Menikmati Keindahan Kota Sinop di Turki
A
A
A
JAKARTA - Turki masuk sebagai negara paling bahagia. Negara dengan banyak kerajaan Islamnya ini memiliki sebuah kota yang memiliki tingkat kebahagian penduduknya.
Mengutip MisterAladin, kota itu adalah Sinop yang ada di pesisir utara Turki, tempat bertemunya hutan dan laut hitam. Kota ini memiliki kualitas udara yang bersih dan bagus sekali untuk dinikmati.
Begitu sampai, udara segarnya bisa bikin orang mulai merasa senang, karena bisa lepas sejenak dari polusi kota besar. Penduduk kota ini saling mengenal satu sama lain. Mereka pun tidak suka mencampuri urusan orang lain.
Perempuan di sana bisa dengan aman mengenakan rok mini dan jalan sendirian jam 3 pagi. Sifat penduduk Sinop ini bisa jadi merupakan warisan dari filsuf Yunani bernama Diogenes yang sempat tinggal di kota ini di tahun 300 SM. Beliau adalah pencetus pemikiran Sinisme yang percaya kalau hidup mewah bikin manusia tidak bisa menikmati kebebasan dan “hidup yang baik".
Berkat warisan prinsip hidup Diogenes ini, tidak ada ketimpangan gaya hidup antara penduduk yang berkecukupan dan hidup dalam kekurangan. Gaya baju mereka cenderung sama dan mereka semua terbiasa ngumpul di restoran yang sama buat melahap simit (roti bagel khas Turki yang ditaburi biji wijen). Selain itu tidak toko dan restoran yang terlihat mewah dan semuanya hampir mirip.
Tata kota di Sinop juga unik. Tidak ada gedung-gedung tinggi yang menutupi langit, orang-orang bisa buka jendela buat berbincang dengan tetangga, dan tidak ada lampu lalu lintas. Beda dengan jalanan di Istanbul yang ruwet.
Tidak hanya itu, Sinop tak ada mobil yang melaju kencang. Mereka bersedia memberikan jalan buat mobil yang mau belok dan kebanyakan orang malah lebih suka jalan kaki daripada menyetir. Anehnya lagi, di kota ini juga ada masjid dan pub yang berdiri bersebelahan.
Mengutip MisterAladin, kota itu adalah Sinop yang ada di pesisir utara Turki, tempat bertemunya hutan dan laut hitam. Kota ini memiliki kualitas udara yang bersih dan bagus sekali untuk dinikmati.
Begitu sampai, udara segarnya bisa bikin orang mulai merasa senang, karena bisa lepas sejenak dari polusi kota besar. Penduduk kota ini saling mengenal satu sama lain. Mereka pun tidak suka mencampuri urusan orang lain.
Perempuan di sana bisa dengan aman mengenakan rok mini dan jalan sendirian jam 3 pagi. Sifat penduduk Sinop ini bisa jadi merupakan warisan dari filsuf Yunani bernama Diogenes yang sempat tinggal di kota ini di tahun 300 SM. Beliau adalah pencetus pemikiran Sinisme yang percaya kalau hidup mewah bikin manusia tidak bisa menikmati kebebasan dan “hidup yang baik".
Berkat warisan prinsip hidup Diogenes ini, tidak ada ketimpangan gaya hidup antara penduduk yang berkecukupan dan hidup dalam kekurangan. Gaya baju mereka cenderung sama dan mereka semua terbiasa ngumpul di restoran yang sama buat melahap simit (roti bagel khas Turki yang ditaburi biji wijen). Selain itu tidak toko dan restoran yang terlihat mewah dan semuanya hampir mirip.
Tata kota di Sinop juga unik. Tidak ada gedung-gedung tinggi yang menutupi langit, orang-orang bisa buka jendela buat berbincang dengan tetangga, dan tidak ada lampu lalu lintas. Beda dengan jalanan di Istanbul yang ruwet.
Tidak hanya itu, Sinop tak ada mobil yang melaju kencang. Mereka bersedia memberikan jalan buat mobil yang mau belok dan kebanyakan orang malah lebih suka jalan kaki daripada menyetir. Anehnya lagi, di kota ini juga ada masjid dan pub yang berdiri bersebelahan.
(nfl)