Awas! Rubella pada Ibu Hamil Picu Kecacatan Hingga Keguguran
A
A
A
JAKARTA - Rubella atau campak Jerman merupakan infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah pada kulit. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella yang bisa menyebar dengan mudah dan ditularkan melalui air liur di udara saat batuk atau bersin.
Umumnya, rubella menyerang anak-anak dan remaja. Namun jika terjadi pada wanita hamil, terutama di awal kehamilan atau trimester pertama, rubella berpotensi tinggi menyebabkan sindrom rubella kongential hingga menimbulkan komplikasi berat serta kematian.
"Penyakit ini bisa menyebabkan keguguran mendadak, lahir mati hingga kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Sindrom ini bisa menimbulkan kelainan bawaan seperti gangguan mental atau retardasi mental, kelaianan jantung, otak, tuli dan kebutaan," papar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dr. H. Muhammad Subuh, MPPM.
Sementara gejala rubella pada ibu hamil, dijelaskan Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr dr Hindra Irawan SpA(K), cenderung ringan. "Wanita saat hamil terkena rubella bisa demam tinggi, ruam, sakit otot, sakit kepala, nyeri sendi. Gejalanya ringan, tapi ketika terdiagnosa rubella bisa keguguran," jelas dr Hindra.
"Misalnya wanita yang sudah terinfeksi rubella dan keguguran, tubuhnya kebal dan tidak lagi terinfeksi di kehamilan berikutnya. Calon ibu yang pernah kena rubella risikonya lebih kecil. Jadi janin yang terkandung bisa terbebas dari rubella," tambahnya.
Mengingat bahanya penyakit ini, pemerintah pun menekankan pentingya vaksin atau imunisasi campak dan rubella. Sementara, Kemenkes akan mulai pemberian imuninasi measles rubella (MR) atau campak dan rubella pada Agustus hingga September untuk Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa pada Agustus hingga September 2018 mendatang.
"Tujuan imunisasi MR untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap campak rubella, cepat memutuskan transmisi campak rubella, menurunkan angka kesakitan dan kejadian," tutup Subuh.
Umumnya, rubella menyerang anak-anak dan remaja. Namun jika terjadi pada wanita hamil, terutama di awal kehamilan atau trimester pertama, rubella berpotensi tinggi menyebabkan sindrom rubella kongential hingga menimbulkan komplikasi berat serta kematian.
"Penyakit ini bisa menyebabkan keguguran mendadak, lahir mati hingga kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Sindrom ini bisa menimbulkan kelainan bawaan seperti gangguan mental atau retardasi mental, kelaianan jantung, otak, tuli dan kebutaan," papar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dr. H. Muhammad Subuh, MPPM.
Sementara gejala rubella pada ibu hamil, dijelaskan Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr dr Hindra Irawan SpA(K), cenderung ringan. "Wanita saat hamil terkena rubella bisa demam tinggi, ruam, sakit otot, sakit kepala, nyeri sendi. Gejalanya ringan, tapi ketika terdiagnosa rubella bisa keguguran," jelas dr Hindra.
"Misalnya wanita yang sudah terinfeksi rubella dan keguguran, tubuhnya kebal dan tidak lagi terinfeksi di kehamilan berikutnya. Calon ibu yang pernah kena rubella risikonya lebih kecil. Jadi janin yang terkandung bisa terbebas dari rubella," tambahnya.
Mengingat bahanya penyakit ini, pemerintah pun menekankan pentingya vaksin atau imunisasi campak dan rubella. Sementara, Kemenkes akan mulai pemberian imuninasi measles rubella (MR) atau campak dan rubella pada Agustus hingga September untuk Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa pada Agustus hingga September 2018 mendatang.
"Tujuan imunisasi MR untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap campak rubella, cepat memutuskan transmisi campak rubella, menurunkan angka kesakitan dan kejadian," tutup Subuh.
(nfl)