FKG UNPAD Kerjasama Pembiasaan Gosok Gigi Tiap Hari Dengan TP-UKS Pemprov Jabar
A
A
A
BANDUNG - Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjadjaran (Unpad) pada 2012. Didapat statistik, 9 dari 10 anak di Kota Bandung dan Kabupaten Indramayu mengalami kerusakan gigi khususnya karies.
Tim Peneliti FKG Unpad, Sri Susilawati mengemukakan, kerusakan gigi pada dasarnya bisa menurunkan kualitas hidup seorang anak. Jika kesehatan gigi dan mulut anak terganggu, maka hal itu setidaknya berpengaruh pada aktivitas kreatif anak, kehadiran sekolah, dan prestasi.
Penelitian yang dilakukan pada 2012 silam itu, sedikitnya melibatkan 18 Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah siswa sebanyak 579 anak di Kota Bandung dan Kabupaten Indramayu, dengan rentang usia 5-7 tahun.
Sri Susilawati menambahkan, setelah didapatkan hasil pemetaan dari penelitian tersebut. Pihaknya lalu memberikan intervensi ke sekolah-sekolah tersebut berupa program menyikat gigi setiap hari.
"Kami juga menggandeng pemerintah provinsi dan NGO GIZ untuk memberikan bantuan melengkapi sarana yang sudah ada di SD tersebut. Bantuannya bukan berupa uang, melainkan bahan-bahan bangunan yang bisa dipergunakan untuk membuat sarana kebersihan di sekolah, seperti untuk menggosok gigi atau mencuci tangan, yang lebih baik," ujarnya saat ditemui Koran Sindo di tempat prakteknya, jalan Cikondang, Kota Bandung, Selasa (15/09/2015).
Nantinya, hasil penelitian tersebut kemudian dijadikan rekomendasi untuk penelitian tahap dua kesehatan selanjutnya. Pada tahap tersebut, dilakukan penelitian dampak dari hasil pembiasaan menggosok gigi setiap hari.
Menurut Sri, penelitian ini cenderung fokus pada perubahan perilaku mulai dari kebiasaan pada aspek sosial dan aspek psikologis anak. Diakuinya, kesehatan gigi pada anak kerap diabaikan masyarakat.
Kecuali jika kesehatan gigi memang sudah sangat mengganggu keseharian, barulah merasa penting pergi ke dokter. Padahal, gangguan kesehatan gigi seperti karies atau gigi bolong, bisa dicegah sedini mungkin dengan kebiasaan yang rutin.
"Patut diingat, bahwa mulut dan gigi adalah pintu masuk ke dalam tubuh kita. Bisa jadi penyakit berasal dari makanan yang ke dalam mulut. Contoh betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut diantaranya ibu hamil yang gusinya radang memiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Ini saja sudah menganggu kualitas hidup anak kan. Belum lagi bagi penderita diabetes. Gigi atau gusi yang berdarah bahkan bisa menyebabkan kematian. Gigi dan mulut merupakan vokal infeksi bagi penyakit lainnya,tidak hanya soal sakit gigi saja," paparnya.
Sementara itu, Tim Pembina Unit Kesehatan Sekolah (TP- UKS) Pemprov Jabar, Pantjawidi menyebutkan, pihaknya mendorong pelaksanaan program menggosok gigi setiap hari di sekolah dengan mengajak SD lain di Jabar.
Pantjawidi menjelaskan, penelitian untuk peningkatan kualitas kesehatan siswa pun tidak hanya dilakukan pada kajian kesehatan gigi saja, melainkan juga pemeriksaan berat badan, pemeriksaan cacingan melalui penelitian tinja dan lain-lain.
"Kota Bandung dan Kabupaten Indramayu adalah pilot project dari program ini. Untuk intervensinya, program ini sudah dilakukan juga di Kabupaten Banjar, Kab Kuningan, kota Garut, Kota Cimahi, Kab Cianjur, Kab Bandung dan Kab Sumedang," pungkasnya.
Tim Peneliti FKG Unpad, Sri Susilawati mengemukakan, kerusakan gigi pada dasarnya bisa menurunkan kualitas hidup seorang anak. Jika kesehatan gigi dan mulut anak terganggu, maka hal itu setidaknya berpengaruh pada aktivitas kreatif anak, kehadiran sekolah, dan prestasi.
Penelitian yang dilakukan pada 2012 silam itu, sedikitnya melibatkan 18 Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah siswa sebanyak 579 anak di Kota Bandung dan Kabupaten Indramayu, dengan rentang usia 5-7 tahun.
Sri Susilawati menambahkan, setelah didapatkan hasil pemetaan dari penelitian tersebut. Pihaknya lalu memberikan intervensi ke sekolah-sekolah tersebut berupa program menyikat gigi setiap hari.
"Kami juga menggandeng pemerintah provinsi dan NGO GIZ untuk memberikan bantuan melengkapi sarana yang sudah ada di SD tersebut. Bantuannya bukan berupa uang, melainkan bahan-bahan bangunan yang bisa dipergunakan untuk membuat sarana kebersihan di sekolah, seperti untuk menggosok gigi atau mencuci tangan, yang lebih baik," ujarnya saat ditemui Koran Sindo di tempat prakteknya, jalan Cikondang, Kota Bandung, Selasa (15/09/2015).
Nantinya, hasil penelitian tersebut kemudian dijadikan rekomendasi untuk penelitian tahap dua kesehatan selanjutnya. Pada tahap tersebut, dilakukan penelitian dampak dari hasil pembiasaan menggosok gigi setiap hari.
Menurut Sri, penelitian ini cenderung fokus pada perubahan perilaku mulai dari kebiasaan pada aspek sosial dan aspek psikologis anak. Diakuinya, kesehatan gigi pada anak kerap diabaikan masyarakat.
Kecuali jika kesehatan gigi memang sudah sangat mengganggu keseharian, barulah merasa penting pergi ke dokter. Padahal, gangguan kesehatan gigi seperti karies atau gigi bolong, bisa dicegah sedini mungkin dengan kebiasaan yang rutin.
"Patut diingat, bahwa mulut dan gigi adalah pintu masuk ke dalam tubuh kita. Bisa jadi penyakit berasal dari makanan yang ke dalam mulut. Contoh betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut diantaranya ibu hamil yang gusinya radang memiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Ini saja sudah menganggu kualitas hidup anak kan. Belum lagi bagi penderita diabetes. Gigi atau gusi yang berdarah bahkan bisa menyebabkan kematian. Gigi dan mulut merupakan vokal infeksi bagi penyakit lainnya,tidak hanya soal sakit gigi saja," paparnya.
Sementara itu, Tim Pembina Unit Kesehatan Sekolah (TP- UKS) Pemprov Jabar, Pantjawidi menyebutkan, pihaknya mendorong pelaksanaan program menggosok gigi setiap hari di sekolah dengan mengajak SD lain di Jabar.
Pantjawidi menjelaskan, penelitian untuk peningkatan kualitas kesehatan siswa pun tidak hanya dilakukan pada kajian kesehatan gigi saja, melainkan juga pemeriksaan berat badan, pemeriksaan cacingan melalui penelitian tinja dan lain-lain.
"Kota Bandung dan Kabupaten Indramayu adalah pilot project dari program ini. Untuk intervensinya, program ini sudah dilakukan juga di Kabupaten Banjar, Kab Kuningan, kota Garut, Kota Cimahi, Kab Cianjur, Kab Bandung dan Kab Sumedang," pungkasnya.
(sbn)