Makan Tak Sekadar Isi Perut

Selasa, 09 Juni 2015 - 09:02 WIB
Makan Tak Sekadar Isi Perut
Makan Tak Sekadar Isi Perut
A A A
PROSES memberikan makan pada anak seharusnya bukan sekadar menyediakan makanan kemudian anak merasa kenyang. Harus ada nilai lebih, misalnya dengan menyisipkan proses pembelajaran di dalamnya.

Melibatkan anak saat proses menyediakan makanan dapat memberikan banyak pembelajaran yang membantu perkembangan kognitifnya.

Ibu bisa menjelaskan kandungan nutrisi dari tiap bahan makanan yang akan diolah. Anak akan merasa lebih dihargai jika orang tuanya melibatkan mereka saat memasak. Selain itu, menimbulkan kepercayaan diri anak karena merasa pendapatnya diapresiasi oleh ibunya. Menurut seorang dokter spesialis anak dr Fransisca Handy SpA, dalam memberikan makanan kepada anak, orang tua harus memperhatikan kebutuhan nutrisi dan stimulasi bagi anak.

“Terangkan setiap manfaat yang akan mereka dapatkan dari setiap bahan makanan jika mereka mengonsumsinya. Anak yang sehat akan tumbuh lebih bahagia,” ungkap dr Fransisca Handy SpA di sela talkshowbertajuk ”Menemani Anak Tumbuh dengan Bahagia” yang diselenggarakan oleh Komunitas Homemade Healthy Baby Food (HHBF) beberapa waktu lalu. Sistem kekebalan tubuh ada dua jenis, yakni innateatau bawaan sejak lahir dan kekebalan spesifik. Pada kekebalan tubuh yang merupakan bawaan setiap orang sejak lahir pada umumnya bersifat non-spesifik.

Meskipun secara alami diproduksi tubuh, kekebalan ini harus terus dipelihara melalui nutrisi yang diberikan dalam makanan. Untuk itulah, asupan nutrisi anak harus diperhatikan dengan jeli. Kekebalan fisik yang spesifik terdapat dua jenis, yakni pasif dan aktif. Untuk kekebalan tubuh pasif dapat diperoleh dari ASI yang diberikan ibu kepada anak mereka.

Oleh karena itu, untuk para ibu menyusui atau busui, nutrisi dalam setiap asupan mereka sangat berperan penting dalam pembentukan kekebalan tubuh anak. Sementara yang aktif dapat diperoleh melalui imunisasi. “Kewajiban imunisasi harus dipenuhi sejak dini, sebab tubuh tidak bisa menghasilkan kekebalan tubuh secara spesifik. Kemudian, jangan tunggu sampai anak sakit,” ujar Fransisca.

Setiap anak memiliki kecenderungan proses perkembangan dan pertumbuhan yang berbeda-beda. Orang tua tidak sepatutnya membandingkan pertumbuhan anak mereka dengan anak tetangga. Perhatikan kurva perkembangan anak. “Secara genetika saja sudah berbeda, belum lagi nutrisi yang diberikan setiap hari juga berbeda. Yang penting, perhatikan kurva perkembangannya, terjadi peningkatan atau tidak,” kata Fransisca. Pada dasarnya anak tidak tahu pengertian lapar secara definitif. Anak, terutama balita, cenderung memaknai rasa lapar hanya pada saat ia merasakannya.

“Anak hanya memahami, kalau ia lapar, ia harus makan, kemudian akan timbul rasa kenyang,” ujar Rudi Cahyo, seorang parenting consultantsekaligus penulis buku Daily Parentingpada waktu dan tempat yang bersamaan. Menurut Rudi, orang tua harus memberikan definisi makan yang benar. Dengan begitu, anak akan belajar disiplin soal makan secara perlahanlahan. Ajari anak bahwa makan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya. Oleh karena itu, buat situasi yang membedakan waktu makan dengan waktu yang lainnya.

“Jangan biarkan anak makan sambil menonton televisi atau bermain karena fokus anak hanya pada aktivitas yang ia lakukan dibanding makan. Ajari anak duduk tenang di atas meja makan misalnya,” tutur Rudi Cahyo. Selain itu, untuk membangun kebiasaan makan yang baik, orang tua bisa mencoba memberikan apresiasi kepada anak ketika ia menghabiskan makanannya. Cara yang bisa dilakukan adalah beri porsi yang berbeda dengan mengurangi jumlahnya dari porsi sebelumnya.

Biarkan anak menghabiskannya, kemudian beri pujian. Misalnya, “wah anak mama pinter, makanannya habis”. Dia mengingatkan untuk tidak fokus pada pernyataan “Wajar saja makanannya habis, kan cuma sedikit”, pernyataan tersebut akan menurunkan minat makan anak.

Setelah memberikan pujian, orang tua bisa menambahkan makanan lagi pada piring anak mereka. Jika habis lagi, puji kembali. Kalau memungkinkan, beri lagi tambahan makanan. “Beri porsi yang beda, bukan nutrisinya,” kata Rudi menegaskan.

larissa huda
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9616 seconds (0.1#10.140)
pixels