Haid Tak Teratur Bisa Menjadi Risiko Terkena Diabetes Tipe 2
A
A
A
JAKARTA - Waspada jika haid atau menstruasi tidak teratur. Pasalnya, ini bisa menjadi salah satu tanda risiko diabetes. Hal ini diungkapkan melalui penelitian terbaru, dimana satu dari lima remaja putri yang mengidap diabetes tipe 2 mengalami menstruasi tidak teratur.
"Siklus menstruasi yang jauh dari normal dapat menyebabkan pendarahan yang parah dan ekstra kram dan pada remaja putri yang mengidap diabetes tipe 2 biasanya menerima pengobatan yang disebut metformin," tutur Dr Megan Kelsey, profesor endokrinologi anak di Hospital of Colorado sekaligus ketua penelitian tersebut.
Dilansir dari WebMD, penelitian ini mengamati penggunaan metformin (glucophage), obat yang membuat seseorang semakin sensitif terharap efek hormon insulin. Peneliti membandingkannya dengan pengobatan metformin plus rosiglitazone (avandia) serta metformin plus perubahan gaya hidup.
Hasil penelitian ini menunjukkan, dari 190 remaja putri berusia 14 tahun pengidap diabetes tipe 2 tanpa mengonsumsi obat hormonal, sebanyak 39 anak atau 20% mengalami menstruasi yang tidak teratur. Ke-39 anak tersebut juga mengalami obesitas dan memiliki hormon testosteron lebih tinggi. Meski demikian, mereka memiliki level insulin yang sama dengan remaja putri dengan menstruasi teratur.
"Penemuan ini mengindikasikan bahwa haid yang tidak teratur kemungkinan disebabkan oleh polycystic ovarian syndrome (PCOS)," kata dia.
Diketahui, PCOS berhubungan erat dengan berat badan yang berlebih seperti halnya yang dialami diabetes tipe 2. Selain itu, remaja putri yang memiliki gejala PCOS juga kemungkinan besar berisiko tinggi mengalami penyakit liver non-alcoholic. Sementara kepala bangsal diabetes anak di NYU Winthrop Hospital, Dr Siham Accacha mengatakan bahwa tak hanya menggunakan metformin, diperlukan juga pengobatan yang tepat pada PCOS.
"Terlepas dari sensitivitas pada insulin, intervensi terbesar yang dapat dilakukan adalah menurunkan berat badan," ujar dia.
"Siklus menstruasi yang jauh dari normal dapat menyebabkan pendarahan yang parah dan ekstra kram dan pada remaja putri yang mengidap diabetes tipe 2 biasanya menerima pengobatan yang disebut metformin," tutur Dr Megan Kelsey, profesor endokrinologi anak di Hospital of Colorado sekaligus ketua penelitian tersebut.
Dilansir dari WebMD, penelitian ini mengamati penggunaan metformin (glucophage), obat yang membuat seseorang semakin sensitif terharap efek hormon insulin. Peneliti membandingkannya dengan pengobatan metformin plus rosiglitazone (avandia) serta metformin plus perubahan gaya hidup.
Hasil penelitian ini menunjukkan, dari 190 remaja putri berusia 14 tahun pengidap diabetes tipe 2 tanpa mengonsumsi obat hormonal, sebanyak 39 anak atau 20% mengalami menstruasi yang tidak teratur. Ke-39 anak tersebut juga mengalami obesitas dan memiliki hormon testosteron lebih tinggi. Meski demikian, mereka memiliki level insulin yang sama dengan remaja putri dengan menstruasi teratur.
"Penemuan ini mengindikasikan bahwa haid yang tidak teratur kemungkinan disebabkan oleh polycystic ovarian syndrome (PCOS)," kata dia.
Diketahui, PCOS berhubungan erat dengan berat badan yang berlebih seperti halnya yang dialami diabetes tipe 2. Selain itu, remaja putri yang memiliki gejala PCOS juga kemungkinan besar berisiko tinggi mengalami penyakit liver non-alcoholic. Sementara kepala bangsal diabetes anak di NYU Winthrop Hospital, Dr Siham Accacha mengatakan bahwa tak hanya menggunakan metformin, diperlukan juga pengobatan yang tepat pada PCOS.
"Terlepas dari sensitivitas pada insulin, intervensi terbesar yang dapat dilakukan adalah menurunkan berat badan," ujar dia.
(alv)