Dua Tahun Diresmikan, PLBN Motaain Jadi Objek Wisata Selfie

Rabu, 30 Mei 2018 - 14:30 WIB
Dua Tahun Diresmikan, PLBN Motaain Jadi Objek Wisata Selfie
Dua Tahun Diresmikan, PLBN Motaain Jadi Objek Wisata Selfie
A A A
ATAMBUA - Pada 2016 silam, berdiri megah bangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. PLBN Motaain ini ternyata menjadi tujuan wisata baru bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Tak sedikit warga lokal sekitaran PLBN juga ikut mengabadikan lokasi tersebut sebagai objek berfoto.

Contohnya saja, Nicholas warga lokal di Atambua yang sengaja berkunjung ke PLBN hanya untuk berfoto-foto. Dia menilai, PLBN saat ini dibandingkan kondisi bangunan pos lintas jaman dulu sangatlah berbeda. "Saya warga Indonesia, ke sini (PLBN Motaain) hanya jalan-jalan saja, kondisi PLBN baru sangat bagus," katanya.

Ada lagi warga keturunan Tionghoa yang cukup lama berdomisili di Atambua, Yashinta. Dia bersama keluarganya berselfie di depan tugu bertuliskan Timor Leste. Yashinta juga berpendapat serupa dengan Nicholas, jika PLBN Motaain saat ini terbilang bagus. "Saya warga negara Indonesia, tinggalnya di Atambua. Saya ajak keluarga ke sini (PLBN Motaain) jalan-jalan saja," ucapnya.

Sementara, Suharyono yang merupakan pejabat di lingkungan Pegadaian wilayah kerja Denpasar, Bali, juga tak mau kalah berkunjung ke PLBN yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dua tahun lalu. Haryono biasa disapa, bercerita sejak 1990, PLBN Motaain tidak sebagus bangunan saat ini.

"Dulu tahun 90-an saya pernah kemari (PLBN Motaain). Biasa mancing di titik jembatan menuju Timor Leste. Waktu itu bangunannya tidak seindah sekarang ini. Saya ingin menyaksikan langsung yang notabenenya Indonesia-Timor Leste seperti apa sekarang. Ternyata jauh lebih bagus," ungkap dia sembari flasback ke masa lampau, Minggu (27/5/2018).

PLBN Terpadu Motaain, Silawan, Tasifeto Timur, Belu tersebut terhubungkan beberapa puluh kilo meter dari Pos Perbatasan Terpadu (Posto Fronteirico Integrado) Batugade, Bobonaro, Republik Demokratik Timor Leste. Di sana ada jembatan yang membedakan lintas batas Indonesia dan Timor Leste.

Jika jembatan Indonesia berwarna merah putih, pada jembatan yang sama dengan melangkahkan kaki kita sudah ada jembatan berwarna merah dan hitam simbol bendera Timor Leste. Soal bangunan PLBNnya sendiri, bisa terlihat konsep atap yang mengusung dari rumah adat Belu yaitu Rumah Matabesi. Kemudian, ada ornamen Sun Shading di bagian pinggiran bangunannya. Scara keseluruhan, PLBN Motaain menggunakan cat warna putih dan abu-abu sehingga ketika dipandang terlihat lebih bersih dan elegan.

Di komplek pos lintas terdapat pos karantina yang sama seperti pos lintas yang ada di Aruk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, antara lain pos kesehatan, perikanan, serta pertanian. Namun, ada yang membedakan untuk pemeriksaan kendaraan yang melintas bagi barang ekspor dan impor di sana.

Ada bangunan tersendiri yang berdiri berada di sisi kanan bangunan zona inti. Di sana, kendaraan bermuatan besar yang mengangkut barang untuk diekspor-impor diperiksa kelengkapan serta barang yang dibawa.

Secara detilnya, Kementerian PUPR melakukan pembangunan PLBN Motaain menggantikan pos lama di atas lahan seluas 8,8 hektar. Pembangunan dimulai sejak tahun 2015 dengan pendanaan sebesar Rp82 miliar.

Bangunan PLBN Motaain meliputi zona inti yang terdiri dari bangunan utama PLBN, gedung pemeriksaan kendaraan dan power house. Bangunan PLBN terdiri dari zona inti yang terdiri dari gedung utama PLBN, gedung pemeriksaan terpadu, pelataran pemeriksaan, bangunan klinik, car wash, jembatan timbang, gudang sita, bangunan kennel, bangunan utilitas, pos pemeriksaan imigrasi, gerbang tasbara, monumen Garuda, Pos Pamtas TNI, dan infrastruktur kawasan.

Berbicara mengenai sarana pendukung atau tahap kedua pembangunan, Kasubid Pengembangan Kawasan PLBN Motaain, Reynold Uran mengatakan, pada Maret 2019 dipastikan tahap kedua pembangunan bakal rampung. Pembangunan tahap II ini dibutuhkan dana APBN senilai Rp228 miliar.

"Ampi theater, pasar tradisional, taman terbuka, ruang pentas, wisma, sudah 80% selesai. Kalau mengikuti target sesuai kontrak Maret 2019 (selesai)," ujarnya.

PLBN yang menjadi jalur pelintas terramai ini, bagi masyarakat Atambua memberikan pemgaruh yang besar. Selain banyak mendatangkan para wistawan mancanegara maupun domestik, juga bisa mempekerjakan warga sekitar.

"Dengan adanya PLBN membawa dampak baik yang positif terhadap masyarakat dengan menyerap tenaga kerja. Ada yang menjadi tenaga portir (membantu bawa tas barang pelintas) terus mereka kita kasih seragam khusus," kata dia.

Untuk memasuki kawasan PLBN dan melintasi zona perbatasan kedua negara yang masih serumpun ini, portal mulai dibuka pukul 08.00—16.00 WITA Namun, ada sesi jeda dalam pemberlakuan pelintasannya, yakni mulai pukul 08.00—12.00 WITA, kemudian dibuka lagi pukul 13.00—16.00 WITA.

Seperti biasa, para pelintas tanpa membawa kendaraan harus melalui pihak imigrasi, kemudian dilacak lagi barang yang dibawa oleh pihak bea dan cukai menggunakan metal detector sembari menunjukkan paspor dan dokumen yang harus diisi terlebih dahulu.

Tetapi, bagi pengunjung yang hendak berfoto saja sekitar perbatasan kedua negara itu, pihak imigrasi telah menyiapkan tanda khusus. "Kita siapkan tanda pengenal visitor dengan meninggalkan identitas seperti KTP," ujar Kepala Sub Seksi (Kasubsi) Lalu Lintas Keimigrasian Kelas II Atambua atau Koordinator Imigrasi di PLBN Aruk, Bagus Dwi Putra.

Bagus pun menilai, skema kerja keimigrasian saat ini lebih tersistem dan tertata dibandingkan bangunan pos lintas yang masih jadul dan belum dilengkapi teknologi pendukung.

"Perbedaan gedung lama dan gedung baru, saat ini PLBN Motaain telah hadir dengan wajah baru, tentunya ini akan berdampak pada perubahan. Jaman dulu tata kelola pemeriksaan tidak sebaik sekarang ini yang lebih tertib. Ditambah pengamanan dari TNI, polisi," paparnya.

Ditambah lagi, pelintas yang melalui PLBN Motaain rata-rata per harinya bisa mencapai 150 orang. Mereka memanfaatkan lintasan tersebut untuk bertemu keluarga antar kedua negara, maupun adanya kegiatan sosial budaya atau upacara adat.

"Timor Leste sekitar 100 sampai 150 orang, warga Indonesia lebih sedikit 100 sampai 120 orang, wisatawan asing cuma 1 sampai 5 orang," sebutnya.

Bagi yang membawa kendaraan, ada pos tersendiri yang telah berdiri di sisi kanan dan kiri bangunan zona inti sehingga memudahkan pemeriksaan lebih detil. "Tentu ada perbedaan gedung lama dan gedung baru. Gedung lama dulu masih satu arah jika ada pemeriksaan kendaraan, dan sekarang sudah dipisah," kata Bagus.

Dengan aktivitas di PLBN Motaain, pengelolaan PLBN Motaain dan PLBN lain baik di NTT, Kalbar dan Papua oleh BNPP sebagaimana amanat Perpres no 44 Tahun 2017 ttg BNPP sedangkan Tata Kelola PLBN di atur dalam Peraturan Kepala BNPP No. 7 Tahun 2017 ttg Pedoman Pengelolaan PLBN.

Corporate Sales Supervisor MNC Travel, Renny Eka Putri yang mengajak tim media MNC Group didampingi tim BNPP menilai, 1 dari 2 PLBN yang terbangun ulang di NTT, PLBN Motaain memang yang paling ramai dikunjungi pelintas dan juga wisatawan, oleh karenanya perlu adanya publikasi media kepada masyarakat untuk mengenalkan sisi perbatasan Indonesia-Timor Leste.

"PLBN Motaain merupakan pos perbatasan yang paling ramai dilalui oleh para pelintas batas dibandingkan dengan dua PLBN lagi yang ada di NTT, yaitu Motamasin dan Wini. Karena tidak hanya digunakan para pelintas batas, tapi juga dijadikan destinasi tujuan wisata baru oleh warga. Para pengunjung mulai dari anak-anak hingga dewasa berkerumun untuk berfoto di beberapa titik PLBN Motaain seperti di pintu gerbang utama pelintas yang bertuliskan Indonesia dan taman yang bertuliskan Motaain-Indonesia dan juga di beberapa titik lainnya. Tentunya peran media disini sangat penting untuk mengenalkan destinasi wisata perbatasan ini," tuturnya.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4622 seconds (0.1#10.140)