Adaptasi Kisah Wayang dalam Pentas Teater

Minggu, 15 Juli 2018 - 11:17 WIB
Adaptasi Kisah Wayang dalam Pentas Teater
Adaptasi Kisah Wayang dalam Pentas Teater
A A A
Pentas teater bertajuk Perjalanan Panjang Seekor Kuda tampil memukau di hadapan penikmat seni di Auditorium Galeri Indonesia Kaya sore kemarin.

Pertunjukan yang diadaptasi dari salah satu kisah sastra pewayangan ini bercerita tentang seorang Ibu bernama Dewi Wilutama yang terpisah dari anaknya karena takdir. Dewi Wilutama adalah seorang bidadari yang pernah dikutuk menjadi seekor kuda karena para dewa terganggu dan haus dengan paras dan pakaian yang dikenakan oleh Wilutama.

Seiring berjalannya waktu, Wilutama melahirkan seorang anak yang bernama Aswatama. Namun Wilutama tidak dapat membesarkan dan bertemu lagi dengan anaknya karena ia berhadapan dengan janji Kumbayanan yang memba wanya menjadi istri manusia.

Ketika akhirnya bertemu dengan anaknya, ternyata Wilutama harus menerima kenyataan pahit bahwa anak satu-satunya itu akan menjadi tumbal dari sebuah peristiwa perang besar dalam kisah klasik Mahabharata. Pementasan oleh kelompok Teater Tetas ini juga diiringi alunan musik tradisi khas Indonesia seperti keprak dalang, suling, gender, dan rebab yang dipadukan dengan sentuhan musik modern seperti drum, simbal, dan crash.

Sejak didirikan 40 tahun lalu, Teater Tetas senantiasa berusaha untuk selalu melestarikan nilai-nilai sejarah budaya dengan berbagai cara ke dalam setiap karya pementasan, salah satunya dengan mengadaptasi kisah-kisah klasik pewayangan. “Merupakan tantangan tersendiri bagi Teater Tetas untuk bisa menyisipkan unsur sejarah dalam setiap karya.

Namun inilah komitmen dan cara kami untuk mengenalkan se jarah dan tradisi budaya Indonesia kepada khalayak ramai, khususnya generasi muda. Kami harap penikmat seni dapat mencermati, mendalami, meng hargai, dan mengambil hikmah dalam pementasan Perjalanan Panjang Seekor Kuda pada hari ini,” ujar Harris Syaus, sang sutradara.

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian menyatakan, sebagai ruang publik brbasis digital yang didedikasikan untuk masya rakat, Galeri Indonesia Kaya senantiasa menampilkan ragam pementasan dari berbagai pelaku senidi setiap akhir pekannya.

“Kami harap dengan menyaksikan pertunjukan ini, penikmat seni yang didominasi generasi muda dapat lebih memahami sejarah dan menghargai tradisi budaya Indonesia. Karena dengan memahami sejarah dan tradisi budaya, generasi muda dapat menyikapi segala dinamika dan masalah kehidupan yang dihadapi saat ini,” ujar Renitasari Adrian.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7206 seconds (0.1#10.140)