Pentingnya Kesadaran Pasien terhadap Penyebab Disfungsi Ereksi
A
A
A
JAKARTA - Kesadaran pasien terhadap penyebab disfungsi ereksi (DE) dan pentingnya berkonsultasi dengan dokter merupakan faktor penting dalam keberhasilan pengobatan DE. Sayang, banyak pasien yang tidak mengetahui dirinya mengalami DE dan enggan mencari bantuan atau saran yang justru dapat memperburuk kondisi kesehatannya.
"Komunikasi antara dokter dan pasien memegang kunci penting dalam pengobatan DE karena ada yang butuh pengobatan dan ada yang hanya butuh konseling," ujar Handoko Santoso selaku Medical Director PT. Pfizer Indonesia saat acara Sadari Penyebab dan Faktor Risiko Disfungsi Ereksi di Cikini, Jakarta, Rabu (29/8/2018).
Dokter spesialis andrologi RSUP Fatmawati, dr. Nugroho Setiawan, Sp. And menjelaskan perubahan gaya hidup yang lebih sehat dapat membantu pengobatan DE. Misalnya, pria dengan DE disarankan untuk berhenti merokok, mengurangi atau berhenti minum alkohol, berhenti mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan meningkatkan aktivitas fisik.
"Lifestyle, merokok, nggak istirahat. Istirahatnya harus dalam dan gelap. Kalau terang ganggu kesehatan. Minimal 6—7 jam. Orang yang begadang dan tidurnya di balas siang itu juga tidak baik karena ada hormon yang bekerja tidak pada gelap. Makannya shift malam itu tidak sehat," papar dr Nugroho.
Mengingat pentingnya gaya hidup sehat dapat membantu pengobatan DE, maka dr Nugroho juga menekankan untuk rajin berolahraga minimal 30 menit sehari, 5 hari seminggu. Untuk asupan makanan, idealnya mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang serta yang tak kalah penting adalah berat badan harus ideal.
"Orang wajib olahraga. Olahraga apa yang bagus untuk DE? Kardio yang jantungnya deg-degan, lari. Olahraga pun ada aturan nadinya harus berapa. Semua berangkat dari gaya hidup. Orang yang rajin olahraga pun akan mundur (kesehatannya) apalagi diperberat dengan nggak olahraga. Makannya gaya hidup penting," sarannya.
"Pola makan harus bergizi dan berimbang. Dulu kita menyebutnya 4 sehat 5 sempurna. Yang bagus itu kita makan warna-warni, ada kuning, hijau, merah. Berat badan juga harus ideal. Suasana hati harus nyaman dan problem harus diselesaikan," tambahnya.
Sedangkan ada beberapa metode untuk mengobati DE dan obat oral adalah yang paling banyak digunakan. Selama bertahun-tahun, obat-obatan oral telah berhasil mengobati DE bagi kebanyakan pria. Obat ini bekerja dengan relaksasi otot pada pembuluh darah dan meningkatkan aliran daraj di Mr P ketika ada rangsangan seksual.
Dr. Nugroho mengingatkan agar paien tidak mengonsumsi obat DE beresamaan dengan obat-obatan yang mengandung nitrat. Kandungan ini biasanya terdapat dalam obat-obatan jantung. Selain itu, meski dapat membantu meningkatkan respon terhadap rangsangan seksual namun obat-obatan ini tidak memicu ereksi secara langsung.
"Hal penting yang tidak boleh diremehkan dalam pengobatan DE adalah efek dari mengobati sendiri dan bahaya obat-obatan palsu. Orang sering tidak menyadari risiko dan efek dan efek di kemudian hari dari tindakan pengobatan sendiri. Sebagian besar obat memiliki efek samping dan kontra indikasi, jika obat dikonsumsi secara sembarangan atau dikonsumsi bersama dengan obat lain. Jadi untuk memastikan pengobatan yang tepat, pasien harus berkonsultasi dengan dokter," tutur dr Nugroho.
"Komunikasi antara dokter dan pasien memegang kunci penting dalam pengobatan DE karena ada yang butuh pengobatan dan ada yang hanya butuh konseling," ujar Handoko Santoso selaku Medical Director PT. Pfizer Indonesia saat acara Sadari Penyebab dan Faktor Risiko Disfungsi Ereksi di Cikini, Jakarta, Rabu (29/8/2018).
Dokter spesialis andrologi RSUP Fatmawati, dr. Nugroho Setiawan, Sp. And menjelaskan perubahan gaya hidup yang lebih sehat dapat membantu pengobatan DE. Misalnya, pria dengan DE disarankan untuk berhenti merokok, mengurangi atau berhenti minum alkohol, berhenti mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan meningkatkan aktivitas fisik.
"Lifestyle, merokok, nggak istirahat. Istirahatnya harus dalam dan gelap. Kalau terang ganggu kesehatan. Minimal 6—7 jam. Orang yang begadang dan tidurnya di balas siang itu juga tidak baik karena ada hormon yang bekerja tidak pada gelap. Makannya shift malam itu tidak sehat," papar dr Nugroho.
Mengingat pentingnya gaya hidup sehat dapat membantu pengobatan DE, maka dr Nugroho juga menekankan untuk rajin berolahraga minimal 30 menit sehari, 5 hari seminggu. Untuk asupan makanan, idealnya mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang serta yang tak kalah penting adalah berat badan harus ideal.
"Orang wajib olahraga. Olahraga apa yang bagus untuk DE? Kardio yang jantungnya deg-degan, lari. Olahraga pun ada aturan nadinya harus berapa. Semua berangkat dari gaya hidup. Orang yang rajin olahraga pun akan mundur (kesehatannya) apalagi diperberat dengan nggak olahraga. Makannya gaya hidup penting," sarannya.
"Pola makan harus bergizi dan berimbang. Dulu kita menyebutnya 4 sehat 5 sempurna. Yang bagus itu kita makan warna-warni, ada kuning, hijau, merah. Berat badan juga harus ideal. Suasana hati harus nyaman dan problem harus diselesaikan," tambahnya.
Sedangkan ada beberapa metode untuk mengobati DE dan obat oral adalah yang paling banyak digunakan. Selama bertahun-tahun, obat-obatan oral telah berhasil mengobati DE bagi kebanyakan pria. Obat ini bekerja dengan relaksasi otot pada pembuluh darah dan meningkatkan aliran daraj di Mr P ketika ada rangsangan seksual.
Dr. Nugroho mengingatkan agar paien tidak mengonsumsi obat DE beresamaan dengan obat-obatan yang mengandung nitrat. Kandungan ini biasanya terdapat dalam obat-obatan jantung. Selain itu, meski dapat membantu meningkatkan respon terhadap rangsangan seksual namun obat-obatan ini tidak memicu ereksi secara langsung.
"Hal penting yang tidak boleh diremehkan dalam pengobatan DE adalah efek dari mengobati sendiri dan bahaya obat-obatan palsu. Orang sering tidak menyadari risiko dan efek dan efek di kemudian hari dari tindakan pengobatan sendiri. Sebagian besar obat memiliki efek samping dan kontra indikasi, jika obat dikonsumsi secara sembarangan atau dikonsumsi bersama dengan obat lain. Jadi untuk memastikan pengobatan yang tepat, pasien harus berkonsultasi dengan dokter," tutur dr Nugroho.
(alv)