Perawatan Tubuh Tak Hanya Didominasi Wanita
A
A
A
PERAWATAN tubuh dan kecantikan tengah menjadi tren. Tren itu tak hanya digemari kalangan muda, tapi juga usia senja. Bahkan tak hanya dilakukan kaum hawa atau wanita, tetapi juga pria. Di Kota Bandung, tren itu ditangkap oleh pelaku usaha untuk membuka klinik-klinik kecantikan dan perawatan tubuh.
"Trennya luar biasa. Klinik atau tempat-tempat terapi kecantikan dan kebugaran tubuh menjamur. Mereka buka 24 jam dan selalu penuh. Konsumennya bukan hanya kaum Hawa, tapi juga kaum Adam. Para pria metroseksual misalnya. Mereka merupakan pangsa pasar para pelaku usaha klinik kebugaran dan kecantikan itu," kata Ketua Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) dan Ketua Bidang UKM Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jabar Iwan Gunawan kepada KORAN SINDO.
Terapi kecantikan dan kebugaran, baik modern maupun tradisional, menjamur seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan tubuh, terutama orang yang usianya di atas 40 tahun. Industri turunannya pun laku seperti jasa merawat dan mempercantik kuku. Industri semacam ini terbagi dalam tiga kategori.
Pertama, industri edukasi. Artinya lembaga yang mencetak tenaga-tenaga di bidang perawatan kecantikan dan tubuh. Kedua, industri produk kecantikan dan perawatan tubuh. Yang ketiga, industri jasa. Perawatan tubuh yang tengah menjadi tren saat ini adalah perawatan rambut.
Orang dalam usia di atas 40 tahun mulai menghadapi masalah rambut putih (uban) dan rontok. Karena orang ingin tampil bugar, tentu mereka berupaya menutupi rambut putih itu dengan dicat atau semir. Kemudian barbershop pun bermunculan di mana-mana dan bertransformasi yang umumnya dikelola anak-anak muda dengan kemampuan stylish cukup baik.
Mereka menawarkan jasa potong rambut dengan mode terkini. Di Kota Bandung, usaha seperti ini tumbuh subur. Mereka buka sampai pukul 12 malam. Usaha perawatan wajah ini, pertama,melayani jasa whitening atau memutihkan wajah. Kedua, jasa membersihkan acne atau jerawat di wajah. Konsumen dari jasa ini adalah anak-anak muda, baik pria maupun wanita. Ketiga, jasa lifting atau pengangkatan kulit mati di wajah. Keempat, glowing atau menginclongkan wajah. Jasa ini umumnya digemari wanita dengan usia di atas 35 tahun.
Untuk perawatan wajah ini ada dua tren yang sedang digemari, yakni berasal dari Eropa dan Korea. Kalau Eropa hanya menawarkan tiga tahapan, mulai dari dibersihkan, disegarkan hingga dilembabkan. Adapun tren perawatan wajah ala Korea menawarkan 10 tahapan treatment. Artinya industri perawatan wajah dan kulit ini luar biasa.
Teknologinya pun mengikuti perkembangan zaman. Setelah perawatan wajah, yang juga mengikuti tren saat ini adalah perawatan tubuh. Orang melakukan olahraga di gim, senam, dan bahkan olahraga tinju juga digemari kaum Hawa. Tujuannya untuk menjaga agar tubuh tetap bugar.
"Ini wujud dari kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan. Menurut saya, ini akan terus berkembang. Bisnis ke depan itu saya lihat trennya kekesehatan. Perawatan kecantikan dan tubuh itu masuk dalam nomenklatur kesehatan," ungkap Iwan.
Secara tradisi, Indonesia memiliki bahan-bahan baku perawatan kecantikan yang diwariskan oleh nenek moyang. Misalnya untuk menghaluskan kulit, nenek moyang kita dulu menggunakan lulur bubuk kopi dan jamu. Adapun untuk memutihkan kulit menggunakan air cucian beras.
Dampak positif dari tren ini, orang makin sadar akan kesehatan. Mereka sadar bahwa saat usia bertambah, fungsi-fungsi organ tubuh menurun. Karena kesadaran inilah mereka melakukan perawatan. "Dampak negatifnya, hanya karena mengikuti tren, orang bisa salah kaprah dan menjadi korban produk. Misalnya pemutih wajah. Jika salah memilih produk karena ketidaktahuan dan hanya mengikuti tren tadi, akibatnya justru bisa fatal," ujar Iwan.
Para figur publik dan eksekutif muda, khususnya para pria di Yogyakarta sama dengan di kota lain dalam hal perawatan tubuh dan penampilan. Yaitu ingin bergaya metroseksual. Hal ini bisa dilihat dari gaya mereka, baik pakaian maupun perlengkapannya. Selain selalu tampil rapi, mereka pun memakai make-up meskipun sangat tipis. Untuk menunjang penam pil an mereka juga datang ke klinik kecantikan.
Sehingga sudah bukan pemandangan yang aneh, melihat ada pria di klinik kecantikan tersebut. Selain untuk perawatan wajah dan tubuh, mereka juga melakukan konsultasi soal penampilan, terutama yang pas dan sesuai dengan karakter maupun pribadinya sehingga akan selalu terlihat sempurna.
"Para pria berpenampilan metroseksual ini sekarang sudah menjadi fenomena, termasuk di Yogya," kata pemilik klinik kecantikan Be Queen Sleman Betty Ekawati. Di klinik Bee Queen sendiri, rata-rata dari 15 yang melakukan perawatan per hari, 4 di antaranya laki-laki.
Untuk perawatan sendiri, dapat dikatakan memerlukan biaya yang mahal, sebab harus berulang kali atau rutin, tidak hanya satu kali datang. Biaya perawatannya tergantung dengan yang ditangani, yaitu dari Rp50 ribu hingga Rp2,5 juta. Perawatan itu sendiri bukan hanya pada pria dewasa atau yang sudah mapan, tetapi juga kepada pria yang masih berumur belasan.
Alasannya, selain ingin memperhatikan estetika, juga karena kasus penyakit kulit yang mengharuskannya melakukan perawatan. Hanya saja untuk jenis perawatan dan besarnya biaya yang dikeluarkan tentunya tidak sama antara kota yang satu dengan lainnya. Tergantung dengan fasilitas yang ditawarkan. Misalnya untuk kota yang kecil tentu berbeda dengan kota yang besar. Meski begitu pada prinsipnya sama, yaitu ingin bergaya metroseksual.
"Trennya luar biasa. Klinik atau tempat-tempat terapi kecantikan dan kebugaran tubuh menjamur. Mereka buka 24 jam dan selalu penuh. Konsumennya bukan hanya kaum Hawa, tapi juga kaum Adam. Para pria metroseksual misalnya. Mereka merupakan pangsa pasar para pelaku usaha klinik kebugaran dan kecantikan itu," kata Ketua Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) dan Ketua Bidang UKM Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jabar Iwan Gunawan kepada KORAN SINDO.
Terapi kecantikan dan kebugaran, baik modern maupun tradisional, menjamur seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan tubuh, terutama orang yang usianya di atas 40 tahun. Industri turunannya pun laku seperti jasa merawat dan mempercantik kuku. Industri semacam ini terbagi dalam tiga kategori.
Pertama, industri edukasi. Artinya lembaga yang mencetak tenaga-tenaga di bidang perawatan kecantikan dan tubuh. Kedua, industri produk kecantikan dan perawatan tubuh. Yang ketiga, industri jasa. Perawatan tubuh yang tengah menjadi tren saat ini adalah perawatan rambut.
Orang dalam usia di atas 40 tahun mulai menghadapi masalah rambut putih (uban) dan rontok. Karena orang ingin tampil bugar, tentu mereka berupaya menutupi rambut putih itu dengan dicat atau semir. Kemudian barbershop pun bermunculan di mana-mana dan bertransformasi yang umumnya dikelola anak-anak muda dengan kemampuan stylish cukup baik.
Mereka menawarkan jasa potong rambut dengan mode terkini. Di Kota Bandung, usaha seperti ini tumbuh subur. Mereka buka sampai pukul 12 malam. Usaha perawatan wajah ini, pertama,melayani jasa whitening atau memutihkan wajah. Kedua, jasa membersihkan acne atau jerawat di wajah. Konsumen dari jasa ini adalah anak-anak muda, baik pria maupun wanita. Ketiga, jasa lifting atau pengangkatan kulit mati di wajah. Keempat, glowing atau menginclongkan wajah. Jasa ini umumnya digemari wanita dengan usia di atas 35 tahun.
Untuk perawatan wajah ini ada dua tren yang sedang digemari, yakni berasal dari Eropa dan Korea. Kalau Eropa hanya menawarkan tiga tahapan, mulai dari dibersihkan, disegarkan hingga dilembabkan. Adapun tren perawatan wajah ala Korea menawarkan 10 tahapan treatment. Artinya industri perawatan wajah dan kulit ini luar biasa.
Teknologinya pun mengikuti perkembangan zaman. Setelah perawatan wajah, yang juga mengikuti tren saat ini adalah perawatan tubuh. Orang melakukan olahraga di gim, senam, dan bahkan olahraga tinju juga digemari kaum Hawa. Tujuannya untuk menjaga agar tubuh tetap bugar.
"Ini wujud dari kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan. Menurut saya, ini akan terus berkembang. Bisnis ke depan itu saya lihat trennya kekesehatan. Perawatan kecantikan dan tubuh itu masuk dalam nomenklatur kesehatan," ungkap Iwan.
Secara tradisi, Indonesia memiliki bahan-bahan baku perawatan kecantikan yang diwariskan oleh nenek moyang. Misalnya untuk menghaluskan kulit, nenek moyang kita dulu menggunakan lulur bubuk kopi dan jamu. Adapun untuk memutihkan kulit menggunakan air cucian beras.
Dampak positif dari tren ini, orang makin sadar akan kesehatan. Mereka sadar bahwa saat usia bertambah, fungsi-fungsi organ tubuh menurun. Karena kesadaran inilah mereka melakukan perawatan. "Dampak negatifnya, hanya karena mengikuti tren, orang bisa salah kaprah dan menjadi korban produk. Misalnya pemutih wajah. Jika salah memilih produk karena ketidaktahuan dan hanya mengikuti tren tadi, akibatnya justru bisa fatal," ujar Iwan.
Para figur publik dan eksekutif muda, khususnya para pria di Yogyakarta sama dengan di kota lain dalam hal perawatan tubuh dan penampilan. Yaitu ingin bergaya metroseksual. Hal ini bisa dilihat dari gaya mereka, baik pakaian maupun perlengkapannya. Selain selalu tampil rapi, mereka pun memakai make-up meskipun sangat tipis. Untuk menunjang penam pil an mereka juga datang ke klinik kecantikan.
Sehingga sudah bukan pemandangan yang aneh, melihat ada pria di klinik kecantikan tersebut. Selain untuk perawatan wajah dan tubuh, mereka juga melakukan konsultasi soal penampilan, terutama yang pas dan sesuai dengan karakter maupun pribadinya sehingga akan selalu terlihat sempurna.
"Para pria berpenampilan metroseksual ini sekarang sudah menjadi fenomena, termasuk di Yogya," kata pemilik klinik kecantikan Be Queen Sleman Betty Ekawati. Di klinik Bee Queen sendiri, rata-rata dari 15 yang melakukan perawatan per hari, 4 di antaranya laki-laki.
Untuk perawatan sendiri, dapat dikatakan memerlukan biaya yang mahal, sebab harus berulang kali atau rutin, tidak hanya satu kali datang. Biaya perawatannya tergantung dengan yang ditangani, yaitu dari Rp50 ribu hingga Rp2,5 juta. Perawatan itu sendiri bukan hanya pada pria dewasa atau yang sudah mapan, tetapi juga kepada pria yang masih berumur belasan.
Alasannya, selain ingin memperhatikan estetika, juga karena kasus penyakit kulit yang mengharuskannya melakukan perawatan. Hanya saja untuk jenis perawatan dan besarnya biaya yang dikeluarkan tentunya tidak sama antara kota yang satu dengan lainnya. Tergantung dengan fasilitas yang ditawarkan. Misalnya untuk kota yang kecil tentu berbeda dengan kota yang besar. Meski begitu pada prinsipnya sama, yaitu ingin bergaya metroseksual.
(amm)