Kiprah Amir Hamzah Penting Diketahui Generasi Muda
A
A
A
Nyanyi Sunyi Revolusi, Seni Rupa Tanah Air judul pementasan teater yang berkisah tentang sosok penyair besar Amir Hamzah tak lama lagi hadir di panggung hiburan Tanah Air, persisnya di Gedung Kesenian Jakarta pada 2-3 Februari mendatang.
Happy Salma, selaku produser pementasan, menggarisbawahi pementasan ini menjadi penting dan patut disaksikan oleh generasi muda. “Selain bercerita tentang sejarah dan sastra Tanah Air, banyak pesan positif yang bisa dipetik dari pementasan ini nanti.
Pementasan ini juga sebagai bentuk komitmen kami, dari Titimangsa Foundation, mengangkat sastra Tanah Air ke dalam seni pertunjukan,” kata Happy dalam jumpa pers pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi di Auditorium Galeri Indonesia Kaya kemarin.
Menurut Happy, lewat kumpulan puisi Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941), nama Amir Hamzah demikian penting dalam kesusastraan Indonesia. HB Jassin bahkan menyebutnya “Raja Pujangga Baru”. Dalam melakukan riset naskah pentas me ngenai sosok Amir Hamzah ini, banyak bersumber dari buku karya Nh Dini berjudul Amir Hamzah, Pangeran dari Seberang.
Didukung Bakti Budaya Djarum Foundation, dalam garapannya kali ini Titimangsa Foundation menghadirkan para pemain yang sangat berdedikasi dan ingin terus menantang dirinya untuk berkembang dalam keaktoran.
Sebut saja Lukman Sardi yang akan bermain sebagai Amir Hamzah, Prisia Nasution sebagai Tengku Tahura, Sri Qadariatin sebagai Iliek Sundari, Dessy Susanti sebagai Tengku Kamaliah, dan sejumlah aktor kawakan dari Teater Satu Lampung.
“Saya merupakan penggemar dari puisi-puisi Amir Hamzah. Puisinya penuh dengan kesenduan, te tapi juga dengan kuat meng ungkapkan banyak lapisan baru dalam karya puisi pada zaman itu. Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga punya peran besar dalam lahirnya republik ini,” ucap Happy.
Penulis naskah pementasan Nya nyi Sunyi Revolusi, Ahda Imran men ceritakan, Amir Hamzah merupakan salah satu keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat, sebuah kerajaan yang pada masa Hindia Belanda terletak di Sumatera Timur.
Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga dikenal sebagai salah seorang yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Amir Hamzah juga salah satu tokoh penting dalam perkembangan bahasa Indonesia.
Kekuatan karya Amir Hamzah terletak pada estetika bahasa yang merdu, menggali kata dari berbagai khazanah bahasa lama, terutama Melayu, tapi dengan makna yang lebih segar, baru, dan sesuai dengan semangat zaman saat itu, ketika modernisme kian tumbuh jadi kesadaran dalam sastra dan budaya.
Sajak-sajak Amir memberi darah baru pada yang lama. “Meskipun sosok penting dan demikian berprestasi, jalan hidup Amir sesungguhnya sangat tragis. Kesedihan cinta yang diputuskan oleh politik kolonial yang bersembunyi di balik adat, juga kematiannya yang menyedihkan di tengah re vo lusi kemerdekaan,” ujar Ahda Imran.
Iswadi Pratama, sutradara Teater Satu Lampung yang sekaligus sutradara Nyanyi Sunyi Revolusi, mengungkapkan, sosok Amir Hamzah bagai oase yang dirindukan di tengah hiruk-pikuk perpolitikan saat ini. “Meski seorang pejuang, syair-syair Amir Hamzah ini penuh cinta dan pemaafan.
Inilah yang mestinya ditiru oleh bangsa ini. Di tengah maraknya kebencian dan caci maki yang dipicu panasnya situasi perpolitikan saat ini, cinta dan pemaafan harus dihadirkan agar semua menjadi sejuk,” ujar Iswadi.
Happy Salma, selaku produser pementasan, menggarisbawahi pementasan ini menjadi penting dan patut disaksikan oleh generasi muda. “Selain bercerita tentang sejarah dan sastra Tanah Air, banyak pesan positif yang bisa dipetik dari pementasan ini nanti.
Pementasan ini juga sebagai bentuk komitmen kami, dari Titimangsa Foundation, mengangkat sastra Tanah Air ke dalam seni pertunjukan,” kata Happy dalam jumpa pers pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi di Auditorium Galeri Indonesia Kaya kemarin.
Menurut Happy, lewat kumpulan puisi Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941), nama Amir Hamzah demikian penting dalam kesusastraan Indonesia. HB Jassin bahkan menyebutnya “Raja Pujangga Baru”. Dalam melakukan riset naskah pentas me ngenai sosok Amir Hamzah ini, banyak bersumber dari buku karya Nh Dini berjudul Amir Hamzah, Pangeran dari Seberang.
Didukung Bakti Budaya Djarum Foundation, dalam garapannya kali ini Titimangsa Foundation menghadirkan para pemain yang sangat berdedikasi dan ingin terus menantang dirinya untuk berkembang dalam keaktoran.
Sebut saja Lukman Sardi yang akan bermain sebagai Amir Hamzah, Prisia Nasution sebagai Tengku Tahura, Sri Qadariatin sebagai Iliek Sundari, Dessy Susanti sebagai Tengku Kamaliah, dan sejumlah aktor kawakan dari Teater Satu Lampung.
“Saya merupakan penggemar dari puisi-puisi Amir Hamzah. Puisinya penuh dengan kesenduan, te tapi juga dengan kuat meng ungkapkan banyak lapisan baru dalam karya puisi pada zaman itu. Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga punya peran besar dalam lahirnya republik ini,” ucap Happy.
Penulis naskah pementasan Nya nyi Sunyi Revolusi, Ahda Imran men ceritakan, Amir Hamzah merupakan salah satu keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat, sebuah kerajaan yang pada masa Hindia Belanda terletak di Sumatera Timur.
Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga dikenal sebagai salah seorang yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Amir Hamzah juga salah satu tokoh penting dalam perkembangan bahasa Indonesia.
Kekuatan karya Amir Hamzah terletak pada estetika bahasa yang merdu, menggali kata dari berbagai khazanah bahasa lama, terutama Melayu, tapi dengan makna yang lebih segar, baru, dan sesuai dengan semangat zaman saat itu, ketika modernisme kian tumbuh jadi kesadaran dalam sastra dan budaya.
Sajak-sajak Amir memberi darah baru pada yang lama. “Meskipun sosok penting dan demikian berprestasi, jalan hidup Amir sesungguhnya sangat tragis. Kesedihan cinta yang diputuskan oleh politik kolonial yang bersembunyi di balik adat, juga kematiannya yang menyedihkan di tengah re vo lusi kemerdekaan,” ujar Ahda Imran.
Iswadi Pratama, sutradara Teater Satu Lampung yang sekaligus sutradara Nyanyi Sunyi Revolusi, mengungkapkan, sosok Amir Hamzah bagai oase yang dirindukan di tengah hiruk-pikuk perpolitikan saat ini. “Meski seorang pejuang, syair-syair Amir Hamzah ini penuh cinta dan pemaafan.
Inilah yang mestinya ditiru oleh bangsa ini. Di tengah maraknya kebencian dan caci maki yang dipicu panasnya situasi perpolitikan saat ini, cinta dan pemaafan harus dihadirkan agar semua menjadi sejuk,” ujar Iswadi.
(don)