Vaksinasi Penting bagi Anak

Selasa, 04 Agustus 2015 - 10:10 WIB
Vaksinasi Penting bagi Anak
Vaksinasi Penting bagi Anak
A A A
VAKSINASI yang tepat terbukti efektif mencegah beberapa penyakit. Sayangnya, di Indonesia kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi masih relatif rendah.

WHO menyatakan, setiap tahun terdapat 1,4 juta kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun yang disebabkan oleh penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksinasi. Fenomena ini mendorong berbagai elemen untuk mengambil langkah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya vaksinasi dan jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi.

Upaya mendukung program kesehatan ini tentu akan berjalan optimal dengan keterlibatan semua pihak, baik pemerintah maupun swasta. Pentingnya vaksinasi sejak dini juga diungkapkan Sekretaris Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K). Menurut dia, kekebalan tubuh saja tidak cukup untuk menangkal berbagai jenis penyakit menular yang berbahaya.

“Untuk mendapat kekebalan tubuh terhadap infeksi, tubuh kita perlu mengenal mikroorganisme melalui vaksinasi,” ungkap Piprim dalam acara “Edukasi Vaksinasi melalui Penggiatan kembali Kampanye Smart Parents 2015” di Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut penelitian, sudah terbukti banyak penyakit yang bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi yang tepat, pada waktu yang tepat pula. Adapun penyakit yang bisa dicegah dengan vaksinasi, antara lain difteri, tetanus, pertussis, hepatitis B, rotavirus, infeksi pneumokokus, polio, haemophilus influenzae typeb (Hib), hepatitis A, influenza, dan kanker serviks.

Dari 14 vaksin yang dianjurkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), baru enam yang disubsidi pemerintah. “Semua vaksinasi itu penting untuk mencegah penyakit berbahaya, tapi di Indonesia masih ada delapan yang belum mendapatkan bantuan biaya dari pemerintah,” ujarnya. Dia memaparkan, vaksin yang sudah mendapat subsidi pemerintah, di antaranya hepatitis B, polio, BCG, DTP, campak, dan HiB.

Adapun yang belum disubsidi pemerintah antara lain HPV, MMR, hepatitis A, PCV, rotavirus, influenza, cacar air, dan tifoid. Padahal, kata Piprim, angka kejadian virus HPV (kanker serviks atau mulut rahim) di Indonesia semakin tinggi sehingga perlindungan dari virus itu pun harus dilakukan sejak dini dengan cara divaksinasi.

Menurut Piprim, vaksinasi dan imunisasi berbeda, tapi dalam praktiknya sebenarnya imunisasi dan vaksinasi dianggap sama. “Namun dari definisi persisnya imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan kekebalan pada seseorang. Imunisasi itu dibagi dua, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif juga dibagi dua, ada yang alami, ada yang buatan. Nah imunisasi alami itu misalnya seseorang terkena cacar air, setelah itu dia kebal dari penyakit tersebut,” paparnya

Mengenai vaksin terhadap anak, para orang tua juga perlu memperhatikan beberapa hal sebelum membawa anaknya untuk vaksinasi. Anak harus dalam kondisi yang baik, tidak dalam keadaan demam atau sakit berat, seperti kanker, karena daya tahan tubuh anak rendah. “Jika kondisi badan anak sedang menurun, vaksinasi sebaiknya tidak dilakukan karena justru bisa menyerang balik tubuh,” ungkap Piprim Lebih lanjut Piprim mengatakan, sebagian orang mungkin mengalami demam setelah mendapatkan vaksinasi.

Bila hal ini terjadi, merendam tubuh dengan air hangat bisa membantu mengatasi demam. Menurut dia, demam pada anak setelah vaksinasi adalah hal yang normal karena setiap vaksin memang berpotensi membuat demam. “Orang tua tidak perlu panik ketika terjadi peningkatan suhu tubuh. Direndam air hangat bisa menurunkan demam setelah vaksinasi,” tambahnya.

Piprim mengatakan, bagian yang direndam dengan air hangat, terutama bagian tubuh yang merupakan tempat pembuluh darah besar, seperti leher, ketiak, dan lipatan paha. Dia menegaskan, tidak hanya paparan informasi soal jenis dan kegunaan vaksinasi yang perlu dipahami oleh orang tua. Jadwal vaksinasi yang tepat juga harus menjadi perhatian. Vaksinasi baiknya diberikan sesuai jadwal untuk mendapatkan imunitas yang optimal. Ada beberapa vaksin yang memiliki batas penerimaan usia, contohnya vaksin untuk penyakit rotavirus.

Dosis pertama dari vaksin tersebut hanya bisa diterima tubuh sampai umur anak maksimal 14 minggu. Jika melewati batas tersebut, vaksin tersebut tidak lagi efektif.Selain itu, berbagai isu seperti vaksin imunisasi yang tidak halal sampai efek samping imunisasi yang bisa sampai membuat anak autis juga harus diredam oleh masyarakat. Piprim mengatakan, di media sosial sampai muncul kelompok antivaksin. Isu-isu tersebut juga sempat menurunkan angka imunisasi di Indonesia cukup signifikan.

Untuk itu, Piprim terus mengimbau masyarakat agar tetap melakukan imunisasi. Pasalnya, semahal-mahalnya vaksin yang dipakai untuk mencegah infeksi penyakit masih jauh lebih murah dibandingkan dengan mengobati penyakit yang telanjur terjangkit.

“Kalau ada bakteri biasa, kita punya pertahanan nonspesifik. Olahraga teratur atau herbal itu cukup. Namun, dalam menghadapi bakteri berbahaya, kita tidak mungkin hanya mengandalkan itu. Vaksinasi harus tetap dilakukan,” tutupnya.

Iman firmansyah
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9318 seconds (0.1#10.140)