Sudah Tepatkah Diet Kekinian?

Senin, 29 Januari 2018 - 07:40 WIB
Sudah Tepatkah Diet Kekinian?
Sudah Tepatkah Diet Kekinian?
A A A
JAKARTA - Berbagai diet yang ada masa kini menawarkan solusi nyaris tanpa usaha, dan diklaim mampu menurunkan berat badan dengan cepat. Tapi awas, penurunan berat badan tersebut bisa disertai dengan gangguan kesehatan yang muncul.

Alih-alih mendapatkan tubuh ideal malah gangguan kesehatan yang muncul tanpa disadari. Diet ketat, mayo, intermittent fasting (IF), dan diet Paleo merupakan segenap diet yang ada di zaman now. Semuanya mengklaim mudah dilakukan dan pelakunya bisa mengharapkan penurunan berat badan yang cepat.

Diet keto misalnya, mengurangi asupan karbohidrat sementara asupan protein diperbanyak. Dengan harapan tubuh akan mencari sumber energi lain yaitu lemak. Lemak di hati dan organ lain akan dipecah dan dipakai untuk energi sehingga tubuh akan beradaptasi dengan sumber energi baru bukannya karbohidrat. Asupan lemak yang dikonsumsi sebanyak 60-80% dan 5% karbohidrat. Protein yang disarankan seeperti daging ayam tanpa kulit.

Tetapi umumnya pelaku diet ini tetap mengonsumsi makanan tersebut karena menganggap toh sudah mengurangi karbohidrat. Tapi apa akibatnya? “Ketika dicek laboratorium pasien saya yang menjalani diet ini profil lipidnya tinggi. Untuk jangka panjang tidak disarankan karena berisiko meningkatkan penyakit jantung koroner,” beber Spesialis Gizi Klinik Diana F. Suganda, M.Kes, Sp.GK dari Rumah Sakit Pondok Indah dalam diskusi media bertema Mengenal Diet Populer yang diadakan Rumah Sakit Pondok Indah.

Dia melanjutkan sebetulnya diet keto dirancang untuk anak dengan epilepsi, pasien alzheimer ataupun Parkinson. Adapun diet mayo melarang makan garam, harus minum 2 liter air per hari tanpa es, makan malam sebelum jam 18.00, dan jika dilanggar harus ulang dari awal. Klaimnya turun berat badan 8-10 kilogram dalam dua pekan. “Sehari hanya mengasup 500 kalori padahal kita disarankan makan 1000 kalori/hari. Akibatnya defisit kalori. Berat badan idealnya turun 2 kilogram/bulan. Kalau sebanyak itu (8-10 kg/bulan) maka yang hilang massa air,” ungkap Diana.

Jendela Makan
Ada lagi diet IF. Menurut Diana sebetulnya bukanlah diet tapi merubah jam makan saja sehingga badan mencari sumber energi lain. Ciri khas diet yang dipopulerkan pesulap sekaligus presenter kenamaan tersebut adalah adanya jendela makan. Diet ini tidak merubah makanan yang diasup hanya waktunya saja. Pelaku hanya boleh makan selama enam jam dari pukul 12.00-18.00.

“Tapi dengan waktu enam jam itu kita paling hanya bisa makan dua kali sehingga asupan yang masuk lebih sedikit,” kata Diana.

Memang trigliserida dan risiko penyakit jantung, diabetes tipe dua bisa diturunkan, juga bisa membantu memperbaiki siklus tidur. Tapi negatifnya, sulit mempertahankan diet ini untuk jangka panjang, pelakunya malah terjebak makan berlebihan atau memilih makanan yang tak sehat, dan tidak mengadopsi gaya hidup sehat. Diet ini tidak dianjurkan bagi penderita diabetes, ibu hamil, ibu menyusui, atau wanita yang ingin hamil.

Terbaru adalah diet Paleo, diet ini berusaha meniru pola makan manusia purba dimana makanan yang dikonsumsi bukan olahan namun alami. Antara lain sayur dan buah, daging segar yang langsung dimasak. Sedangkan biji-bijian, gandum, produk susu seperti keju, yogurt, kacang-kacangan, minyak sayur, tidak boleh dimakan. “Prinsipnya kalau manusia purba tidak bisa makan makanan itu maka kita juga tidak. Karena mereka dulu kan belum bisa mengolah bahan pangan jadi makanannya terbatas,” kata Diana.

Akibatnya pelaku diet Paleo kekurangan salah satu nutrisi. Meski makanan yang diasup tanpa pengawet, bukan makanan berproses. Umumnya pelaku diet kekekinian siklusnya dimulai dari menjalani diet, membatasi asupan makan, mulai berkurang kalorinya, tapi akhirnya amat lapar dan malah makanan berlebihan, merasa bersalah, dan mulai diet lagi.

Sementara itu pemerhati gaya hidup dr.Grace Judio-Kahl, MSc dari klinik Light House mengungkapkan, prisinsip menurunkan berat badan adalah adanya keseimbangan antara kalori yang masuk dan keluar. "Kalau kalori yang masuk lebih kecil dari yang keluar, pasti berat badan akan turun," kata pemilik klinik tersebut.

Diet ketat yang terlalu membatasi asupan makanan menurutnya dalam jangka panjang tidaklah efektif. Sebab tubuh mengira sedang kelaparan sehingga metabolisme menjadi lambat dan penyimpanan lemak bertambah. Ia juga menyarankan menghindari tepung, gula, dan minyak. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1856 seconds (0.1#10.140)