Tenun Warna Modern
A
A
A
DESAINER Sapto Djojokartiko dan Rudy Chandra berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau menggelar Lancang Kuning Fashion Festival. Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan, mengkreasikan, dan mengembangkan kain tradisional berupa tenun Riau.
Dua perancang busana nasional tersebut diundang untuk berpartisipasi dalam acara yang pertama kali digelar. Keduanya menciptakan kreasi busana dari kain tradisional khas Riau. Gemerlap lampu catwalk , alunan musik Melayu, dan suara gendang yang bertalu-talu mengiringi langkah para model saat mengenakan koleksi warnawarni kreasi tenun Riau dari kedua desainer kenamaan tersebut.
Tengku Zul Effendi, Ketua Pelaksana Lancang Kuning Fashion Festival, mengungkapkan harapannya agar tenun Riau semakin dikenal di industri fashion nasional maupun internasional. “Kami ingin tenun Riau dapat dikenal untuk fashion nasional dan internasional,” kata Tengku dalam konferensi pers di SKA Co Ex Grand Ballroom, Pekanbaru, Jumat (12/6).
Sapto menghadirkan delapan koleksi busana bertajuk “Todjo Raya Capsule Collection 2015”. Dalam koleksi tersebut, Sapto menciptakan kreasi tenun berupa busana- busana yang dinamik, kontemporer, namun tetap dapat dikenakan dalam berbagai kesempatan dengan mengedepankan keanggunan yang tak lekang waktu.
“Saya merasa tertantang untuk mengkreasikan tenun tradisional Riau menjadi busana modern yang dapat dikenakan wanita masa kini. Saya juga ingin mewujudkan misi agar kain ini dapat dikenal lebih luas lagi,” sebut Sapto.
Tenun Riau dikreasikan dengan maksimal oleh tangan kreatif Sapto melalui busana ready to wear , seperti kaftan, dress , lose , busana two piece maupun three piece . “Sebelum mengkreasikan tenun Riau, saya melakukan survei langsung kepada para perajin tenun tradisional,” tutur Sapto.
Kedelapan busana tersebut hadir dalam warna-warna cerah, seperti biru tua, merah tua, merah muda, oranye, dan hijau. Sapto juga tidak lupa menambahkan warna kuning lancang dan aksen emas di beberapa bagian busana sebagai ciri khas warna tradisional Riau. Sapto juga mengombinasikan tenun dengan berbagai bahan lain, seperti renda (lace ), silk , dan tule .
Menurut Neng Elida, pengelola Badan Pemberdayaan Perempuan Masyarakat Keluarga Berencana (BPPMKB) Pekanbaru, yang juga seorang perajin tenun tradisional Riau, bahwa secara umum motif dari tenun Riau terbagi atas motif flora, fauna, alam sekitar, dan kombinasi dari ketiga motif ini. Selanjutnya, Rudy Chandra juga menghadirkan kreasi tenun Riau bertajuk “Mahratu”.
Koleksi busana wanita yang dikreasikan dari tenun tradisional Riau ini terinspirasi dari Mahratu yang merupakan istri dari Sultan Syarif Kasim II dari Kerajaan Siak yang menaruh perhatian besar terhadap kain songket Riau.
Dwi nur ratnaningsih
Dua perancang busana nasional tersebut diundang untuk berpartisipasi dalam acara yang pertama kali digelar. Keduanya menciptakan kreasi busana dari kain tradisional khas Riau. Gemerlap lampu catwalk , alunan musik Melayu, dan suara gendang yang bertalu-talu mengiringi langkah para model saat mengenakan koleksi warnawarni kreasi tenun Riau dari kedua desainer kenamaan tersebut.
Tengku Zul Effendi, Ketua Pelaksana Lancang Kuning Fashion Festival, mengungkapkan harapannya agar tenun Riau semakin dikenal di industri fashion nasional maupun internasional. “Kami ingin tenun Riau dapat dikenal untuk fashion nasional dan internasional,” kata Tengku dalam konferensi pers di SKA Co Ex Grand Ballroom, Pekanbaru, Jumat (12/6).
Sapto menghadirkan delapan koleksi busana bertajuk “Todjo Raya Capsule Collection 2015”. Dalam koleksi tersebut, Sapto menciptakan kreasi tenun berupa busana- busana yang dinamik, kontemporer, namun tetap dapat dikenakan dalam berbagai kesempatan dengan mengedepankan keanggunan yang tak lekang waktu.
“Saya merasa tertantang untuk mengkreasikan tenun tradisional Riau menjadi busana modern yang dapat dikenakan wanita masa kini. Saya juga ingin mewujudkan misi agar kain ini dapat dikenal lebih luas lagi,” sebut Sapto.
Tenun Riau dikreasikan dengan maksimal oleh tangan kreatif Sapto melalui busana ready to wear , seperti kaftan, dress , lose , busana two piece maupun three piece . “Sebelum mengkreasikan tenun Riau, saya melakukan survei langsung kepada para perajin tenun tradisional,” tutur Sapto.
Kedelapan busana tersebut hadir dalam warna-warna cerah, seperti biru tua, merah tua, merah muda, oranye, dan hijau. Sapto juga tidak lupa menambahkan warna kuning lancang dan aksen emas di beberapa bagian busana sebagai ciri khas warna tradisional Riau. Sapto juga mengombinasikan tenun dengan berbagai bahan lain, seperti renda (lace ), silk , dan tule .
Menurut Neng Elida, pengelola Badan Pemberdayaan Perempuan Masyarakat Keluarga Berencana (BPPMKB) Pekanbaru, yang juga seorang perajin tenun tradisional Riau, bahwa secara umum motif dari tenun Riau terbagi atas motif flora, fauna, alam sekitar, dan kombinasi dari ketiga motif ini. Selanjutnya, Rudy Chandra juga menghadirkan kreasi tenun Riau bertajuk “Mahratu”.
Koleksi busana wanita yang dikreasikan dari tenun tradisional Riau ini terinspirasi dari Mahratu yang merupakan istri dari Sultan Syarif Kasim II dari Kerajaan Siak yang menaruh perhatian besar terhadap kain songket Riau.
Dwi nur ratnaningsih
(ftr)