Penyakit Ginjal Kronis Ancaman Kaum Hama

Jum'at, 09 Maret 2018 - 13:00 WIB
Penyakit Ginjal Kronis...
Penyakit Ginjal Kronis Ancaman Kaum Hama
A A A
PENYAKIT ginjal kronis (PGK) menjadi penyebab kematian ke delapan tertinggi pada perempuan, yakni hampir 600.000 kematian setiap tahunnya. Dibanding pria, wanita lebih banyak terserang PGK.

PGK merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dengan komplikasi gagal ginjal dan kematian dini. Risiko terjadinya PGK pada perempuan hampir setinggi pada lakilaki, bahkan lebih tinggi. Berdasarkan beberapa studi, PGK lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan rata-rata prevalensi 14% pada perempuan dan 12% pada laki-laki.

Namun, jumlah perempuan yang menjalani dialisis lebih rendah dibandingkan pria. Setidaknya ditengarai ada tiga alasan utama kondisi tersebut, yaitu perjalanan PGK yang lebih lambat pada perempuan, rendahnya kesadaran akan penyakit ginjal yang mengakibatkan keterlambatan atau tidak dimulainya dialisis, dan akses kesehatan yang tidak merata.

Dr Aida Lydia PhD SpPD-KGH, Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), menjelaskan beberapa kondisi kesehatan yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya PGK. Di antaranya, perempuan lebih banyak terkena lupus, suatu penyakit autoimun yang dapat menyerang ginjal, serta risiko menderita pre-eklampsia dan eklampsia selama kehamilan.

Tingginya kejadian infeksi saluran kemih (ISK) pada perempuan akibat struktur anatomi saluran kemih perempuan yang lebih pendek daripada laki-laki juga menjadi faktor risiko PGK.

“Termasuk, tingginya kejadian penyakit kanker serviks yang sering mengakibatkan gangguan fungsi ginjal,” ucap Ketua Divisi Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dalam rangka Hari Ginjal Sedunia “Ginjal & Kesehatan Perempuan: Rangkul, Hargai, Berdayakan” yang diadakan Baxter Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, dan Pernefri.

Dr dr Suskhan Djusad SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM, mengatakan, kanker serviks menyebabkan kematian tiap jam pada perempuan Indonesia karena berbagai komplikasi, salah satunya gagal ginjal. “Kanker serviks dapat dicegah karena dari lesi pre-kanker sampai ke kanker serviks prosesnya cukup lama, yaitu antara 5-10 tahun,” ujar dr Suskhan.

Menurut Dr dr Iris Rengganis SpPDKAI, Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUIRSCM, selama ini pencegahan kanker serviks umumnya dilakukan dengan pencegahan sekunder, walau peran pencegahan primer sangat penting. Pencegahan sekunder adalah deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear, thin prep yang dilanjutkan dengan terapi lesi prakanker.

Sedangkan, pencegahan primer yaitu mencegah terjadinya infeksi Human Papilloma Virus (HPV), yang merupakan penyebab kanker serviks, dengan cara vaksinasi. Vaksinasi HPV dapat mencegah masuknya karsinogen yang menimbulkan kanker serviks.

Dengan menggabungkan upaya pencegahan primer dan sekunder, diharapkan kejadian kanker serviks akan menurun sehingga kesehatan reproduksi wanita di Indonesia semakin meningkat.

Tidak Menunjukkan Gejala
Data yang didapat dari pasien rawat jalan di Poliklinik Ginjal Hipertensi RSCM Jakarta selama tiga tahun terakhir (2015-2017) menunjukkan bahwa pasien PGK akibat komplikasi penyakit lupus (disebut nefritis lupus ) lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. “Perempuan yang terkena penyakit lupus umumnya pada usia produktif,” kata dr Iris Rengganis.

Sementara angka penderita infeksi saluran kemih juga lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki. Data Indonesian Renal Registry 2016 menunjukkan bahwa pasien baru gagal ginjal terminal yang memerlukan dialisis adalah 53.000 orang dan 1% di antaranya (530 orang) dengan penyakit dasar nefritis lupus.

Sebanyak 10% populasi dunia terkena PGK. Sayangnya, sebagian besar orang yang mengalami gangguan fungsi ginjal tidak menunjukkan gejala sampai mereka kehilangan fungsi ginjalnya mencapai 90%. Akibatnya, banyak orang baru mencari pertolongan kesehatan saat mereka telah berada di stadium akhir penyakit ginjal yang memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6303 seconds (0.1#10.140)