Menkominfo Dorong E-Health
A
A
A
TEKNOLOG Iyang berada dalam konteks E-Health adalah sebuah keniscayaan. Di Indonesia, rasio antara dokter dengan pasien satu berbanding 2.538 penduduk.
Nah, salah satu cara menyingkapi tantangan kelangkaan dan ketidakmerataan distribusi tenaga medis adalah melalui ini: komunikasi.
Dr. Bagus Denny Indra Baruna tampak sibuk menjelaskan hasil pemeriksaan radiologi CT Scan salah satu pasien melalui layar komputer di RS Pertamedika Sentul City. Ia melakukan teleconferencingdengan staf-nya, dan masih sempat membalas email berisi hasil analisa (expertise) kepada dokter perujuk.
Semua itu dapat dilakukan melalui teknologi baru yang disebut teleradiologi. Teleradiologi memungkinkan transmisi dari informasi medis teks, suara, citra dari suatu lokasi ke lokasi lainnya melalui hubungan komunikasi. Teknologi tersebut memungkinkan hasil pemindaian radiologi tidak hanya berbentuk file berukuran besar dan hanya dapat diakses melalui komputer tertentu. Namun, bisa di akses lewat cloud.
”Hanya butuh koneksi internet, komputer atau laptop biasa, bahkan perangkat portable seperti tablet dan smartphone,” ungkap Bagus yang menyebut hanya ada 300 ahli radiologi di seluruh Indonesia. ”Ini sangat memudahkan tugas saya,” paparnya. Bukan hanya itu, teleradiologi memungkinkan ahli radiologi di sebuah rumah sakit dapat melayani dan berkonsultasi dengan rumah sakitrumah sakit yang terkoneksi secara remotemelalui hub network hospital.
Teleradiologi di RS Pertamedika Sentul City ini merupakan pilot project dari layanan E-Health milik PT Sigma Cipta Caraka (TelkomSigma). Belum lama ini Telkomsigma memang menggandeng perusahaan asal Malaysia, Redtone International Bhd, untuk menyediakan layanan teleradiologi di Indonesia. Telkom Group bertindak sebagai penyedia infrastruktur networkberupa fixed broadbandatau seluler 3G dan 4G, serta cloud servicesbagi pengguna yang terkoneksi dengan layanan tersebut.
Adapun Redtone menjadi penyedia aplikasi atau platform teleradiologi. ”Solusi ini akan bernilai tambah bagi industri kesehatan,” ungkap Presiden Direktur TelkomSigma Judi Achmadi. TelkomSigma yang tahun ini membidik pendapatan sekitar Rp2,5 hingga Rp 3 triliun itu memang terjun di berbagai bidang industri, seperti telekomunikasi, transportasi, badan usaha milik negara (BUMN), termasuk juga kesehatan. Direktur RS Pertamedika Sentul City Kamelia Faisal menilai teleradiologi sebagai quantum leapdi bidang teknologi kedokteran.
”Soal adopsi teknologi di rumah sakit, Indonesia memang jauh tertinggal dengan negara lain,” ungkapnya. Menurutnya, teleradiologi tidak hanya unggul dalam hal teleconference, kemudahan data sharing, serta akses ke cloud, namun juga sistem yang secara robotik dapat membaca hal-hal yang bisa luput dari analisa dokter. ”Karena itu saya katakan dokter yang tidak berkembang dengan dunia teknologi akan terlibas,” paparnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia Rudiantara menegaskan setidaknya ada lima hal yang jadi bagian dari ekosistem teleradiologi. Pertama, adalah dokter/ahli radiologi. Kemudian peralatan radiologi seperti CT scan dan MRI. Selanjutnya aplikasi/platform, jaringan, dan terakhir manajemen Rumah Sakit. ”Kelimanya saling terkait dan harus bekerjasama,” katanya. Pilot projectteknologi teleradiologi, menurut Rudi termasuk sesuatu yang baru, maka harus bisa disosialisasikan.
”Jika sudah dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus dikomersialkan. Sehingga ada implementasi, aplikasi, serta replikasi ke tempat lain,” ungkapnya. Rudi juga menilai, baik manajemen maupun proses bisnis yang berkaitan dengan Rumah Sakit harus mengikuti standar internasional. ”Sehingga tidak ada lagi keengganan untuk mengadopsi teknologi baru seperti teleradiologi ini,” ungkap pria kelahiran Bogor, 3 Mei 1959 tersebut.
Teknologi yang berada dalam konteks E-Health, Rudi menuturkan, menjadi suatu keniscayaan di Indonesia. Karena rasio antara jumlah dokter dan pasien masih sangat jauh. Nah, bagaimana agar yang jauh itu dapat berdekatan kuncinya hanya satu. Yakni telekomunikasi.
”Setelah koneksi 4G LTE bisa diakses pada awal tahun depan, ahli/dokter radiologi dapat langsung memberikan analisa dimana saja melalui jaringan internet cepat yang stabil,” katanya. Rudi membayangkan bahwa suatu saat nanti akan terwujud gedung Rumah Sakit yang isinya hanya peralatan dan mesin, tidak perlu ada kamar lagi.
Danang arradian
Nah, salah satu cara menyingkapi tantangan kelangkaan dan ketidakmerataan distribusi tenaga medis adalah melalui ini: komunikasi.
Dr. Bagus Denny Indra Baruna tampak sibuk menjelaskan hasil pemeriksaan radiologi CT Scan salah satu pasien melalui layar komputer di RS Pertamedika Sentul City. Ia melakukan teleconferencingdengan staf-nya, dan masih sempat membalas email berisi hasil analisa (expertise) kepada dokter perujuk.
Semua itu dapat dilakukan melalui teknologi baru yang disebut teleradiologi. Teleradiologi memungkinkan transmisi dari informasi medis teks, suara, citra dari suatu lokasi ke lokasi lainnya melalui hubungan komunikasi. Teknologi tersebut memungkinkan hasil pemindaian radiologi tidak hanya berbentuk file berukuran besar dan hanya dapat diakses melalui komputer tertentu. Namun, bisa di akses lewat cloud.
”Hanya butuh koneksi internet, komputer atau laptop biasa, bahkan perangkat portable seperti tablet dan smartphone,” ungkap Bagus yang menyebut hanya ada 300 ahli radiologi di seluruh Indonesia. ”Ini sangat memudahkan tugas saya,” paparnya. Bukan hanya itu, teleradiologi memungkinkan ahli radiologi di sebuah rumah sakit dapat melayani dan berkonsultasi dengan rumah sakitrumah sakit yang terkoneksi secara remotemelalui hub network hospital.
Teleradiologi di RS Pertamedika Sentul City ini merupakan pilot project dari layanan E-Health milik PT Sigma Cipta Caraka (TelkomSigma). Belum lama ini Telkomsigma memang menggandeng perusahaan asal Malaysia, Redtone International Bhd, untuk menyediakan layanan teleradiologi di Indonesia. Telkom Group bertindak sebagai penyedia infrastruktur networkberupa fixed broadbandatau seluler 3G dan 4G, serta cloud servicesbagi pengguna yang terkoneksi dengan layanan tersebut.
Adapun Redtone menjadi penyedia aplikasi atau platform teleradiologi. ”Solusi ini akan bernilai tambah bagi industri kesehatan,” ungkap Presiden Direktur TelkomSigma Judi Achmadi. TelkomSigma yang tahun ini membidik pendapatan sekitar Rp2,5 hingga Rp 3 triliun itu memang terjun di berbagai bidang industri, seperti telekomunikasi, transportasi, badan usaha milik negara (BUMN), termasuk juga kesehatan. Direktur RS Pertamedika Sentul City Kamelia Faisal menilai teleradiologi sebagai quantum leapdi bidang teknologi kedokteran.
”Soal adopsi teknologi di rumah sakit, Indonesia memang jauh tertinggal dengan negara lain,” ungkapnya. Menurutnya, teleradiologi tidak hanya unggul dalam hal teleconference, kemudahan data sharing, serta akses ke cloud, namun juga sistem yang secara robotik dapat membaca hal-hal yang bisa luput dari analisa dokter. ”Karena itu saya katakan dokter yang tidak berkembang dengan dunia teknologi akan terlibas,” paparnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia Rudiantara menegaskan setidaknya ada lima hal yang jadi bagian dari ekosistem teleradiologi. Pertama, adalah dokter/ahli radiologi. Kemudian peralatan radiologi seperti CT scan dan MRI. Selanjutnya aplikasi/platform, jaringan, dan terakhir manajemen Rumah Sakit. ”Kelimanya saling terkait dan harus bekerjasama,” katanya. Pilot projectteknologi teleradiologi, menurut Rudi termasuk sesuatu yang baru, maka harus bisa disosialisasikan.
”Jika sudah dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus dikomersialkan. Sehingga ada implementasi, aplikasi, serta replikasi ke tempat lain,” ungkapnya. Rudi juga menilai, baik manajemen maupun proses bisnis yang berkaitan dengan Rumah Sakit harus mengikuti standar internasional. ”Sehingga tidak ada lagi keengganan untuk mengadopsi teknologi baru seperti teleradiologi ini,” ungkap pria kelahiran Bogor, 3 Mei 1959 tersebut.
Teknologi yang berada dalam konteks E-Health, Rudi menuturkan, menjadi suatu keniscayaan di Indonesia. Karena rasio antara jumlah dokter dan pasien masih sangat jauh. Nah, bagaimana agar yang jauh itu dapat berdekatan kuncinya hanya satu. Yakni telekomunikasi.
”Setelah koneksi 4G LTE bisa diakses pada awal tahun depan, ahli/dokter radiologi dapat langsung memberikan analisa dimana saja melalui jaringan internet cepat yang stabil,” katanya. Rudi membayangkan bahwa suatu saat nanti akan terwujud gedung Rumah Sakit yang isinya hanya peralatan dan mesin, tidak perlu ada kamar lagi.
Danang arradian
(ars)