Era Digitalisasi Pengaruhi Perluasan Makna Kuliner
A
A
A
JAKARTA - Kuliner di masa sekarang bukan lagi sekadar makanan dan masakan. Era digitalisasi turut berdampak pada perluasan makna kuliner. Dari kegiatan masak memasak dan menikmati makanan, menjadi kata yang erat kaitannya dengan bisnis, trend, gaya hidup hingga kreativitas dan inovasi yang mengagumkan dalam mengolah dan menyajikan.
"Bahkan kini, kuliner hadir dalam bentuk Start-up Food Tech yang membantu dalam pemilihan kuliner yang menjadi banyak pembicaraan maupun sebagai Social Proof sebelum pelanggan mencobanya," ujar Wendi Winduwasono, putra Almarhumah Tuti Soenardi-tokoh kuliner Indonesia, dalam acara peluncuran 3 buku Ibu Tuti Soenardi di Jakarta, akhir pekan kemarin (3/11).
Dalam peluncuran buku juga digelar diskusi bertajuk "Perkembangan Kuliner di Era Digitalisasi". Diskusi ini membahas kuliner dan perkembangan Start-up Food Tech. Hadir sebagai pembicara pakar kuliner William Wongso; VP of Business Development QRAVED, Inge Supatra; Marketing Manager Zomato Indonesia, Deri Slyrova; dan Ketua TP PKK, Emi Tjahyo Kumolo.
Wendi mengatakan, keberadaan Start-up Food Tech bagi pebisnis kuliner merupakan peluang yang terbuka lebar. Meski demikian, tetap dibutuhkan komitmen dan konsep yang sederhana namun kuat untuk bisa dijual ke pelanggan. Sebagai bisnis "service delivery", sejumlah Food Tech Start-up memberikan jasa untuk melakukan booking pada beberapa restoran yang dituju.
Sementara itu, mengenai 3 buku yang diluncurkan di acara ini, menurut Wendi, merupakan karya terakhir Tuti Soenardi yang ditulisnya bersama dengan pakar gizi dan kuliner lainnya.
"Ketiga buku tersebut adalah Tuti Soenardi: 48 Tahun Mengabdi Dan Berkarya Di Dunia Gizi Dan Kuliner, Selayang Pandang Kuliner Indonesia: Peran Media Cetak & Lembaga Kuliner dan Menu Pencegah & Atasi Stroke (90 Resep Masakan)," terang Wendi.
Sebelumnya, kataWendi, ketiga buku tersebut sudah diluncurkan pada 2010, namun cetakan kedua buku kuliner ini telah direvisi dan akan menginspirasi serta memberi banyak manfaat untuk pembaca, para pemerhati dan pencinta dunia gizi dan kuliner.
Tuti Soenardi dikenal sebagai ahli gizi dan kuliner Indonesia yang telah berkiprah selama 40 tahun lamanya. Tak hanya soal seni kuliner, Tuti juga mengutamakan unsur gizi dalam setiap sajiannya. Beliau tahu betul investasi besar seorang anak bersumber dari asupan gizi yang dikonsumsinya. Tuti Soenardi membagi ilmunya melalui kursus-kursus, seminar-seminar, serta puluhan judul buku yang sudah ditulisnya.
Melalui berbagai buku yang ditulisnya, Tuti mengisahkan sejarah kelahiran kuliner Indonesia, serta tokoh-tokoh yang banyak berperan serta. Tak hanya itu, dia selalu melengkapi dengan ragam resep kuliner khas Indonesia, dengan bahan pangan yang mudah didapatkan dan harga yang terjangkau.
"Buku ini memuat catatan bagaimana kuliner Indonesia dirintis setapak demi setapak, mulai dari tahun 1970-an sampai munculnya era digital, hingga memberi fondasi bagi perkembangan kuliner sekarang," pungkas Wendi.
"Bahkan kini, kuliner hadir dalam bentuk Start-up Food Tech yang membantu dalam pemilihan kuliner yang menjadi banyak pembicaraan maupun sebagai Social Proof sebelum pelanggan mencobanya," ujar Wendi Winduwasono, putra Almarhumah Tuti Soenardi-tokoh kuliner Indonesia, dalam acara peluncuran 3 buku Ibu Tuti Soenardi di Jakarta, akhir pekan kemarin (3/11).
Dalam peluncuran buku juga digelar diskusi bertajuk "Perkembangan Kuliner di Era Digitalisasi". Diskusi ini membahas kuliner dan perkembangan Start-up Food Tech. Hadir sebagai pembicara pakar kuliner William Wongso; VP of Business Development QRAVED, Inge Supatra; Marketing Manager Zomato Indonesia, Deri Slyrova; dan Ketua TP PKK, Emi Tjahyo Kumolo.
Wendi mengatakan, keberadaan Start-up Food Tech bagi pebisnis kuliner merupakan peluang yang terbuka lebar. Meski demikian, tetap dibutuhkan komitmen dan konsep yang sederhana namun kuat untuk bisa dijual ke pelanggan. Sebagai bisnis "service delivery", sejumlah Food Tech Start-up memberikan jasa untuk melakukan booking pada beberapa restoran yang dituju.
Sementara itu, mengenai 3 buku yang diluncurkan di acara ini, menurut Wendi, merupakan karya terakhir Tuti Soenardi yang ditulisnya bersama dengan pakar gizi dan kuliner lainnya.
"Ketiga buku tersebut adalah Tuti Soenardi: 48 Tahun Mengabdi Dan Berkarya Di Dunia Gizi Dan Kuliner, Selayang Pandang Kuliner Indonesia: Peran Media Cetak & Lembaga Kuliner dan Menu Pencegah & Atasi Stroke (90 Resep Masakan)," terang Wendi.
Sebelumnya, kataWendi, ketiga buku tersebut sudah diluncurkan pada 2010, namun cetakan kedua buku kuliner ini telah direvisi dan akan menginspirasi serta memberi banyak manfaat untuk pembaca, para pemerhati dan pencinta dunia gizi dan kuliner.
Tuti Soenardi dikenal sebagai ahli gizi dan kuliner Indonesia yang telah berkiprah selama 40 tahun lamanya. Tak hanya soal seni kuliner, Tuti juga mengutamakan unsur gizi dalam setiap sajiannya. Beliau tahu betul investasi besar seorang anak bersumber dari asupan gizi yang dikonsumsinya. Tuti Soenardi membagi ilmunya melalui kursus-kursus, seminar-seminar, serta puluhan judul buku yang sudah ditulisnya.
Melalui berbagai buku yang ditulisnya, Tuti mengisahkan sejarah kelahiran kuliner Indonesia, serta tokoh-tokoh yang banyak berperan serta. Tak hanya itu, dia selalu melengkapi dengan ragam resep kuliner khas Indonesia, dengan bahan pangan yang mudah didapatkan dan harga yang terjangkau.
"Buku ini memuat catatan bagaimana kuliner Indonesia dirintis setapak demi setapak, mulai dari tahun 1970-an sampai munculnya era digital, hingga memberi fondasi bagi perkembangan kuliner sekarang," pungkas Wendi.
(nug)