Ajak Anak Berlibur dengan Bolos Sekolah picu Dampak Buruk
A
A
A
LONDON - Berlibur merupakan kegiatan yang menyenangkan. Apalagi dilakukan bersama keluarga atau orang tercinta.
Namun, usai berlibur pastikan anak Anda tidak malas ke sekolah. Pasalnya, hal tersebut kerap terjadi usai berlibur panjang.
Konsultan pendidikan, Denyse Whelan mengungkapkan, liburan perlu dilakukan agar anak tidak mengalami stres dan jenuh dengan aktivitasnya.
Sebaiknya, para orang tua tidak menggunakan seluruh waktu libur sekolah untuk berlibur.
"Misalnya saja libur selama dua minggu, sisakan 3-4 hari untuk anak bisa beristirahat di rumah. Selain memberi anak waktu istirahat, waktu liburan yang tersisa juga bisa membuat mereka siap dengan keadaan belajar yang baru," papar Whelan yang dilansir dari Essential Kids.
Menurut Whelan, para orang tua bisa menggunakan sisa waktu berlibur untuk membantu anak beradaptasi dengan teman atau pelajaran baru.
Selain itu, liburan juga bisa digunakan untuk melatih anak menghadapi situasi kembali di sekolah.
"Khususnya bagi anak yang masih duduk di bangku TK dan SD, bawakan mereka buku cerita edukasi atau ajak mereka mengenal lingkungan sekitar di mana orang tua bisa menyelipkan pengetahuan di sela-sela waktu itu," kata dia.
Cara ini dipercaya bisa membuat si kecil tetap bertanggung jawab atas kewajibannya dan tetap melakukan kegiatan belajar yang menyenangkan meski sedang berlibur.
Sebuah penelitian yang dilakukan Departemen Pendidikan di Inggris menemukan, bahwa sengaja mengajak anak berlibur dengan membolos dari sekolah, memicu dampak buruk pada proses belajar anak.
Hal ini berkaitan dengan anggapan, membolos di bangku TK atau SD tidak memiliki pengaruh.
"Itu anggapan yang salah. Bagaimanapun, tidak masuk sekolah walaupun anak masih TK atau SD bisa mengganggu proses pembelajaran anak. Selain itu, secara tidak langsung juga bisa mengajarkan kurang kedisiplinan pada anak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya orang tua mengajak anak berlibur, di waktu yang memang seharusnya," ujar juru bicara Departemen Pendidikan Inggris kepada Telegraph.
Namun, usai berlibur pastikan anak Anda tidak malas ke sekolah. Pasalnya, hal tersebut kerap terjadi usai berlibur panjang.
Konsultan pendidikan, Denyse Whelan mengungkapkan, liburan perlu dilakukan agar anak tidak mengalami stres dan jenuh dengan aktivitasnya.
Sebaiknya, para orang tua tidak menggunakan seluruh waktu libur sekolah untuk berlibur.
"Misalnya saja libur selama dua minggu, sisakan 3-4 hari untuk anak bisa beristirahat di rumah. Selain memberi anak waktu istirahat, waktu liburan yang tersisa juga bisa membuat mereka siap dengan keadaan belajar yang baru," papar Whelan yang dilansir dari Essential Kids.
Menurut Whelan, para orang tua bisa menggunakan sisa waktu berlibur untuk membantu anak beradaptasi dengan teman atau pelajaran baru.
Selain itu, liburan juga bisa digunakan untuk melatih anak menghadapi situasi kembali di sekolah.
"Khususnya bagi anak yang masih duduk di bangku TK dan SD, bawakan mereka buku cerita edukasi atau ajak mereka mengenal lingkungan sekitar di mana orang tua bisa menyelipkan pengetahuan di sela-sela waktu itu," kata dia.
Cara ini dipercaya bisa membuat si kecil tetap bertanggung jawab atas kewajibannya dan tetap melakukan kegiatan belajar yang menyenangkan meski sedang berlibur.
Sebuah penelitian yang dilakukan Departemen Pendidikan di Inggris menemukan, bahwa sengaja mengajak anak berlibur dengan membolos dari sekolah, memicu dampak buruk pada proses belajar anak.
Hal ini berkaitan dengan anggapan, membolos di bangku TK atau SD tidak memiliki pengaruh.
"Itu anggapan yang salah. Bagaimanapun, tidak masuk sekolah walaupun anak masih TK atau SD bisa mengganggu proses pembelajaran anak. Selain itu, secara tidak langsung juga bisa mengajarkan kurang kedisiplinan pada anak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya orang tua mengajak anak berlibur, di waktu yang memang seharusnya," ujar juru bicara Departemen Pendidikan Inggris kepada Telegraph.
(sbn)