New York Kota Cahaya
A
A
A
A Place of a movie scenes... concrete jungle... noise is always loud... big lights . Begitu penyanyi Alicia Keys menggambarkan New York City dalam lagunya Empire State of Mind. Berkunjung ke kota megapolitan ini, saya mengamini apa yang ditulis Alicia.
New York City (NYC) selalu menjadi kota yang mengesankan buat saya. Inilah kota yang benar-benar mendeskripsikan arti kota megapolitan yang sebenarnya. Lihatlah profilnya. Kota dengan penduduk terpadat di Amerika Serikat. Ratusan bahasa berbeda diucapkan oleh penduduknya yang berasal dari berbagai negara di dunia.
Kota ini juga menjadi simbol ekonomi dan budaya dunia. NYC tak kenal tidur. Bahkan, lampu-lampu di gedunggedung pencakar langitnya tak pernah mati. JFK Airport menjadi gerbang pertama saya memasuki NYC pada awal tahun ini. Ini menjadi kunjungan saya yang kedua, setelah menikmati pesona kota ini saat summer.
Layaknya kota yang menjadi melting pot warga dunia, bandara JFK menerapkan peraturan keamanan yang ketat bagi mereka yang baru saja mendarat. Random check dilakukan pada orang-orang tertentu, yang secara kriteria hanya petugas di bandara yang tahu. Jika masuk kategori random check , Anda akan diminta masuk ke sebuah ruangan dan bisa diperiksa lebih dari satu jam.
Walaupun Anda tak masuk daftar random check , tetap saja harus mengantre lama untuk bisa keluar bandara, terutama untuk urusan ambil bagasi. Waktu lamanya mirip dengan kalau kita mengantre di Bandara Soekarno-Hatta. Setelah urusan bagasi selesai, saatnya memilih taksi. Di sini Anda juga harus hati-hati. Taksi yang resmi di NYC adalah yang berwarna kuning (yellow cab ).
Waspada juga pada calo bandara. Pokoknya, yellow cab dari bandara JFK ke kawasan kota hanya menerapkan satu harga, yaitu USD69. Di luar itu, Anda berarti ditipu. Selain naik taksi, bisa juga naik shuttle bus seharga USD10-20. Hanya, saya sarankan, meskipun lebih mahal lebih baik menggunakan yellow cab karena akan langsung mengantar Anda ke tempat yang Anda tuju.
Saya memilih menginap di dekat kawasan Times Square yang terkenal dengan televisi-televisi raksasanya itu. Juga yang selalu ada di film-film Hollywood setiap kali setting film tersebut terletak di NYC. Times Square terletak di bagian pulau Manhattan. Berbeda dari yang saya bayangkan, kawasan Times Square yang padat dan sangat kekotaan itu ternyata punya aroma yang menusuk hidung.
Baunya tak sedap, bercampur-campur tak karuan. Entah karena apa. Tapi lupakan bau itu, karena jika Anda menginap di hotel bergedung tinggi di Times Square, view Kota New York pada malam hari yang concrete jungle dan big lights seperti yang dikatakan Alicia Keys benar-benar bisa Anda temukan. Pemandangan indah. Anda akan terpesona dibuatnya. Malam itu, karena perjalanan yang melelahkan (plus sedikit jetlag karena Jakarta- NYC berbeda 11-12 jam), saya memutuskan untuk tidur lebih awal.
Keliling dengan bus wisata
Esok harinya, energi saya terkumpul untuk naik bus Hop-On Hop-Off keliling kota. Ada paket 24 jam, 48 jam, dan 72 jam yang bisa dipilih, dengan kisaran harga antara USD40-60. Bus wisata yang beroperasi pada pukul 08.00-18.00 (setiap 25-30 menit) ini menawarkan beberapa jenis tur, yaitu Up Town Tour, Down Town Tour, Brooklyn Tour, dan Bronx Tour. Up Town ada di bagian utara mencakup daerah Bronx.
Di daerah ini, kita bisa menyusuri jejak pahlawan Malcolm X, Apollo Theatre, juga mengunjungi Yankees Stadium. Sementara Down Town Tour mencakup Pulau Manhattan bagian tengah sampai bawah, seperti Wall Street, Ground Zero 9/11, Liberty Statue, dan tempat-tempat yang “lebih tertata”. Saya memilih keliling Down Town dulu karena nama daerah-daerahnya lebih akrab di telinga.
Down Town Tour membawa saya menyusuri China Town, Little Italy, pusat belanja Soho, dan Wall Street. Namun, incaran utama saya adalah mengunjungi Liberty Statue. Catatan penting, untuk menuju Liberty Statue, pengunjung harus naik kapal feri terlebih dahulu dari Battery Park. Nah, untuk naik kapal ini antreannya sangat panjang, bisa menghabiskan waktu hingga 3 jam.
Untuk menghemat waktu, sebaiknya datang pagi hari, sekitar pukul 09.00-10.00 waktu setempat, demi menghindari antrean panjang. Malam harinya, saatnya naik ke atas Empire State Building, tempat syuting film komedi romantis yang sangat laris pada 90-an, Sleepless in Seattle. Sebenarnya Anda bisa datang ke sini sejak pukul 08.00 sampai 02.00 dini hari, tetapi demi memuaskan hobi fotografi saya, saya memutuskan naik ke atas gedung ini pada pukul 24.00 karena biasanya lebih sepi.
Lagi pula, mengingat jam biologis tubuh saya yang masih “Jakarta””, masih siang dan segar pada jam segini. Lift membawa saya ke lantai 86 (Observation Deck), dan wow.... Sungguh pemandangan kota yang menakjubkan. New York City bagaikan bidadari cantik yang bermandikan cahaya. Siapa pun tak akan mau melewatkan momen mengabadikan pemandangan dari atas gedung ini.
Apalagi jika menggunakan tongsis . Namun, barang ini dilarang masuk ke dalam gedung. Kalau ketahuan, pasti akan langsung disita petugas. Walau tanpa tongsis pun, keindahan cahaya lampu gedung-gedung NYC tetap akan terekam di kepala saya. Tempat lainnya yang bisa dikunjungi saat di NYC adalah Top of the Rock di Rockefeller Center dan Grand Central Terminal. Yang disebut terakhir adalah stasiun paling besar di NYC. Adapun di Rockefeller Center kita bisa menikmati sunset yang indah di atas Central Park.
Makan dan belanja
Tentu, kalau sudah sampai di NYC, jangan lupa untuk belanja. Banyak sekali tempat yang bisa didatangi untuk wisata belanja. Beberapa nama yang bisa Anda masukkan dalam daftar, antara lain Bloomingdales di 3rd Avenue (yang menawarkan barang-barang rancangan desainer terkemuka, seperti Tory Burch, Michael Kors, Diane von Furstenberg, Kate Spade, dan masih banyak lagi), Macy’s (merupakan mal tertua, didirikan pada 1858), Apple Store unik di 5th Avenue, juga ke daerah SoHo.
SoHo adalah sebuah permukiman di Lower Manhattan, terkenal karena memiliki banyak apartemen seniman dan galeri seni serta berbagai toko mulai dari butik hingga pertokoan kelas atas. Beberapa toko yang saya rekomendasikan, yaitu Hollister Co, True Religion, butik Kate Spade, dan toko sport yang menjual topi-topi bisbol khas Amerika Serikat. Barang-barangnya boleh jadi tak berbeda jauh dengan yang dijual di Jakarta.
Namun, harganya tentu relatif lebih murah dan pilihan yang lebih banyak. Karena saya tinggal di Times Square, maka Times Square merupakan lokasi jelajah belanja saya yang terlama. Terlalu luas sebenarnya untuk bisa ditelusuri semua. Anda bisa menemukan Hard Rock Cafe, toko suvenir Yankees, Toys R Us, Disney Store, M&M Store, dan lain-lain. Soal makanan, jangan lupa mampir ke Serendipity 3, restoran yang menjadi lokasi film Serendipity, One Fine Day , dan serial Gossip Girl.
Rasa makanannya sebenarnya biasa saja, tapi nuansa romantisme layaknya di film-film tersebut yang dijual restoran ini. Kalau mau makanan yang lebih murah, bisa mencari food truck yang menjual makanan Asia, seperti nasi goreng, nasi ayam, dan kebab. Biasanya makanan ini halal dan harganya murah, hanya USD2-4.
Food truck bisa mudah Anda temukan hampir di semua jalanan di Manhattan. Dengan begitu banyak hal yang bisa ditemukan di NYC, waktu seminggu rasanya pas untuk dihabiskan di kota ini. Tak hanya bisa melihat keindahan khas kota besar, juga bisa sedikit merasakan menjadi warga kota dunia. Citizen of the World, are you ready
PENULIS : @herugunadi Traveler
New York City (NYC) selalu menjadi kota yang mengesankan buat saya. Inilah kota yang benar-benar mendeskripsikan arti kota megapolitan yang sebenarnya. Lihatlah profilnya. Kota dengan penduduk terpadat di Amerika Serikat. Ratusan bahasa berbeda diucapkan oleh penduduknya yang berasal dari berbagai negara di dunia.
Kota ini juga menjadi simbol ekonomi dan budaya dunia. NYC tak kenal tidur. Bahkan, lampu-lampu di gedunggedung pencakar langitnya tak pernah mati. JFK Airport menjadi gerbang pertama saya memasuki NYC pada awal tahun ini. Ini menjadi kunjungan saya yang kedua, setelah menikmati pesona kota ini saat summer.
Layaknya kota yang menjadi melting pot warga dunia, bandara JFK menerapkan peraturan keamanan yang ketat bagi mereka yang baru saja mendarat. Random check dilakukan pada orang-orang tertentu, yang secara kriteria hanya petugas di bandara yang tahu. Jika masuk kategori random check , Anda akan diminta masuk ke sebuah ruangan dan bisa diperiksa lebih dari satu jam.
Walaupun Anda tak masuk daftar random check , tetap saja harus mengantre lama untuk bisa keluar bandara, terutama untuk urusan ambil bagasi. Waktu lamanya mirip dengan kalau kita mengantre di Bandara Soekarno-Hatta. Setelah urusan bagasi selesai, saatnya memilih taksi. Di sini Anda juga harus hati-hati. Taksi yang resmi di NYC adalah yang berwarna kuning (yellow cab ).
Waspada juga pada calo bandara. Pokoknya, yellow cab dari bandara JFK ke kawasan kota hanya menerapkan satu harga, yaitu USD69. Di luar itu, Anda berarti ditipu. Selain naik taksi, bisa juga naik shuttle bus seharga USD10-20. Hanya, saya sarankan, meskipun lebih mahal lebih baik menggunakan yellow cab karena akan langsung mengantar Anda ke tempat yang Anda tuju.
Saya memilih menginap di dekat kawasan Times Square yang terkenal dengan televisi-televisi raksasanya itu. Juga yang selalu ada di film-film Hollywood setiap kali setting film tersebut terletak di NYC. Times Square terletak di bagian pulau Manhattan. Berbeda dari yang saya bayangkan, kawasan Times Square yang padat dan sangat kekotaan itu ternyata punya aroma yang menusuk hidung.
Baunya tak sedap, bercampur-campur tak karuan. Entah karena apa. Tapi lupakan bau itu, karena jika Anda menginap di hotel bergedung tinggi di Times Square, view Kota New York pada malam hari yang concrete jungle dan big lights seperti yang dikatakan Alicia Keys benar-benar bisa Anda temukan. Pemandangan indah. Anda akan terpesona dibuatnya. Malam itu, karena perjalanan yang melelahkan (plus sedikit jetlag karena Jakarta- NYC berbeda 11-12 jam), saya memutuskan untuk tidur lebih awal.
Keliling dengan bus wisata
Esok harinya, energi saya terkumpul untuk naik bus Hop-On Hop-Off keliling kota. Ada paket 24 jam, 48 jam, dan 72 jam yang bisa dipilih, dengan kisaran harga antara USD40-60. Bus wisata yang beroperasi pada pukul 08.00-18.00 (setiap 25-30 menit) ini menawarkan beberapa jenis tur, yaitu Up Town Tour, Down Town Tour, Brooklyn Tour, dan Bronx Tour. Up Town ada di bagian utara mencakup daerah Bronx.
Di daerah ini, kita bisa menyusuri jejak pahlawan Malcolm X, Apollo Theatre, juga mengunjungi Yankees Stadium. Sementara Down Town Tour mencakup Pulau Manhattan bagian tengah sampai bawah, seperti Wall Street, Ground Zero 9/11, Liberty Statue, dan tempat-tempat yang “lebih tertata”. Saya memilih keliling Down Town dulu karena nama daerah-daerahnya lebih akrab di telinga.
Down Town Tour membawa saya menyusuri China Town, Little Italy, pusat belanja Soho, dan Wall Street. Namun, incaran utama saya adalah mengunjungi Liberty Statue. Catatan penting, untuk menuju Liberty Statue, pengunjung harus naik kapal feri terlebih dahulu dari Battery Park. Nah, untuk naik kapal ini antreannya sangat panjang, bisa menghabiskan waktu hingga 3 jam.
Untuk menghemat waktu, sebaiknya datang pagi hari, sekitar pukul 09.00-10.00 waktu setempat, demi menghindari antrean panjang. Malam harinya, saatnya naik ke atas Empire State Building, tempat syuting film komedi romantis yang sangat laris pada 90-an, Sleepless in Seattle. Sebenarnya Anda bisa datang ke sini sejak pukul 08.00 sampai 02.00 dini hari, tetapi demi memuaskan hobi fotografi saya, saya memutuskan naik ke atas gedung ini pada pukul 24.00 karena biasanya lebih sepi.
Lagi pula, mengingat jam biologis tubuh saya yang masih “Jakarta””, masih siang dan segar pada jam segini. Lift membawa saya ke lantai 86 (Observation Deck), dan wow.... Sungguh pemandangan kota yang menakjubkan. New York City bagaikan bidadari cantik yang bermandikan cahaya. Siapa pun tak akan mau melewatkan momen mengabadikan pemandangan dari atas gedung ini.
Apalagi jika menggunakan tongsis . Namun, barang ini dilarang masuk ke dalam gedung. Kalau ketahuan, pasti akan langsung disita petugas. Walau tanpa tongsis pun, keindahan cahaya lampu gedung-gedung NYC tetap akan terekam di kepala saya. Tempat lainnya yang bisa dikunjungi saat di NYC adalah Top of the Rock di Rockefeller Center dan Grand Central Terminal. Yang disebut terakhir adalah stasiun paling besar di NYC. Adapun di Rockefeller Center kita bisa menikmati sunset yang indah di atas Central Park.
Makan dan belanja
Tentu, kalau sudah sampai di NYC, jangan lupa untuk belanja. Banyak sekali tempat yang bisa didatangi untuk wisata belanja. Beberapa nama yang bisa Anda masukkan dalam daftar, antara lain Bloomingdales di 3rd Avenue (yang menawarkan barang-barang rancangan desainer terkemuka, seperti Tory Burch, Michael Kors, Diane von Furstenberg, Kate Spade, dan masih banyak lagi), Macy’s (merupakan mal tertua, didirikan pada 1858), Apple Store unik di 5th Avenue, juga ke daerah SoHo.
SoHo adalah sebuah permukiman di Lower Manhattan, terkenal karena memiliki banyak apartemen seniman dan galeri seni serta berbagai toko mulai dari butik hingga pertokoan kelas atas. Beberapa toko yang saya rekomendasikan, yaitu Hollister Co, True Religion, butik Kate Spade, dan toko sport yang menjual topi-topi bisbol khas Amerika Serikat. Barang-barangnya boleh jadi tak berbeda jauh dengan yang dijual di Jakarta.
Namun, harganya tentu relatif lebih murah dan pilihan yang lebih banyak. Karena saya tinggal di Times Square, maka Times Square merupakan lokasi jelajah belanja saya yang terlama. Terlalu luas sebenarnya untuk bisa ditelusuri semua. Anda bisa menemukan Hard Rock Cafe, toko suvenir Yankees, Toys R Us, Disney Store, M&M Store, dan lain-lain. Soal makanan, jangan lupa mampir ke Serendipity 3, restoran yang menjadi lokasi film Serendipity, One Fine Day , dan serial Gossip Girl.
Rasa makanannya sebenarnya biasa saja, tapi nuansa romantisme layaknya di film-film tersebut yang dijual restoran ini. Kalau mau makanan yang lebih murah, bisa mencari food truck yang menjual makanan Asia, seperti nasi goreng, nasi ayam, dan kebab. Biasanya makanan ini halal dan harganya murah, hanya USD2-4.
Food truck bisa mudah Anda temukan hampir di semua jalanan di Manhattan. Dengan begitu banyak hal yang bisa ditemukan di NYC, waktu seminggu rasanya pas untuk dihabiskan di kota ini. Tak hanya bisa melihat keindahan khas kota besar, juga bisa sedikit merasakan menjadi warga kota dunia. Citizen of the World, are you ready
PENULIS : @herugunadi Traveler
(bbg)