Masakan Halal Jadi Ujung Tombak Pariwisata di Taiwan
A
A
A
PAKAIANNYA formal dengan kemeja putih, celana panjang bahan, dan dasi. Dia menyapa hangat setiap pengunjung yang membuka pintu restorannya. "Assalamualaikum, welcome. Apa kabar?" jika melihat warga Indonesia yang datang.
Senyumnya selalu terkembang saat bertemu konsumennya yang tidak jarang merupakan wajah baru. Mereka biasanya wisatawan muslim yang sengaja datang untuk menikmati sajian halal di restorannya. Ya, bertemu saudara seiman di negara minoritas muslim menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri baginya.
Dialah Haji Yunus Ma, pemilik Yunus Halal Restaurant, tepat di jalan Pei Ning, Taipe, Taiwan. Yunus merupakan keturunan China asli dengan nama Marleng Wei. Berkomitmen membuat restoran halal sejak 18 tahun lalu membuatnya serius memilih bahan dasar dari setiap menu yang dihidangkan. Yunus membeli sendiri sayuran juga daging di Imam besar Masjid di Longgang Wilayah Taoyuan, Taiwan. Hanya ada dua tempat penyembelihan ayam maupun sapi yang halal sehingga untuk membeli, Yunus harus memesan satu hari sebelumnya. "Kalau yang masak saja bukan orang muslim itu bagi saya belum 100% restoran muslim," ucapnya.
Itu juga yang membuatnya tidak membuka cabang. Baginya sulit mencari pekerja muslim. Sekalipun para mahasiswa muslim yang ingin bekerja pun diharuskan memiliki izin bekerja. Di restorannya, sang istrilah yang menjadi juru masak. Salimah setia mendampingi dan turut membantu bisnis mereka dengan terjun sendiri di dapur. Makanan yang dimasak hampir semua masakan dari Thailand yang dipadu dengan makanan khas China. Ada juga masakan yang menjadi favorit khas Indonesia, Singapura dan Malaysia yakni tumis kangkung.
Wisatawan dari tiga negara ini memang menjadi yang paling sering datang terlebih lagi wisatawan Malaysia. Menu favorit dari seluruh konsumennya baik yang muslim maupun tidak adalah ayam goreng pedas dan timikan. Yunus mengklaim, inilah restoran muslim pertama di Taiwan yang menyediakan berbagai sajian masakan. Setelah 16 tahun bekerja dan tinggal di Tokyo, Jepang, Yunus bermimpi membuat restoran halal.
"Ketika kembali ke Taiwan, tidak ada restoran halal. Saya bawa teman saya dari Jepang, lalu saya ajak ke restoran mi halal saja, saya malu juga. Maka saya harus mencoba membuat restoran halal kelas menengah di Taipei City ini," ungkapnya.
Belasan tahun berjalan, kini restorannya pun ramai dikunjungi. Namanya kian populer juga restorannya dicari para wisatawan muslim dari penjuru dunia. Yunus pun mengaku tidak melakukan banyak promosi. Pemerintah Taiwan yang turut membantu membawa turis muslim datang ke tempatnya. "Pemerintah Taiwan sangat baik terhadap pengusaha seperti kami, mungkin sesuai dengan tujuan ingin mengundang turis muslim ke Taiwan. Kami tidak menghabiskan banyak uang untuk berpromosi," ujar bapak dua anak ini.
Seperti ketika Pemerintah Taiwan memberi gratis visa untuk Brunei Darussalam. Wisatawan Brunei pun berbondong-bondong datang ke tempatnya. Begitu juga yang dilakukan Pemerintah Taiwan khususnya biro Pariwisata untuk memopulerkan Yunus Halal Restaurant ke wisatawan asal Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Di sudut restorannya, Yunus pun memajang foto-foto dengan para petinggi dari negara muslim yang pernah mampir di restorannya.
Ada foto Sultan Brunei, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, foto almarhum AM Fatwa, almarhum KH Hasyim Muzadi dan Mahfud MD. Terpampang pula foto pasangan selebritas Irwansyah dan Zaskia Sungkar. Di meja kasir tepat di depan pintu masuk, Yunus sengaja memasang beberapa bendera Negara Islam untuk semakin mendekatkan satu sama lain. Juga tidak lupa sertifikat-sertifikat yang dikeluarkan Pemerintah Taiwan mengenai kehalalan restorannya.
Satu restoran halal di Taiwan lagi yang sudah melegenda adalah Muslim Beef Restaurant. Didirikan 100 tahun lalu oleh seorang muslim asal China, kini restoran itu dikelola oleh generasi ketiga. Restorannya tidak terlalu besar namun selalu dipadati pengunjung yang ingin makan misoa kuah dan daging sapi yang disediakan terpisah. Wisatawan muslim juga menjadi incaran pengusaha farm leisure. Jaden misalnya, generasi ketiga dari Long Yun yang memiliki usaha di bukit pegunungan Alishan, Kabupaten Chiayi, Taiwan.
Setelah mengikuti pameran pariwisata di Malaysia dan Singapura 8 tahun silam, pria ini baru mengetahui jenis makanan halal bagi kaum muslim. Dari situ, Jaden melihat peluang dan ingin menyajikan wisata halal di penginapan dan restoran milik keluarganya tersebut. "Saya konsultasi dengan banyak pihak, lalu membuat izin lalu ada tes dan akhirnya 8 bulan mengurusnya. Sertifikasi restoran dan penginapan halal saya dapatkan," kenang Jaden.
Di restorannya kini tersedia dapur khusus makanan halal, berada di dekat pintu masuk. Sehingga siapa pun bisa melihatnya. Sertifikat halal pun di pajang guna meyakinkan wisatawan muslim untuk tidak khawatir menyantap makanan di restorannya. Sesuai aturan yang dikeluarkan Pemerintah Taiwan, alat makan pun ada label halal sehingga tidak tertukar dengan piring lainnya. Begitu pun dengan penginapan, di setiap kamar terdapat tanda arah kiblat, juga waktu salat.
Sama seperti Yunus, koki yang diandalkan untuk restoran yang dimiliki adalah Meilan, istrinya. Meilan sudah siap memasak pukul 6 pagi untuk sarapan pengunjung. "Setelah dinyatakan halal, res tor an dan penginapan wisa ta wan yang datang meningkat 80% setiap tahunnya," ucap Jaden senang.
Turis asal Malaysia yang banyak datang ke tempatnya. Tidak aneh bila makanan pun didominasi makanan Melayu. Waktu tepat untuk berkunjung ke Lang Yun adalah saat akhir tahun. Pengunjung dapat melihat lautan awan nan cantik dengan udara khas pegunungan yang segar.
Senyumnya selalu terkembang saat bertemu konsumennya yang tidak jarang merupakan wajah baru. Mereka biasanya wisatawan muslim yang sengaja datang untuk menikmati sajian halal di restorannya. Ya, bertemu saudara seiman di negara minoritas muslim menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri baginya.
Dialah Haji Yunus Ma, pemilik Yunus Halal Restaurant, tepat di jalan Pei Ning, Taipe, Taiwan. Yunus merupakan keturunan China asli dengan nama Marleng Wei. Berkomitmen membuat restoran halal sejak 18 tahun lalu membuatnya serius memilih bahan dasar dari setiap menu yang dihidangkan. Yunus membeli sendiri sayuran juga daging di Imam besar Masjid di Longgang Wilayah Taoyuan, Taiwan. Hanya ada dua tempat penyembelihan ayam maupun sapi yang halal sehingga untuk membeli, Yunus harus memesan satu hari sebelumnya. "Kalau yang masak saja bukan orang muslim itu bagi saya belum 100% restoran muslim," ucapnya.
Itu juga yang membuatnya tidak membuka cabang. Baginya sulit mencari pekerja muslim. Sekalipun para mahasiswa muslim yang ingin bekerja pun diharuskan memiliki izin bekerja. Di restorannya, sang istrilah yang menjadi juru masak. Salimah setia mendampingi dan turut membantu bisnis mereka dengan terjun sendiri di dapur. Makanan yang dimasak hampir semua masakan dari Thailand yang dipadu dengan makanan khas China. Ada juga masakan yang menjadi favorit khas Indonesia, Singapura dan Malaysia yakni tumis kangkung.
Wisatawan dari tiga negara ini memang menjadi yang paling sering datang terlebih lagi wisatawan Malaysia. Menu favorit dari seluruh konsumennya baik yang muslim maupun tidak adalah ayam goreng pedas dan timikan. Yunus mengklaim, inilah restoran muslim pertama di Taiwan yang menyediakan berbagai sajian masakan. Setelah 16 tahun bekerja dan tinggal di Tokyo, Jepang, Yunus bermimpi membuat restoran halal.
"Ketika kembali ke Taiwan, tidak ada restoran halal. Saya bawa teman saya dari Jepang, lalu saya ajak ke restoran mi halal saja, saya malu juga. Maka saya harus mencoba membuat restoran halal kelas menengah di Taipei City ini," ungkapnya.
Belasan tahun berjalan, kini restorannya pun ramai dikunjungi. Namanya kian populer juga restorannya dicari para wisatawan muslim dari penjuru dunia. Yunus pun mengaku tidak melakukan banyak promosi. Pemerintah Taiwan yang turut membantu membawa turis muslim datang ke tempatnya. "Pemerintah Taiwan sangat baik terhadap pengusaha seperti kami, mungkin sesuai dengan tujuan ingin mengundang turis muslim ke Taiwan. Kami tidak menghabiskan banyak uang untuk berpromosi," ujar bapak dua anak ini.
Seperti ketika Pemerintah Taiwan memberi gratis visa untuk Brunei Darussalam. Wisatawan Brunei pun berbondong-bondong datang ke tempatnya. Begitu juga yang dilakukan Pemerintah Taiwan khususnya biro Pariwisata untuk memopulerkan Yunus Halal Restaurant ke wisatawan asal Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Di sudut restorannya, Yunus pun memajang foto-foto dengan para petinggi dari negara muslim yang pernah mampir di restorannya.
Ada foto Sultan Brunei, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, foto almarhum AM Fatwa, almarhum KH Hasyim Muzadi dan Mahfud MD. Terpampang pula foto pasangan selebritas Irwansyah dan Zaskia Sungkar. Di meja kasir tepat di depan pintu masuk, Yunus sengaja memasang beberapa bendera Negara Islam untuk semakin mendekatkan satu sama lain. Juga tidak lupa sertifikat-sertifikat yang dikeluarkan Pemerintah Taiwan mengenai kehalalan restorannya.
Satu restoran halal di Taiwan lagi yang sudah melegenda adalah Muslim Beef Restaurant. Didirikan 100 tahun lalu oleh seorang muslim asal China, kini restoran itu dikelola oleh generasi ketiga. Restorannya tidak terlalu besar namun selalu dipadati pengunjung yang ingin makan misoa kuah dan daging sapi yang disediakan terpisah. Wisatawan muslim juga menjadi incaran pengusaha farm leisure. Jaden misalnya, generasi ketiga dari Long Yun yang memiliki usaha di bukit pegunungan Alishan, Kabupaten Chiayi, Taiwan.
Setelah mengikuti pameran pariwisata di Malaysia dan Singapura 8 tahun silam, pria ini baru mengetahui jenis makanan halal bagi kaum muslim. Dari situ, Jaden melihat peluang dan ingin menyajikan wisata halal di penginapan dan restoran milik keluarganya tersebut. "Saya konsultasi dengan banyak pihak, lalu membuat izin lalu ada tes dan akhirnya 8 bulan mengurusnya. Sertifikasi restoran dan penginapan halal saya dapatkan," kenang Jaden.
Di restorannya kini tersedia dapur khusus makanan halal, berada di dekat pintu masuk. Sehingga siapa pun bisa melihatnya. Sertifikat halal pun di pajang guna meyakinkan wisatawan muslim untuk tidak khawatir menyantap makanan di restorannya. Sesuai aturan yang dikeluarkan Pemerintah Taiwan, alat makan pun ada label halal sehingga tidak tertukar dengan piring lainnya. Begitu pun dengan penginapan, di setiap kamar terdapat tanda arah kiblat, juga waktu salat.
Sama seperti Yunus, koki yang diandalkan untuk restoran yang dimiliki adalah Meilan, istrinya. Meilan sudah siap memasak pukul 6 pagi untuk sarapan pengunjung. "Setelah dinyatakan halal, res tor an dan penginapan wisa ta wan yang datang meningkat 80% setiap tahunnya," ucap Jaden senang.
Turis asal Malaysia yang banyak datang ke tempatnya. Tidak aneh bila makanan pun didominasi makanan Melayu. Waktu tepat untuk berkunjung ke Lang Yun adalah saat akhir tahun. Pengunjung dapat melihat lautan awan nan cantik dengan udara khas pegunungan yang segar.
(amm)