Ini Cara Penularan Virus Zika
A
A
A
JAKARTA - Brazil tengah menghadapi momok virus zika. Keadaan ini membuat Kementerian Kesehatan Brazil melarang warga wanitanya hamil di musim hujan. Di mana nyamuk banyak ditemukan dan nyamuk Aedes aegypti menjadi penular penyakit ini.
Regional Coordinator di WHO South East Asia Regional Office, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), DTM&H, MARS, DTCE menjelaskan, virus zika ditemukan pertama kali di Uganda pada tahun 1947 pada monyet di hutan Zika. Selanjutnya, pada tahun 1948 ditemukan pada nyamuk aedes africanicus dan pada tahun 1954 pada manusia di Nigeria.
"Pada dasarnya klinis penyaki ini ringan dan self limited. Keluhan dapat berupa bercak merah di kulit, demam, nyeri kepala dan mata terasa panas atau conjunctivitis," papar Tjandra melalui keterangan resmi yang diterima Sindonews.
Virus zika tergolong flavi virus. Penderita virus ini akan merasakan seperti demam berdarah dengan bentuk lebih ringan. Namun ada juga yang menilai sebagai bentuk ringan dari penyakit chikungunya.
"Penularan melalui gigitan nyamuk aedes, tapi ada juga laporan melalui seks atau trans plasental, walaupun amat jarang," kata dia.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada obat anti viral dan vaksin yang mampu mencegah virus ini. Tidak hanya itu, menurut Tjandra, hingga saat ini juga belum ada langkah kesehatan internasional yang dilakukan secara khusus.
"Dalam peta epidemi dunia maka negara Asia termasuk daerah terpapar virus zika. Khususnya dalam bentuk ringan, dan memang sejauh ini tidak pernah ada outbreak di kawasan Asia," pungkasnya.
Regional Coordinator di WHO South East Asia Regional Office, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), DTM&H, MARS, DTCE menjelaskan, virus zika ditemukan pertama kali di Uganda pada tahun 1947 pada monyet di hutan Zika. Selanjutnya, pada tahun 1948 ditemukan pada nyamuk aedes africanicus dan pada tahun 1954 pada manusia di Nigeria.
"Pada dasarnya klinis penyaki ini ringan dan self limited. Keluhan dapat berupa bercak merah di kulit, demam, nyeri kepala dan mata terasa panas atau conjunctivitis," papar Tjandra melalui keterangan resmi yang diterima Sindonews.
Virus zika tergolong flavi virus. Penderita virus ini akan merasakan seperti demam berdarah dengan bentuk lebih ringan. Namun ada juga yang menilai sebagai bentuk ringan dari penyakit chikungunya.
"Penularan melalui gigitan nyamuk aedes, tapi ada juga laporan melalui seks atau trans plasental, walaupun amat jarang," kata dia.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada obat anti viral dan vaksin yang mampu mencegah virus ini. Tidak hanya itu, menurut Tjandra, hingga saat ini juga belum ada langkah kesehatan internasional yang dilakukan secara khusus.
"Dalam peta epidemi dunia maka negara Asia termasuk daerah terpapar virus zika. Khususnya dalam bentuk ringan, dan memang sejauh ini tidak pernah ada outbreak di kawasan Asia," pungkasnya.
(nfl)