Nasi Minyak Batanghari, Menu Unik ala William Wongso
A
A
A
RESTO Talaga Sampireun dan Bumi Sampireun berkomitmen melestarikan kuliner Nusantara. Tujuannya agar kuliner Nusantara dapat lebih diminati dan disukai lebih banyak orang dan generasi.
Kekayaan dan beragam jenis cita rasa kuliner dengan paduan bumbu dari berbagai daerah di Indonesia menjadi inspirasi hadirnya kolaborasi ini. Salah satu cara mereka merealisasi komitmen adalah dengan bekerja sama dengan William Wongso.
“William Wongso adalah pakar kuliner yang terkenal di Indonesia, sekaligus duta kuliner Indonesia yang diperhitungkan dan diapresiasi dunia. Dia secara konsisten memperkenalkan kuliner Indonesia di seluruh benua, salah satu caranya aktif melakukan diplomasi kuliner,” kata Carnelisia Valia, General Manager Talaga Sampireun dan Bumi Sampireun, Bintaro, Sabtu, (17/11).
Pihaknya ingin kuliner Nusantara semakin eksis pada zaman yang semakin berkembang seperti saat ini. Saat ini restoran Talaga Sampireun yang berada di Bintaro, Ancol, dan Puri juga Bumi Sampireun di Vimala Hills telah menyiapkan lima menu kreasi William Wongso. Kelimanya yakni ayam tangkap aceh, gulai ikan patin, gadon (pepes daging), dadar pegagan, dan nasi minyak batanghari, daging masak hitam.
“Menu-menu yang dihadirkan adalah menu yang terdapat di buku William Wongso yang mendapat penghargaan di Gourmand World Cookbook Awards ke-22 pada Mei 2017,” ungkap Valia. Ada hal yang ingin diraih Resto Talaga Sampireun dengan kolaborasi apik ini.
Pihaknya ingin lebih banyak orang tertarik dan mencoba kuliner Nusantara di Talaga Sampireun dan Bumi Sampireun serta menjadikan kuliner Nusantara sebagai pilihan dan menu favorit. “Kami juga ingin membuat semakin banyak orang mengagumi kuliner Nusantara. Sebab, kuliner nusantara memiliki rasa khas masingmasing dengan bumbu beragam dan proses memasak yang unik,” tutur Valia.
Bak gayung bersambut, pegiat kuliner William Wongso menyambut baik ajakan Talaga Sampireun untuk melestarikan kuliner Nusantara. William Wongso memang sengaja diminta membuat lima menu Nusantara yang diakui sulit. William Wongso menyambut baik ajakan ini.
“Niat saya bekerja sama dengan Talaga Sampireun karena ada niat baik pula dari manajemen untuk menyajikan cita rasa Indonesia yang mewakili daerah-daerah dengan sajian yang autentik,” katanya Om Wil, sapaan akrabnya.
Ia pun mengaku kesulitan menentukan pilihan masakan Indonesia yang pas dan cocok karena diminta lima jenis, meski masakan Indonesia punya beraneka macam cita rasa dan bumbu yang berbeda satu sama lain.
“Memang sulit memilih masakan Indonesia, tetapi karena permintaannya diminta lima jenis, saya ambil sikap prioritas karena makanan khas di daerah-daerah yang lebih dikenal, misalnya Aceh, Jambi, Jawa, Melayu, atau Bangka, serta masakan khas dengan pegagan,” katanya.
Bagi dia, Indonesia dengan 17.000 kepulauan dan 34 provinsi membuat keragaman makanan tidak ada taranya di dunia. Pria pemilik nama lengkap William Wirjaatmadja Wongso ini berpendapat, jika kita mau menyajikan kuliner Nusantara dalam satu kesempatan, sampai kapan pun tidak akan selesai.
“Jadi prinsipnya saya coba ke satu, saya ambil Aceh supaya lebih populer, bukan masakan yang sulit, tapi unik, yaitu ayam tangkap. Daun temurui atau salam koja itu penting untuk hal ini,” bebernya. Menu kedua adalah gulai ikan patin. Mengenai ikan patin, William Wongso berharap sungai-sungai di mana pun bisa dipertahankan keasriannya sehingga bisa menyajikan ikan terbaik.
Menu berikutnya adalah gadon. Gadon merupakan salah satu representasi masakan Jawa. Di Jawa, gadon merupakan masakan khas dengan daging cincang yang cukup unik. Selanjutnya ada nasi minyak. “Dari semua jenis nasi yang aromatik, nasi minyak ini paling unik karena komposisi dan proses membuatnya,” ujarnya.
Pegiat kuliner kelahiran Malang, 12 April 1947, ini pun bercerita, untuk membuat nasi ini dibutuhkan setidaknya 10- 12 macam rempah. Itu pun tidak digiling, tetapi dimasak sebagai teh rempah dan airnya untuk memasak.
Nasi ini ditambah bermacam-macam bahan, seperti nanas, tomat, minyak samin, dengan padanan daging masak hitam yang tidak menggunakan santan, ini khas di Jambi Batanghari, tapi hanya menggunakan parutan kelapa yang disangrai hingga hitam ditumbuh hingga berminyak.
Ini seolah-olah sejenis rendang khas dari Jambi. Terkait dadar pegagan, dia menyarankan percampuran telur dan daun pegagan ini bisa dinikmati untuk anak-anak sebagai bekal atau sarapan.
“Masyarakat kita tidak mengenal bahan-bahan alami yang sehat seperti halnya pegagan. Pegagan tumbuh di mana-mana. Pegagan kalau di Colombo atau India disebut prime food , disajikan secara sederhana pakai dadar telur bagi anak-anak bisa dinikmati untuk bekal ke sekolah atau sarapan pagi,” ujarnya.
Semua menu kuliner Nusan tara ala William Wongso dapat dinikmati mulai 12 November di semua outlet Talaga Sampireun dan Bumi Sam pireun Vimala Hills dengan harga Rp30.000-Rp110.000 belum termasuk pajak dan servis. Selama November, pengunjung mendapat diskon 20% untuk semua menu kuliner Nusantara ala William Wongso.
Kekayaan dan beragam jenis cita rasa kuliner dengan paduan bumbu dari berbagai daerah di Indonesia menjadi inspirasi hadirnya kolaborasi ini. Salah satu cara mereka merealisasi komitmen adalah dengan bekerja sama dengan William Wongso.
“William Wongso adalah pakar kuliner yang terkenal di Indonesia, sekaligus duta kuliner Indonesia yang diperhitungkan dan diapresiasi dunia. Dia secara konsisten memperkenalkan kuliner Indonesia di seluruh benua, salah satu caranya aktif melakukan diplomasi kuliner,” kata Carnelisia Valia, General Manager Talaga Sampireun dan Bumi Sampireun, Bintaro, Sabtu, (17/11).
Pihaknya ingin kuliner Nusantara semakin eksis pada zaman yang semakin berkembang seperti saat ini. Saat ini restoran Talaga Sampireun yang berada di Bintaro, Ancol, dan Puri juga Bumi Sampireun di Vimala Hills telah menyiapkan lima menu kreasi William Wongso. Kelimanya yakni ayam tangkap aceh, gulai ikan patin, gadon (pepes daging), dadar pegagan, dan nasi minyak batanghari, daging masak hitam.
“Menu-menu yang dihadirkan adalah menu yang terdapat di buku William Wongso yang mendapat penghargaan di Gourmand World Cookbook Awards ke-22 pada Mei 2017,” ungkap Valia. Ada hal yang ingin diraih Resto Talaga Sampireun dengan kolaborasi apik ini.
Pihaknya ingin lebih banyak orang tertarik dan mencoba kuliner Nusantara di Talaga Sampireun dan Bumi Sampireun serta menjadikan kuliner Nusantara sebagai pilihan dan menu favorit. “Kami juga ingin membuat semakin banyak orang mengagumi kuliner Nusantara. Sebab, kuliner nusantara memiliki rasa khas masingmasing dengan bumbu beragam dan proses memasak yang unik,” tutur Valia.
Bak gayung bersambut, pegiat kuliner William Wongso menyambut baik ajakan Talaga Sampireun untuk melestarikan kuliner Nusantara. William Wongso memang sengaja diminta membuat lima menu Nusantara yang diakui sulit. William Wongso menyambut baik ajakan ini.
“Niat saya bekerja sama dengan Talaga Sampireun karena ada niat baik pula dari manajemen untuk menyajikan cita rasa Indonesia yang mewakili daerah-daerah dengan sajian yang autentik,” katanya Om Wil, sapaan akrabnya.
Ia pun mengaku kesulitan menentukan pilihan masakan Indonesia yang pas dan cocok karena diminta lima jenis, meski masakan Indonesia punya beraneka macam cita rasa dan bumbu yang berbeda satu sama lain.
“Memang sulit memilih masakan Indonesia, tetapi karena permintaannya diminta lima jenis, saya ambil sikap prioritas karena makanan khas di daerah-daerah yang lebih dikenal, misalnya Aceh, Jambi, Jawa, Melayu, atau Bangka, serta masakan khas dengan pegagan,” katanya.
Bagi dia, Indonesia dengan 17.000 kepulauan dan 34 provinsi membuat keragaman makanan tidak ada taranya di dunia. Pria pemilik nama lengkap William Wirjaatmadja Wongso ini berpendapat, jika kita mau menyajikan kuliner Nusantara dalam satu kesempatan, sampai kapan pun tidak akan selesai.
“Jadi prinsipnya saya coba ke satu, saya ambil Aceh supaya lebih populer, bukan masakan yang sulit, tapi unik, yaitu ayam tangkap. Daun temurui atau salam koja itu penting untuk hal ini,” bebernya. Menu kedua adalah gulai ikan patin. Mengenai ikan patin, William Wongso berharap sungai-sungai di mana pun bisa dipertahankan keasriannya sehingga bisa menyajikan ikan terbaik.
Menu berikutnya adalah gadon. Gadon merupakan salah satu representasi masakan Jawa. Di Jawa, gadon merupakan masakan khas dengan daging cincang yang cukup unik. Selanjutnya ada nasi minyak. “Dari semua jenis nasi yang aromatik, nasi minyak ini paling unik karena komposisi dan proses membuatnya,” ujarnya.
Pegiat kuliner kelahiran Malang, 12 April 1947, ini pun bercerita, untuk membuat nasi ini dibutuhkan setidaknya 10- 12 macam rempah. Itu pun tidak digiling, tetapi dimasak sebagai teh rempah dan airnya untuk memasak.
Nasi ini ditambah bermacam-macam bahan, seperti nanas, tomat, minyak samin, dengan padanan daging masak hitam yang tidak menggunakan santan, ini khas di Jambi Batanghari, tapi hanya menggunakan parutan kelapa yang disangrai hingga hitam ditumbuh hingga berminyak.
Ini seolah-olah sejenis rendang khas dari Jambi. Terkait dadar pegagan, dia menyarankan percampuran telur dan daun pegagan ini bisa dinikmati untuk anak-anak sebagai bekal atau sarapan.
“Masyarakat kita tidak mengenal bahan-bahan alami yang sehat seperti halnya pegagan. Pegagan tumbuh di mana-mana. Pegagan kalau di Colombo atau India disebut prime food , disajikan secara sederhana pakai dadar telur bagi anak-anak bisa dinikmati untuk bekal ke sekolah atau sarapan pagi,” ujarnya.
Semua menu kuliner Nusan tara ala William Wongso dapat dinikmati mulai 12 November di semua outlet Talaga Sampireun dan Bumi Sam pireun Vimala Hills dengan harga Rp30.000-Rp110.000 belum termasuk pajak dan servis. Selama November, pengunjung mendapat diskon 20% untuk semua menu kuliner Nusantara ala William Wongso.
(don)