Potret Perempuan di Plaza Indonesia Film Festival
A
A
A
UNTUK pertama kalinya, Plaza Indonesia menggelar Plaza Indonesia Film Festival (PIFF). Mengangkat tema “Celebrating Women”, kondisi perempuan dari berbagai latar belakang dan permasalahan diterjemahkan dalam enam film pilihan berkualitas.
Digelar sejak Selasa (26/5) hingga Jumat (29/5), PIFF yang dihelat di Cinema XXI Plaza Indonesia, dibuka dengan film dokumenter Au Lorun besutan Dodit Wijanarko. Au Lorun yang dalam bahas Flores berarti aku menenun bercerita tentang empat perempuan penenun yang tergabung dalam Sanggar Lepo Lorun di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Melalui talent seorang dokter, musisi, dan model Mesty Ariotedjo, Au Lorun mengajak penonton bertemu dengan Alfonsa Horeng, Mama Gonda, Mama Elizabeth, dan ibu guru Memi. Dari cerita mereka sepanjang lebih dari 90 menit, penonton diberi gambaran tentang sehelai kain tenun ikat dari sudut pandang yang berbeda.
Bukan dari keindahannya semata, seperti yang diburu para kolektor wastra (kain yang dibuat secara tradisional) dan pencinta mode, melainkan dari kehidupan para penenun dan makna wastra tersebut bagi kehidupan di Flores.
Dari tuturan mereka, Dodit berhasil menunjukkan bahwa para perempuan Flores menganggap tenun ikat sebagai sebuah warisan turun-menurun yang harus dilestarikan. Bukan hanya karena keahlian menenun sebagai keahlian wajib yang harus dikuasai, juga bagian dari keterhubungan mereka dengan para leluhur.
“Tenun ikat bagi kami bukan kerajinan tangan. Kami membuatnya bukan untuk mendapatkan uang, bukan karena pesanan orang, tapi karena ini bagian dari kecintaan dan keterikatan kami kepada leluhur. Saya berladang, di rumah, bepergian, menggunakan tenun. Kalau ada orang Flores melihat saya sekarang ini, mereka bisa tahu asal dan suku saya hanya dengan melihat tenun ikat ini,” ujar Alfonsa Horeng seusai pemutaran Au Lorun di Cinema XXI Plaza Indonesia, Selasa (26/5).
Bagi Dodit sebagai sutradara, menunjukkan pesona kain tenun ikat pada dunia adalah bagian dari cita-citanya. “Banyak orang belum tahu bagaimana kehidupan mereka. Hidup mereka tak seindah hasil karya mereka yang dikagumi banyak orang,” ujarnya dalam konferensi pers PIFF di Lounge Cinema XXI Plaza Indonesia. Adapun bagi PIFF , Au Lorun adalah bukti bahwa Plaza Indonesia peduli pada kekayaan Nusantara.
Film ini memang melakukan pemutaran perdana di PIFF , yang diadakan sebagai bagian dari perayaan 25 tahun Plaza Indonesia. “Kami ingin selalu memberikan pandangan alternatif, hiburan alternatif bagi pengunjung Plaza Indonesia,” kata Zamri Mamat selaku General Manager Marketing & Communications PT Plaza Indonesia Realty Tbk.
Pilihan untuk mengangkat tema tentang perempuan pun sengaja dipilih karena sisi perempuan selalu menarik untuk dibahas. “Perempuan adalah pribadi yang kompleks, penuh warna. Karena itu, kami mengangkat cerita suka dan duka mereka, komitmen kuat untuk keluarga dan orang yang disayangi, semangat hidup, serta perjuangan perempuan yang tinggi dan penuh pengorbanan bagi orang-orang yang dicintai,” imbuhnya.
Selain Au Lorun , film-film lainnya yang diputar, yaitu The Last Five Years , drama musikal yang dibintangi Anna Kendrick; Selamat Pagi, Malam karya Lucky Kuswandi; film omnibus 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita karya Robby Ertanto; Two Days, One Night yang dibintangi oleh Marion Cotillard dan sekaligus mendapatkan nominasi untuk best performance sebagai actress in a leading role pada Academy Awards ke-87 pada 2015.
Juga Siti karya Eddie Cahyono, yang baru saja memenangkan best performance di Singapore International Film Festival 2014 . Siti adalah sebuah film dalam format hitam putih yang berkisah tentang perjuangan seorang istri menghidupi keluarganya setelah suaminya lumpuh akibat kecelakaan. Siti, sang istri tersebut, lalu bekerja menjual camilan pada siang hari dan di tempat karaoke ilegal pada malam hari.
Selain sibuk bekerja, Siti juga harus mengasuh anak, mertua, juga suaminya. Yang menarik, walau Siti masih setia merawat suaminya, sang suami justru enggan bicara kepada Siti karena pekerjaan malam yang dianggapnya “kotor” tersebut. Cerita semakin menarik, saat ada polisi tampan yang tertarik kepada Siti dan ingin mengajaknya menikah dan membebaskan Siti dari segala beban hidupnya.
Pada Kamis (28/5) akan diputar 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita pada pukul 19.00 WIB dan Siti pada pukul 21.00 WIB. Sementara pada Jumat (29/5) diputar Siti pada pukul 17.00 dan Two Days, One Night pukul 21.00. Tiket bisa didapatkan secara gratis di Cinema XXI Plaza Indonesia satu jam sebelum pemutaran.
Herita endriana
Digelar sejak Selasa (26/5) hingga Jumat (29/5), PIFF yang dihelat di Cinema XXI Plaza Indonesia, dibuka dengan film dokumenter Au Lorun besutan Dodit Wijanarko. Au Lorun yang dalam bahas Flores berarti aku menenun bercerita tentang empat perempuan penenun yang tergabung dalam Sanggar Lepo Lorun di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Melalui talent seorang dokter, musisi, dan model Mesty Ariotedjo, Au Lorun mengajak penonton bertemu dengan Alfonsa Horeng, Mama Gonda, Mama Elizabeth, dan ibu guru Memi. Dari cerita mereka sepanjang lebih dari 90 menit, penonton diberi gambaran tentang sehelai kain tenun ikat dari sudut pandang yang berbeda.
Bukan dari keindahannya semata, seperti yang diburu para kolektor wastra (kain yang dibuat secara tradisional) dan pencinta mode, melainkan dari kehidupan para penenun dan makna wastra tersebut bagi kehidupan di Flores.
Dari tuturan mereka, Dodit berhasil menunjukkan bahwa para perempuan Flores menganggap tenun ikat sebagai sebuah warisan turun-menurun yang harus dilestarikan. Bukan hanya karena keahlian menenun sebagai keahlian wajib yang harus dikuasai, juga bagian dari keterhubungan mereka dengan para leluhur.
“Tenun ikat bagi kami bukan kerajinan tangan. Kami membuatnya bukan untuk mendapatkan uang, bukan karena pesanan orang, tapi karena ini bagian dari kecintaan dan keterikatan kami kepada leluhur. Saya berladang, di rumah, bepergian, menggunakan tenun. Kalau ada orang Flores melihat saya sekarang ini, mereka bisa tahu asal dan suku saya hanya dengan melihat tenun ikat ini,” ujar Alfonsa Horeng seusai pemutaran Au Lorun di Cinema XXI Plaza Indonesia, Selasa (26/5).
Bagi Dodit sebagai sutradara, menunjukkan pesona kain tenun ikat pada dunia adalah bagian dari cita-citanya. “Banyak orang belum tahu bagaimana kehidupan mereka. Hidup mereka tak seindah hasil karya mereka yang dikagumi banyak orang,” ujarnya dalam konferensi pers PIFF di Lounge Cinema XXI Plaza Indonesia. Adapun bagi PIFF , Au Lorun adalah bukti bahwa Plaza Indonesia peduli pada kekayaan Nusantara.
Film ini memang melakukan pemutaran perdana di PIFF , yang diadakan sebagai bagian dari perayaan 25 tahun Plaza Indonesia. “Kami ingin selalu memberikan pandangan alternatif, hiburan alternatif bagi pengunjung Plaza Indonesia,” kata Zamri Mamat selaku General Manager Marketing & Communications PT Plaza Indonesia Realty Tbk.
Pilihan untuk mengangkat tema tentang perempuan pun sengaja dipilih karena sisi perempuan selalu menarik untuk dibahas. “Perempuan adalah pribadi yang kompleks, penuh warna. Karena itu, kami mengangkat cerita suka dan duka mereka, komitmen kuat untuk keluarga dan orang yang disayangi, semangat hidup, serta perjuangan perempuan yang tinggi dan penuh pengorbanan bagi orang-orang yang dicintai,” imbuhnya.
Selain Au Lorun , film-film lainnya yang diputar, yaitu The Last Five Years , drama musikal yang dibintangi Anna Kendrick; Selamat Pagi, Malam karya Lucky Kuswandi; film omnibus 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita karya Robby Ertanto; Two Days, One Night yang dibintangi oleh Marion Cotillard dan sekaligus mendapatkan nominasi untuk best performance sebagai actress in a leading role pada Academy Awards ke-87 pada 2015.
Juga Siti karya Eddie Cahyono, yang baru saja memenangkan best performance di Singapore International Film Festival 2014 . Siti adalah sebuah film dalam format hitam putih yang berkisah tentang perjuangan seorang istri menghidupi keluarganya setelah suaminya lumpuh akibat kecelakaan. Siti, sang istri tersebut, lalu bekerja menjual camilan pada siang hari dan di tempat karaoke ilegal pada malam hari.
Selain sibuk bekerja, Siti juga harus mengasuh anak, mertua, juga suaminya. Yang menarik, walau Siti masih setia merawat suaminya, sang suami justru enggan bicara kepada Siti karena pekerjaan malam yang dianggapnya “kotor” tersebut. Cerita semakin menarik, saat ada polisi tampan yang tertarik kepada Siti dan ingin mengajaknya menikah dan membebaskan Siti dari segala beban hidupnya.
Pada Kamis (28/5) akan diputar 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita pada pukul 19.00 WIB dan Siti pada pukul 21.00 WIB. Sementara pada Jumat (29/5) diputar Siti pada pukul 17.00 dan Two Days, One Night pukul 21.00. Tiket bisa didapatkan secara gratis di Cinema XXI Plaza Indonesia satu jam sebelum pemutaran.
Herita endriana
(ftr)