Pria Produktif Lebih Rentan Kena Stroke Dibanding Wanita
A
A
A
Stroke, penyebab kematian dan kecacatan tertinggi. Persentase pria usia produktif yang terserang penyakit ini lebih banyak dibandingkan wanita produktif. Kematian akibat penyakit kardiovaskular (CVD) meningkat rata-rata 1,9% per tahun.
Penyakit CVD yang paling mematikan ada tiga, yaitu stroke, jantung, dan hipertensi. Stroke dapat menyerang siapa saja, tapi data menunjukkan pria merupakan kelompok paling berisiko terserang penyakit ini sejak memasuki usia produktif.
Pada usia 40-50 tahun, sekitar 31,4% pria terkena stroke, sementara wanita hanya 12,1%. Adapun usia 50-60 tahun, persentase pria yang mengidap stroke sebesar 91,8% dan wanita hanya 52,1%. Angka kejadian menjadi lebih tinggi seiring bertambahnya usia.
Usia 61 ke atas, prevalensi pria dengan stroke bahkan mencapai 99,8%, sedangkan wanita 96,5%. Stroke merupakan gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam.
“Kondisi ini dapat menimbulkan kematian karena gangguan peredaran darah di otak,” kata dr Sahat Aritonang SpS MSi Med FINS, dokter spesialis saraf yang berpraktik di RS Pondok Indah, Bintaro Jaya pada kegiatan small group media discussion RSPI dengan topik “Tindakan Tepat Penanganan Stroke”.
Adapun gejala dan tanda yang timbul pada stroke sesuai daerah yang terkena. Cacat yang timbul karena stroke umumnya terjadi akibat kerusakan pada area motorik di otak. Perlu diketahui, gejala yang timbul pada stroke tidak selalu nyata, kadang ringan dan tersamar (misal: gangguan bicara, memori, emosi, perilaku, demensia, dan sebagainya).
Nah yang jelas, biaya stroke dan jantung di Indonesia, angkanya menembus puluhan ribu triliun. Riset Evidence & Analytics menyebutkan pengobatan dan kerugian akibat hilangnya produktivitas mencapai puluhan ribu triliun. Jenis stroke ada tiga, yaitu stroke trombosis, di mana bekuan darah (trombosis) hambat aliran darah ke otak.
Adapun stroke emboli, yakni timbunan lemak/bekuan darah (emboli) mengalir ke otak dan sumbat pembuluh arteri. Adapun stroke hemorrhagik serebral, merusak pembuluh darah di otak. Mayoritas kasus stroke adalah iskemik/sumbatan yang angkanya sekitar 88%.
Ada beberapa faktor risiko penyebab stroke yang dibedakan dengan faktor risiko yang bisa diubah dan tidak bisa diubah. Usia, jenis kelamin, ras tertentu, dan genetik adalah segenap faktor risiko yang tak dapat diubah. Adapun merokok, stres mental/fisik, penyalahgunaan obat, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, serta pemakaian kontrasepsi hormonal masuk ke faktor risiko yang bisa diubah.
Dr Sahat menjelaskan, pengaruh stroke pada tubuh tergantung di bagian otak mana yang terkena. Ia juga mengatakan, penderita stroke alami disabilitas. 1 dari 3 penderita stroke mengalami gangguan bicara.
Sementara 60% penderita stroke mengalami gangguan penglihatan. Dikatakan dr Johan Winata SpJP (K) FIHA, spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan Kardiologi Intervensi dari RSPI Pondok Puri Indah pada kesempatan terpisah, menekankan pentingnya berolahraga sebagai upaya pencegahan penyakit kardiovaskular.
“Minimal itu 1.000 kalori per minggu yang dibakar saat olahraga. Pilihan olahraganya juga kalau bisa yang mencapai target irama detak jantung,” saran dr Johan. Di samping membakar lemak, olahraga juga dapat mengontrol tingkat stres. Masalah stres ini jangan dipandang sebelah mata. Sebab stres dapat memicu tekanan darah tinggi yang pada akhirnya menyebabkan serangan jantung.
Selain berolahraga, perlu juga konsumsi makanan yang baik seperti yang mengandung omega-3 dan omega-6 untuk menurunkan angka kolesterol jahat (LDL) di tubuh. Lebih jauh, pada penyakit ini, waktu amatlah berharga. Output stroke amat ditentukan oleh tata laksana yang cepat. Maka itu, segera ke rumah sakit saat mengetahui gejala stroke datang menyerang.
Penyakit CVD yang paling mematikan ada tiga, yaitu stroke, jantung, dan hipertensi. Stroke dapat menyerang siapa saja, tapi data menunjukkan pria merupakan kelompok paling berisiko terserang penyakit ini sejak memasuki usia produktif.
Pada usia 40-50 tahun, sekitar 31,4% pria terkena stroke, sementara wanita hanya 12,1%. Adapun usia 50-60 tahun, persentase pria yang mengidap stroke sebesar 91,8% dan wanita hanya 52,1%. Angka kejadian menjadi lebih tinggi seiring bertambahnya usia.
Usia 61 ke atas, prevalensi pria dengan stroke bahkan mencapai 99,8%, sedangkan wanita 96,5%. Stroke merupakan gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam.
“Kondisi ini dapat menimbulkan kematian karena gangguan peredaran darah di otak,” kata dr Sahat Aritonang SpS MSi Med FINS, dokter spesialis saraf yang berpraktik di RS Pondok Indah, Bintaro Jaya pada kegiatan small group media discussion RSPI dengan topik “Tindakan Tepat Penanganan Stroke”.
Adapun gejala dan tanda yang timbul pada stroke sesuai daerah yang terkena. Cacat yang timbul karena stroke umumnya terjadi akibat kerusakan pada area motorik di otak. Perlu diketahui, gejala yang timbul pada stroke tidak selalu nyata, kadang ringan dan tersamar (misal: gangguan bicara, memori, emosi, perilaku, demensia, dan sebagainya).
Nah yang jelas, biaya stroke dan jantung di Indonesia, angkanya menembus puluhan ribu triliun. Riset Evidence & Analytics menyebutkan pengobatan dan kerugian akibat hilangnya produktivitas mencapai puluhan ribu triliun. Jenis stroke ada tiga, yaitu stroke trombosis, di mana bekuan darah (trombosis) hambat aliran darah ke otak.
Adapun stroke emboli, yakni timbunan lemak/bekuan darah (emboli) mengalir ke otak dan sumbat pembuluh arteri. Adapun stroke hemorrhagik serebral, merusak pembuluh darah di otak. Mayoritas kasus stroke adalah iskemik/sumbatan yang angkanya sekitar 88%.
Ada beberapa faktor risiko penyebab stroke yang dibedakan dengan faktor risiko yang bisa diubah dan tidak bisa diubah. Usia, jenis kelamin, ras tertentu, dan genetik adalah segenap faktor risiko yang tak dapat diubah. Adapun merokok, stres mental/fisik, penyalahgunaan obat, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, serta pemakaian kontrasepsi hormonal masuk ke faktor risiko yang bisa diubah.
Dr Sahat menjelaskan, pengaruh stroke pada tubuh tergantung di bagian otak mana yang terkena. Ia juga mengatakan, penderita stroke alami disabilitas. 1 dari 3 penderita stroke mengalami gangguan bicara.
Sementara 60% penderita stroke mengalami gangguan penglihatan. Dikatakan dr Johan Winata SpJP (K) FIHA, spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan Kardiologi Intervensi dari RSPI Pondok Puri Indah pada kesempatan terpisah, menekankan pentingnya berolahraga sebagai upaya pencegahan penyakit kardiovaskular.
“Minimal itu 1.000 kalori per minggu yang dibakar saat olahraga. Pilihan olahraganya juga kalau bisa yang mencapai target irama detak jantung,” saran dr Johan. Di samping membakar lemak, olahraga juga dapat mengontrol tingkat stres. Masalah stres ini jangan dipandang sebelah mata. Sebab stres dapat memicu tekanan darah tinggi yang pada akhirnya menyebabkan serangan jantung.
Selain berolahraga, perlu juga konsumsi makanan yang baik seperti yang mengandung omega-3 dan omega-6 untuk menurunkan angka kolesterol jahat (LDL) di tubuh. Lebih jauh, pada penyakit ini, waktu amatlah berharga. Output stroke amat ditentukan oleh tata laksana yang cepat. Maka itu, segera ke rumah sakit saat mengetahui gejala stroke datang menyerang.
(don)