Yoghurt Mampu Membantu Atasi Gejala Depresi
A
A
A
JAKARTA - Tak hanya menyegarkan, yoghurt juga dipercaya baik untuk kesehatan. Sebuah penelitian terbaru menunjukan bahwa bakteri yang terkandung dalam yoghurt bisa menangkal gejala depresi. Dalam percobaan, peneliti melibatkan tikus dan berhasil menurunkan gejala depresi dengan memberi makan laktobasilus.
Dilansir dari The Sun, jumlah bakteri di dalam usus bekerja memengaruhi kadar kynurenine yang terbukti bisa menyebabkan depresi. Dr. Alban Gaultier, peneliti asal Amerika Serikat ini pun menilai bahwa hasil penelitian ini bisa diaplikasikan pada manusia dan bisa menjadi alternatif untuk mengatasi kecemasan.
"Harapan besar dari penelitian semacam ini adalah kita tidak lagi harus terganggu dengan obat-obatan yang rumit serta efek samping ketika kita hanya perlu bermain dengan mikrobiome. Akan menjadi suatu yang ajaib bila kita hanya perlu mengubah apa yang dimakan untuk memperbaiki kesehatan dan mood," papar Dr. Gaultier.
Peran mikrobiome usus, telah menarik minat para peneliti untuk melakukan penelitian terhadap depresi dan kondisi kesehatan lainnya, baik mental dan fisik. Dr. Gaultier bersama rekan-rekannya kemudian melakukan penelitian untuk menemukan hubungan nyata antara depresi dengan kesehatan usus.
Para peneliti kembali melakukan penelitian untuk menentukan bagaimana laktobasilus bisa memengaruhi depresi. Berdasarkan hasil penelitian ini, Dr. Gaulite pun berencana akan memulai penelitian pada manusia.
"Ketika Anda stres, Anda meningkatkan risiko mengalami depresi, dan hal ini sudah diketahui sejak lama sekali. Satu tekanan dari Laktobasilis mampu mempengaruhi mood," kata dia.
Dilansir dari The Sun, jumlah bakteri di dalam usus bekerja memengaruhi kadar kynurenine yang terbukti bisa menyebabkan depresi. Dr. Alban Gaultier, peneliti asal Amerika Serikat ini pun menilai bahwa hasil penelitian ini bisa diaplikasikan pada manusia dan bisa menjadi alternatif untuk mengatasi kecemasan.
"Harapan besar dari penelitian semacam ini adalah kita tidak lagi harus terganggu dengan obat-obatan yang rumit serta efek samping ketika kita hanya perlu bermain dengan mikrobiome. Akan menjadi suatu yang ajaib bila kita hanya perlu mengubah apa yang dimakan untuk memperbaiki kesehatan dan mood," papar Dr. Gaultier.
Peran mikrobiome usus, telah menarik minat para peneliti untuk melakukan penelitian terhadap depresi dan kondisi kesehatan lainnya, baik mental dan fisik. Dr. Gaultier bersama rekan-rekannya kemudian melakukan penelitian untuk menemukan hubungan nyata antara depresi dengan kesehatan usus.
Para peneliti kembali melakukan penelitian untuk menentukan bagaimana laktobasilus bisa memengaruhi depresi. Berdasarkan hasil penelitian ini, Dr. Gaulite pun berencana akan memulai penelitian pada manusia.
"Ketika Anda stres, Anda meningkatkan risiko mengalami depresi, dan hal ini sudah diketahui sejak lama sekali. Satu tekanan dari Laktobasilis mampu mempengaruhi mood," kata dia.
(alv)