Menilik Pelayanan di PLBN Entikong, Pintu Gerbang Indonesia di Perbatasan Malaysia
A
A
A
ENTIKONG - Tujuh Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Indonesia telah diresmikan dan diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat. Lalu bagaimana dengan PLBN Entikong yang berbatasan dengan Malaysia?
PLBN Entikong terletak di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat dan berbatasan dengan Tebedu yang merupakan wilayah Malaysia. Telah diresmikan sejak Desember 2016 oleh Presiden Joko Widodo yang dihadiri oleh beberapa Menteri kabinet Kerja diantara Menteri Dalam Negeri selaku Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan/BNPP, Menteri PUPR, Menteri Keuangan, Panglima TNI dan Jajaran Pejabat eselon 1. PLBN Entikong menjadi salah satu perbatasan yang megah. Bahkan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pos perbatasan Malaysia yang dapat dibilang sederhana.
Pintu perbatasan ini dibuka setiap hari pada pukul 05.00 WIB dan tutup pada 17.00 WIB. Pelayanan di perbatasan ini dibagi menjadi dua, yaitu pelayanan untuk pelintas dengan mengunakan paspor dan pas lintas batas (PLB), mereka akan diarahkan ke gedung keberangkatan terlebih dahulu. Demikian dengan pelintas yang datang dari Kuching dan Sarawak, Malaysia.
Para pelintas akan diperiksa oleh petugas bila membawa barang-barang di dalam tas menggunakan X-ray. Kemudian mereka harus melewati imigrasi, bea cukai, dan karantina.
"Bagi pelintas yang memakai kendaraan plat Indonesia ketika akan masuk harus mengurus borang (sejenis surat kendaraan lintas batas negara) ada ketentuan untuk membayar asuransi. Setelah tahapan di dalam gedung, akan dicek oleh pihak bea cukai," papar Rudi Marwoto selaku Kepala Sub Bidang Kebersihan dan Keamanan PLBN Entikong di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Senin (28/5/2018).
Kedatangan para pelintas ini akan dicek oleh pihak imigrasi. Kemudian diperiksa apakah menggunakan dokumen atau tidak.
Sedangkan untuk para pelintas mengunakan PLB, mereka akan melewati jalur yang berbeda dengan pelintas degan mengunakan paspor. Mereka adalah orang-orang yang melintas untuk melihat-lihat perbatasan.
Selain dua kategori di atas, ada pula pelintas yang menggunakan Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) yang diperuntukkan bagi warga asli Entikong dan Sekayam dengan membawah barang belanjaan utk kebutuhan pokok sesuai dengan perjanjian yang disepakati antara pihak Indonesia dan Malaysia, barang yang dibawa para pelintas dengan KILB ini maksimal 600 RM. Dengan catatan tidak boleh sejenis, tetapi minimal tiga jenis. Jika barang yang dibawa melebihi nilai batas yang ditetapkan, maka akan disita oleh petugas Bea Cukai karena dianggap melebihi kuota.
"Paling tidak kita tidak membuka pasar bebas. Dengan adanya peraturan 600 Ringgit Malaysia, supaya meningkatkan ekspornya dari pada impornya," lanjut Rudi.
Gedung PLBN Entikong sendiri memiliki didesain dengan ornamen-ornamen khas Suku Dayak. Selain gedung utama, pembangunan tahap kedua juga sedang dikerjakan. Salah satu fasilitas yang sedang dibangun adalah dua kamar mortuary cabinet/tempat penyimpanan jenazah sementara. Mengingat banyaknya TKI asal Indonesia yang pulang tanpa nyawa melalui PLBN Entikong.
"Akan ada dua mercuary cabinet untuk menampung jenazah sementara. Karena terkadang jenazah datang tanpa peti, seperti hanya ditutup tikar. Nantinya jenazah yang seperti itu akan kami simpan di kamar es. Kalau dokumen sudah lengkap baru disampaikan ke keluarga," katanya.
Bekerja sama dengan MNC Travel, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) membawa MNC Media untuk melihat langsung fasilitas dan suasana sehari-hari di PLBN Entikong. Dapat dikatakan PLBN Entikong adalah salah satu PLBN paling ramai karena dikunjungi 1.000—1.500 pelintas setiap harinya.
"PLBN Entikong adalah salah satu PLBN teramai di antara PLBN lainnya. Gedungnya juga megah karena dibangun dari marmer. Lebih baik dari PLBN negara tetangga, baik dari sisi pelayanan, gedung, dan fasilitas," ujar Diana Ring selaku Head of Marketing MNC Travel.
Rudi pun mengapresiasi kedatangan tim MNC Media kali ini. Ia berharap dengan adanya kegiatan ini wisatawan ke Entikong dapat meningkat seiring fasilitas yang terus dikembangkan di pos perbatasan ini.
"Saya mewakili Kepala PLBN (Entikong) mengucapkan terima kasih dan sangat apresiasi dengan adanya kedatangan MNC Travel dan tim BNPP ini. Mudah-mudahan dengan ikon Tugu Garudanya semakin bisa meningkatkan wisatawan baik dari Malaysia maupun Indonesia. Saya berharap Entikong bisa jadi contoh untuk PLBN lain," beber Rudi.
PLBN Entikong terletak di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat dan berbatasan dengan Tebedu yang merupakan wilayah Malaysia. Telah diresmikan sejak Desember 2016 oleh Presiden Joko Widodo yang dihadiri oleh beberapa Menteri kabinet Kerja diantara Menteri Dalam Negeri selaku Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan/BNPP, Menteri PUPR, Menteri Keuangan, Panglima TNI dan Jajaran Pejabat eselon 1. PLBN Entikong menjadi salah satu perbatasan yang megah. Bahkan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pos perbatasan Malaysia yang dapat dibilang sederhana.
Pintu perbatasan ini dibuka setiap hari pada pukul 05.00 WIB dan tutup pada 17.00 WIB. Pelayanan di perbatasan ini dibagi menjadi dua, yaitu pelayanan untuk pelintas dengan mengunakan paspor dan pas lintas batas (PLB), mereka akan diarahkan ke gedung keberangkatan terlebih dahulu. Demikian dengan pelintas yang datang dari Kuching dan Sarawak, Malaysia.
Para pelintas akan diperiksa oleh petugas bila membawa barang-barang di dalam tas menggunakan X-ray. Kemudian mereka harus melewati imigrasi, bea cukai, dan karantina.
"Bagi pelintas yang memakai kendaraan plat Indonesia ketika akan masuk harus mengurus borang (sejenis surat kendaraan lintas batas negara) ada ketentuan untuk membayar asuransi. Setelah tahapan di dalam gedung, akan dicek oleh pihak bea cukai," papar Rudi Marwoto selaku Kepala Sub Bidang Kebersihan dan Keamanan PLBN Entikong di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Senin (28/5/2018).
Kedatangan para pelintas ini akan dicek oleh pihak imigrasi. Kemudian diperiksa apakah menggunakan dokumen atau tidak.
Sedangkan untuk para pelintas mengunakan PLB, mereka akan melewati jalur yang berbeda dengan pelintas degan mengunakan paspor. Mereka adalah orang-orang yang melintas untuk melihat-lihat perbatasan.
Selain dua kategori di atas, ada pula pelintas yang menggunakan Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) yang diperuntukkan bagi warga asli Entikong dan Sekayam dengan membawah barang belanjaan utk kebutuhan pokok sesuai dengan perjanjian yang disepakati antara pihak Indonesia dan Malaysia, barang yang dibawa para pelintas dengan KILB ini maksimal 600 RM. Dengan catatan tidak boleh sejenis, tetapi minimal tiga jenis. Jika barang yang dibawa melebihi nilai batas yang ditetapkan, maka akan disita oleh petugas Bea Cukai karena dianggap melebihi kuota.
"Paling tidak kita tidak membuka pasar bebas. Dengan adanya peraturan 600 Ringgit Malaysia, supaya meningkatkan ekspornya dari pada impornya," lanjut Rudi.
Gedung PLBN Entikong sendiri memiliki didesain dengan ornamen-ornamen khas Suku Dayak. Selain gedung utama, pembangunan tahap kedua juga sedang dikerjakan. Salah satu fasilitas yang sedang dibangun adalah dua kamar mortuary cabinet/tempat penyimpanan jenazah sementara. Mengingat banyaknya TKI asal Indonesia yang pulang tanpa nyawa melalui PLBN Entikong.
"Akan ada dua mercuary cabinet untuk menampung jenazah sementara. Karena terkadang jenazah datang tanpa peti, seperti hanya ditutup tikar. Nantinya jenazah yang seperti itu akan kami simpan di kamar es. Kalau dokumen sudah lengkap baru disampaikan ke keluarga," katanya.
Bekerja sama dengan MNC Travel, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) membawa MNC Media untuk melihat langsung fasilitas dan suasana sehari-hari di PLBN Entikong. Dapat dikatakan PLBN Entikong adalah salah satu PLBN paling ramai karena dikunjungi 1.000—1.500 pelintas setiap harinya.
"PLBN Entikong adalah salah satu PLBN teramai di antara PLBN lainnya. Gedungnya juga megah karena dibangun dari marmer. Lebih baik dari PLBN negara tetangga, baik dari sisi pelayanan, gedung, dan fasilitas," ujar Diana Ring selaku Head of Marketing MNC Travel.
Rudi pun mengapresiasi kedatangan tim MNC Media kali ini. Ia berharap dengan adanya kegiatan ini wisatawan ke Entikong dapat meningkat seiring fasilitas yang terus dikembangkan di pos perbatasan ini.
"Saya mewakili Kepala PLBN (Entikong) mengucapkan terima kasih dan sangat apresiasi dengan adanya kedatangan MNC Travel dan tim BNPP ini. Mudah-mudahan dengan ikon Tugu Garudanya semakin bisa meningkatkan wisatawan baik dari Malaysia maupun Indonesia. Saya berharap Entikong bisa jadi contoh untuk PLBN lain," beber Rudi.
(alv)