Lebaran, Pengeluaran Jangan Kebobolan
A
A
A
Menjelang hari raya, banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Uang THR pun kadang tak cukup. Nah, bagaimana menyiasati agak keuangan tak kebobolan saat Lebaran. Lebaran tinggal sebentar lagi.
Berbagai persiapan tentu sudah mulai dilakukan mulai sekarang, apalagi bagi mereka yang akan mudik. Perjalanan pulang kampung ini tentu saja butuh biaya yang tak sedikit. Belum lagi pengeluaran-pengeluaran lainnya. Yang pasti, Lebaran identik dengan banyaknya pengeluaran. Banyak orang yang kewalahan mengatur keuangan pada saat Lebaran.
Pengeluaran lebih besar dari THR yang didapatkan. Hal tersebut tidak akan terjadi jika perencanaan keuangan telah diatur dan direncanakan dengan baik. Prita Hapsari Ghozie SE MCom GCertFinPlanning CFP QWP, seorang konsultan keuangan mengungkapkan, ketidakseimbangan pengelolaan keuangan terjadi karena kebutuhan yang lebih besar daripada pemasukan dan tidak terkendali.
”Pada umumnya kebutuhan Lebaran banyak tercampur juga dengan keinginan sehingga jika dibebankan semua dengan penghasilan THR, akhirnya tidak mencukupi,” ungkap Prita Ghozie. Selain itu, masih banyak masyarakat yang memaksakan kehendak untuk memenuhi kebutuhan Lebaran mereka.
Hal yang sangat disayangkan terjadi, masyarakat yang justru kerap berbelanja dengan bantuan utang yang pada akhirnya harus dibayar dengan penghasilan dari THR yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lain. Ada beberapa pos pengeluaran yang kerap menjadi pemicu bobolnya pengeluaran kebutuhan Lebaran.
Sebut saja pos belanja pakaian, aksesori, dan barang elektronik. ”Pada saat Lebaran, banyak yang berpikir bahwa kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang harus dipenuhi karena harus bertemu dengan orang banyak. Padahal jika berpikir bijak, hal ini masih bisa dipertimbangkan,” kata Prita yang juga merupakan seorang financial trainer and speaker.
Tak sedikit masyarakat yang tinggal di perkotaan menginginkan untuk pulang ke kampung halaman atau mudik untuk bertemu sanak saudara yang telah lama tidak bertemu. Tak heran, mereka berduyun-duyun pulang ke desa untuk turut memeriahkan Lebaran yang hanya hadir sekali dalam setahun. Rencana mudik akan menjadi bencana jika pengelolaan keuangan yang tidak baik.
”Pos pengeluaran untuk mudik Lebaran sering menjadi pemicu masalah. Hal ini bisa terjadi karena tidak direncanakan dari jauh-jauh hari,” kata Prita. Untuk mengatasi permasalahan pengelolaan keuangan menjelang Lebaran, wanita yang familier dengan dunia keuangan ini menjelaskan pentingnya menyiapkan anggaran darurat yang telah dikumpulkan jauh sebelum Lebaran tiba.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pengeluaran mendadak tak tidak terencana. ”Selain itu, bisa mencoba menambah penghasilan dengan usaha musiman pada saat Ramadan,” kata Prita. Namun, jika terpaksa, menggadai barang berharga bisa jadi sumber pemasukan yang bisa dimanfaatkan dalam menutup pengeluaran yang tidak terkendali.
Strategi lain yang dapat diterapkan untuk mengelola keuangan menjelang Lebaran dengan baik adalah dengan memisahkan antara penghasilan dari gaji dan THR. Sumber pemasukan yang berasal dari gaji tetap digunakan untuk membayar pengeluaran yang sifatnya rutin, termasuk anggaran buka puasa bersama atau bukber.
Sementara pemasukan dari THR, lebih baik digunakan untuk keperluan Lebaran yang tidak timbul setiap bulan. Prita tetap menganjurkan untuk membuat rencana pengeluaran berdasarkan jumlah pemasukan yang diterima. Ini bisa dilakukan di luar musim Lebaran. Usahakan untuk menyisihkan 20% dari THR karena biasanya pengeluaran tak terduga sering muncul mendekati Lebaran.
Ada beberapa pengeluaran yang bisa dipangkas sehingga dapat menyeimbangkan arus keluar masuk kas rumah tangga. ”Untuk kebutuhan pakaian dan aksesori sebetulnya dapat dikombinasikan dengan yang sudah ada. Jadi, tidak semuanya dibeli baru.
Sementara untuk rencana mudik, dapat menunda mudik hingga beberapa hari setelah Lebaran. Pada saat berpuasa, usahakan tetap mengatur menu untuk sahur dan buka puasa agar tidak boros,” kata Prita Hapsari Ghozie.
Larissa huda
Berbagai persiapan tentu sudah mulai dilakukan mulai sekarang, apalagi bagi mereka yang akan mudik. Perjalanan pulang kampung ini tentu saja butuh biaya yang tak sedikit. Belum lagi pengeluaran-pengeluaran lainnya. Yang pasti, Lebaran identik dengan banyaknya pengeluaran. Banyak orang yang kewalahan mengatur keuangan pada saat Lebaran.
Pengeluaran lebih besar dari THR yang didapatkan. Hal tersebut tidak akan terjadi jika perencanaan keuangan telah diatur dan direncanakan dengan baik. Prita Hapsari Ghozie SE MCom GCertFinPlanning CFP QWP, seorang konsultan keuangan mengungkapkan, ketidakseimbangan pengelolaan keuangan terjadi karena kebutuhan yang lebih besar daripada pemasukan dan tidak terkendali.
”Pada umumnya kebutuhan Lebaran banyak tercampur juga dengan keinginan sehingga jika dibebankan semua dengan penghasilan THR, akhirnya tidak mencukupi,” ungkap Prita Ghozie. Selain itu, masih banyak masyarakat yang memaksakan kehendak untuk memenuhi kebutuhan Lebaran mereka.
Hal yang sangat disayangkan terjadi, masyarakat yang justru kerap berbelanja dengan bantuan utang yang pada akhirnya harus dibayar dengan penghasilan dari THR yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lain. Ada beberapa pos pengeluaran yang kerap menjadi pemicu bobolnya pengeluaran kebutuhan Lebaran.
Sebut saja pos belanja pakaian, aksesori, dan barang elektronik. ”Pada saat Lebaran, banyak yang berpikir bahwa kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang harus dipenuhi karena harus bertemu dengan orang banyak. Padahal jika berpikir bijak, hal ini masih bisa dipertimbangkan,” kata Prita yang juga merupakan seorang financial trainer and speaker.
Tak sedikit masyarakat yang tinggal di perkotaan menginginkan untuk pulang ke kampung halaman atau mudik untuk bertemu sanak saudara yang telah lama tidak bertemu. Tak heran, mereka berduyun-duyun pulang ke desa untuk turut memeriahkan Lebaran yang hanya hadir sekali dalam setahun. Rencana mudik akan menjadi bencana jika pengelolaan keuangan yang tidak baik.
”Pos pengeluaran untuk mudik Lebaran sering menjadi pemicu masalah. Hal ini bisa terjadi karena tidak direncanakan dari jauh-jauh hari,” kata Prita. Untuk mengatasi permasalahan pengelolaan keuangan menjelang Lebaran, wanita yang familier dengan dunia keuangan ini menjelaskan pentingnya menyiapkan anggaran darurat yang telah dikumpulkan jauh sebelum Lebaran tiba.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pengeluaran mendadak tak tidak terencana. ”Selain itu, bisa mencoba menambah penghasilan dengan usaha musiman pada saat Ramadan,” kata Prita. Namun, jika terpaksa, menggadai barang berharga bisa jadi sumber pemasukan yang bisa dimanfaatkan dalam menutup pengeluaran yang tidak terkendali.
Strategi lain yang dapat diterapkan untuk mengelola keuangan menjelang Lebaran dengan baik adalah dengan memisahkan antara penghasilan dari gaji dan THR. Sumber pemasukan yang berasal dari gaji tetap digunakan untuk membayar pengeluaran yang sifatnya rutin, termasuk anggaran buka puasa bersama atau bukber.
Sementara pemasukan dari THR, lebih baik digunakan untuk keperluan Lebaran yang tidak timbul setiap bulan. Prita tetap menganjurkan untuk membuat rencana pengeluaran berdasarkan jumlah pemasukan yang diterima. Ini bisa dilakukan di luar musim Lebaran. Usahakan untuk menyisihkan 20% dari THR karena biasanya pengeluaran tak terduga sering muncul mendekati Lebaran.
Ada beberapa pengeluaran yang bisa dipangkas sehingga dapat menyeimbangkan arus keluar masuk kas rumah tangga. ”Untuk kebutuhan pakaian dan aksesori sebetulnya dapat dikombinasikan dengan yang sudah ada. Jadi, tidak semuanya dibeli baru.
Sementara untuk rencana mudik, dapat menunda mudik hingga beberapa hari setelah Lebaran. Pada saat berpuasa, usahakan tetap mengatur menu untuk sahur dan buka puasa agar tidak boros,” kata Prita Hapsari Ghozie.
Larissa huda
(bbg)