IMAA Goes to Campus Sambangi Universitas Mercubuana Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Setelah melakukan road show ke Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat, giliran Universitas Mercubuana, Kembangan, Jakarta Barat, yang disambangi Indonesia Movie Actors Award (IMAA). Acara ini digelar pada Kamis (4/5/2017).
Roadshow di Mercubuana kali ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa jurusan broadcast, Fakultas Ilmu Komunikasi. Mahasiswa tampak serius menyimak kunjungan road show kali ini.
Dalam road show juga, pemateri, pengamat film sekaligus Juri IMAA, Aditya Gumay mengatakan saat ini film Indonesia mengalami kebangkitan. Tak hanya film horor, tapi juga komedi, yang bangkit dengan salah satunya mengadopsi film legendaris Warkop DKI.
"Ini seolah menjawab kerinduan akan film komedy," tutur Aditya saat menjadi pembicara.
Meski demikian, Aditya yang memberikan motivasi kepada mahasiswa dan mahasiswi menegaskan pada dasarnya membuat film tidak hanya berisi dengan aktor dan artis papan atas. Selama film berisi blue print terbaik, yakni skenario, maka film akan berisi pesan bagus.
Beberapa film itupun diakui Aditya berhasil memenangkan beberapa festival film, tak hanya di Indonesia, melainkan di luar negeri. "Kalau di bioskop film ini hanya tayang sesaat di bioskop," tuturnya.
Bagi Aditya, Film itu seperti cermin kehidupan. Sebab itu, siapun artis maupun aktornya. Baik ganteng, cantik, gendut, pendek, selama memiliki bakat artis dan seni peran. Orang-orang semacam itu memiliki talenta untuk bertahan di Industri film.
"Saya sendiri mengawali karir saya saat kelas dua SMP. Kala itu tulisan skenario saya di pakai salah satu televisi," kata Aditya.
Beberapa karya film Aditya juga menggunakan keefektifan kru. Dengan hanya membawa beberapa orang, Aditya lebih ingin menghasilkan film berkualitas dan menjual dengan harga yang murah namun menghasil uang banyak.
Salah satu Produser RCTI, Armen Basauli, menjelaskan dibandingkan ajang lainnya, IMAA memiliki peran berbeda dengan ajang festival lainnya. IMAA saat ini fokus pada aktor dan prestasi insan film.
Untuk pembuatan festival ini, RCTI sendiri mengajak sejumlah rumah produksi untuk berpartisipasi. Beberapa diantaranya telah mengirimkan karya terbaik untuk malam puncak IMAA pada 18 Mei 2017 nanti.
RCTI sebagai penyelenggara, kata Armen, bersikap netral tidak melakukan memihak siapapun terhadap pemenang, termasuk melakukan interpensi. Dia pun menyerahkan sepenuhnya kepada dewan juri. "Kita disini juga pilih dua, terbaik dan terfavorit," kata dia.
Acara ini juga menampilkan sejumlah bintang tamu. Mereka adalah finalis Miss Indonesia dari Provinsi Bangka Belitung, Kanti Wijaya, Blogger Indonesia, Eva Rinjani, dan Direktur salah satu perusahaan kecantikan, Yuna Eka Christina.
Salah satu mahasiswa brodcast, Ilmu Komunikasi, Dimas, 21, menyambut baik gelaran ini. Dia berharap kegiatan ini terus diadakan, terutama bagi dirinya mahasiswa brodacast yang minim lapangan. "Kalau ada begini kan nambah ilmu," kata dia.
Roadshow di Mercubuana kali ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa jurusan broadcast, Fakultas Ilmu Komunikasi. Mahasiswa tampak serius menyimak kunjungan road show kali ini.
Dalam road show juga, pemateri, pengamat film sekaligus Juri IMAA, Aditya Gumay mengatakan saat ini film Indonesia mengalami kebangkitan. Tak hanya film horor, tapi juga komedi, yang bangkit dengan salah satunya mengadopsi film legendaris Warkop DKI.
"Ini seolah menjawab kerinduan akan film komedy," tutur Aditya saat menjadi pembicara.
Meski demikian, Aditya yang memberikan motivasi kepada mahasiswa dan mahasiswi menegaskan pada dasarnya membuat film tidak hanya berisi dengan aktor dan artis papan atas. Selama film berisi blue print terbaik, yakni skenario, maka film akan berisi pesan bagus.
Beberapa film itupun diakui Aditya berhasil memenangkan beberapa festival film, tak hanya di Indonesia, melainkan di luar negeri. "Kalau di bioskop film ini hanya tayang sesaat di bioskop," tuturnya.
Bagi Aditya, Film itu seperti cermin kehidupan. Sebab itu, siapun artis maupun aktornya. Baik ganteng, cantik, gendut, pendek, selama memiliki bakat artis dan seni peran. Orang-orang semacam itu memiliki talenta untuk bertahan di Industri film.
"Saya sendiri mengawali karir saya saat kelas dua SMP. Kala itu tulisan skenario saya di pakai salah satu televisi," kata Aditya.
Beberapa karya film Aditya juga menggunakan keefektifan kru. Dengan hanya membawa beberapa orang, Aditya lebih ingin menghasilkan film berkualitas dan menjual dengan harga yang murah namun menghasil uang banyak.
Salah satu Produser RCTI, Armen Basauli, menjelaskan dibandingkan ajang lainnya, IMAA memiliki peran berbeda dengan ajang festival lainnya. IMAA saat ini fokus pada aktor dan prestasi insan film.
Untuk pembuatan festival ini, RCTI sendiri mengajak sejumlah rumah produksi untuk berpartisipasi. Beberapa diantaranya telah mengirimkan karya terbaik untuk malam puncak IMAA pada 18 Mei 2017 nanti.
RCTI sebagai penyelenggara, kata Armen, bersikap netral tidak melakukan memihak siapapun terhadap pemenang, termasuk melakukan interpensi. Dia pun menyerahkan sepenuhnya kepada dewan juri. "Kita disini juga pilih dua, terbaik dan terfavorit," kata dia.
Acara ini juga menampilkan sejumlah bintang tamu. Mereka adalah finalis Miss Indonesia dari Provinsi Bangka Belitung, Kanti Wijaya, Blogger Indonesia, Eva Rinjani, dan Direktur salah satu perusahaan kecantikan, Yuna Eka Christina.
Salah satu mahasiswa brodcast, Ilmu Komunikasi, Dimas, 21, menyambut baik gelaran ini. Dia berharap kegiatan ini terus diadakan, terutama bagi dirinya mahasiswa brodacast yang minim lapangan. "Kalau ada begini kan nambah ilmu," kata dia.
(alv)