masih produktif (masih mengalami menstruasi). Pasien yang menjadi subyek ini telah dilakukan endoskopi saluran cerna dan sebagian besar memang pasien dengan NERD, yaitu suatu keadaan penyakit GERD yang tidak ditemukan luka pada klep antara kerongkongan dan lambung. Pada pasien yang menjadi subyek penelitian ini dilakukan pemeriksaan pada minggu ke-4 Ramadhan dan dibandingkan dengan tiga bulan setelah Ramadhan," beber Ari.

Hasil penelitian mendapati bahwa pada kelompok pasien yang berpuasa Ramadhan terdapat perubahan nilai GERD-Q (suatu parameter untuk menilai ringan buruknya GERD). Jumlah pasien yang mengalami perubahan sebanyak 55 pasien atau mencapai 85%. Bahkan sebanyak 23% perubahan GERD terjadi dalam rentang yang cukup besar.

Beberapa analisa lebih lanjut mengungkap, ternyata jumlah asupan rokok pasien selama berpuasa Ramadhan berkurang dibandingkan saat tidak berpuasa. Pengaruh selisih waktu antara makan terakhir dengan tidur tidak ditemukan pada kedua kelompok tersebut. Begitu pula tidak ada perbedaan dalam hal selisih waktu antara makan terakhir dengan tidur pada kelompok puasa dan tidak puasa.

Perbedaan perbaikan gejala klinis GERD ini lebih meyakinkan bahwa pasien dengan GERD tetap diperbolehkan berpuasa karena puasa Ramadhan akan memperbaiki gejala GERD mereka.

"Pada akhirnya penelitian ini berkesimpulan bahwa pasien GERD yang menjalani puasa Ramadhan keluhan GERD dirasakan lebih ringan saat berpuasa dibandingkan pada saat di luar puasa. Pasien GERD ini juga merasakan keluhan lebih ringan dibandingkan pasien GERD yang tidak berpuasa," pungkas Ari.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2045 seconds (0.1#10.140)