Rahasia Laris Manisnya Sutradara James Wan
A
A
A
DARI Saw, The Conjuring, Insidious, Furious 7, hingga Aquaman, semua ada nama sutradara kelahiran Malaysia, James Wan, di dalamnya.
Bagaimana dia bisa membuat film horor dan laga itu menjadi laris manis dan ikonik? Setelah dirilis pada 21 Desember tahun lalu, Aquaman telah mencatat angka fantastis. Film ini telah meraup lebih dari USD1 miliar (Rp14 triliun) atau lebih tepatnya USD1,068 miliar di seluruh dunia. Ini adalah film terlaris kedua dari adaptasi DC Comic, sekaligus film terlaris ke-25 sepanjang masa.
Angka ini masih mungkin naik lagi karena Aquaman masih dalam masa putar di bioskop. Dikutip Forbes, film ini menjadi film komik DC ketiga yang mencapai USD1 miliar setelah The Dark Knight (2008) dan The Dark Knight Rises (2012).
Masing-masing mencatat angka USD1,004 miliar dan USD1,084 miliar. Sepanjang sejarah, hanya ada 37 judul yang masuk dalam klub elite film dengan penghasilan mencapai USD1 miliar. Sang sutradara, James Wan, patut berbangga diri dengan prestasi itu.
Pasalnya, dialah yang sukses membawa DC Comics dan Warner Bros kembali ke radar kesuksesan, setelah sebelumnya film-film DC Extended Universe tak terlalu menggembirakan pendapatannya dan babak belur di mata kritikus film.
Meski Aquaman tetap tak lepas dari kritikan, fakta membuktikan bahwa film ini mampu mengalahkan rekan satu gengnya, Wonder Woman(2017). Kala itu Wonder Woman yang dipuji segenap kritikus hanya mampu meraih USD821 juta (Rp11,6 triliun) di seluruh dunia.
Sebelumnya, Wan yang juga jadi penulis naskah dan produser ini juga sukses membawa sejumlah film menjadi laku di pasaran. Di antaranya Saw (2004), Insidious (2010), Dead Silence dan Death Sentence (2007), Insidious (2010), The Conjuring dan Insidious: Chapter 2 (2013), Furious 7 (2015), dan The Conjuring 2 (2016).
Furious 7 bahkan ikut masuk dalam daftar film laris lebih dari USD1 miliar. Namanya pun terus dipuja-puja seantero Amerika Serikat (AS). Bahkan, dia mendapatkan julukan sebagai “sutradara Amerika” meskipun tidak tinggal di sana.
Menurut Junkee, Wan dianggap menjadi salah satu pencipta gelombang baru film horor. Namun, dengan Aquaman dan Furious 7 yang laku lebih dari USD1 miliar, Wan membuktikan bahwa dia tidak hanya piawai membuat film horor, juga film aksi.
Kesuksesannya dalam film laga itulah yang akhirnya membuat sutradara yang tinggal di Australia itu diakui oleh masyarakat negara tersebut. Sebelumnya, dia dipandang sebelah mata saja di sana karena warga Australia tak mengapresiasi genre horor seperti genre lainnya, berbeda dengan publik di Asia dan AS.
Lalu apa yang membuat Wan begitu piawai dan luwes menggabungkan selera Barat dan Timur? Rahasianya terletak pada pengalaman hidupnya di tiga negara. Sutradara yang akan berusia 42 tahun pada 26 Februari mendatang ini diketahui lahir di Kuching, Sarawak, Malaysia.
Lalu saat umurnya 7 tahun, dia pindah ke Perth, Australia Barat dan kemudian di Melbourne, Victoria. Seiring waktu berjalan, Wan mengaku masa kanak-kanaknya di Asia-Australia, dan kisah-kisah horor yang dia dengar dan baca saat tumbuh dewasa telah mengilhami pekerjaannya hingga saat ini.
Semuanya dicampur dan diramu menjadi mahakarya yang ikonik. “Tumbuh sebagai orang Australia keturunan Tionghoa Malaysia, saya besar dengan mendengar banyak cerita horor Malaysia dan China, serta beberapa legenda horor ‘lokal’ Australia.
Ketika saya membuat film seperti Saw, The Conjuring, dan Insidious, saya menambahkan rasa dari cerita yang saya dengar itu. Mereka masuk ke kepala saya pada usia muda dan mereka menemukan cara untuk menginspirasi pekerjaan saya, baik secara sadar atau tidak sadar.
Budaya saya, cara pengasuhan saya dan identitas Australia saya penting dalam menjadikan saya seperti sekarang ini, dan siapa saya sebagai seorang seniman,” ujarnya.
Karena itu pula, Wan yang sebelumnya dikenal sebagai si raja horor modern ini memutuskan hal yang besar untuk kariernya, yaitu dari memproduksi dan mengarahkan film waralaba horor menjadi sutradara film blockbuster superhero.
Meskipun ia mencintai dan menikmati bekerja di proyek film horor, dia ingin keluar dari bayang-bayang predikatnya sebagai sutradara film horor. Dia pun memperluas karyanya hingga film aksi dan pahlawan super. (Susi Susanti)
Bagaimana dia bisa membuat film horor dan laga itu menjadi laris manis dan ikonik? Setelah dirilis pada 21 Desember tahun lalu, Aquaman telah mencatat angka fantastis. Film ini telah meraup lebih dari USD1 miliar (Rp14 triliun) atau lebih tepatnya USD1,068 miliar di seluruh dunia. Ini adalah film terlaris kedua dari adaptasi DC Comic, sekaligus film terlaris ke-25 sepanjang masa.
Angka ini masih mungkin naik lagi karena Aquaman masih dalam masa putar di bioskop. Dikutip Forbes, film ini menjadi film komik DC ketiga yang mencapai USD1 miliar setelah The Dark Knight (2008) dan The Dark Knight Rises (2012).
Masing-masing mencatat angka USD1,004 miliar dan USD1,084 miliar. Sepanjang sejarah, hanya ada 37 judul yang masuk dalam klub elite film dengan penghasilan mencapai USD1 miliar. Sang sutradara, James Wan, patut berbangga diri dengan prestasi itu.
Pasalnya, dialah yang sukses membawa DC Comics dan Warner Bros kembali ke radar kesuksesan, setelah sebelumnya film-film DC Extended Universe tak terlalu menggembirakan pendapatannya dan babak belur di mata kritikus film.
Meski Aquaman tetap tak lepas dari kritikan, fakta membuktikan bahwa film ini mampu mengalahkan rekan satu gengnya, Wonder Woman(2017). Kala itu Wonder Woman yang dipuji segenap kritikus hanya mampu meraih USD821 juta (Rp11,6 triliun) di seluruh dunia.
Sebelumnya, Wan yang juga jadi penulis naskah dan produser ini juga sukses membawa sejumlah film menjadi laku di pasaran. Di antaranya Saw (2004), Insidious (2010), Dead Silence dan Death Sentence (2007), Insidious (2010), The Conjuring dan Insidious: Chapter 2 (2013), Furious 7 (2015), dan The Conjuring 2 (2016).
Furious 7 bahkan ikut masuk dalam daftar film laris lebih dari USD1 miliar. Namanya pun terus dipuja-puja seantero Amerika Serikat (AS). Bahkan, dia mendapatkan julukan sebagai “sutradara Amerika” meskipun tidak tinggal di sana.
Menurut Junkee, Wan dianggap menjadi salah satu pencipta gelombang baru film horor. Namun, dengan Aquaman dan Furious 7 yang laku lebih dari USD1 miliar, Wan membuktikan bahwa dia tidak hanya piawai membuat film horor, juga film aksi.
Kesuksesannya dalam film laga itulah yang akhirnya membuat sutradara yang tinggal di Australia itu diakui oleh masyarakat negara tersebut. Sebelumnya, dia dipandang sebelah mata saja di sana karena warga Australia tak mengapresiasi genre horor seperti genre lainnya, berbeda dengan publik di Asia dan AS.
Lalu apa yang membuat Wan begitu piawai dan luwes menggabungkan selera Barat dan Timur? Rahasianya terletak pada pengalaman hidupnya di tiga negara. Sutradara yang akan berusia 42 tahun pada 26 Februari mendatang ini diketahui lahir di Kuching, Sarawak, Malaysia.
Lalu saat umurnya 7 tahun, dia pindah ke Perth, Australia Barat dan kemudian di Melbourne, Victoria. Seiring waktu berjalan, Wan mengaku masa kanak-kanaknya di Asia-Australia, dan kisah-kisah horor yang dia dengar dan baca saat tumbuh dewasa telah mengilhami pekerjaannya hingga saat ini.
Semuanya dicampur dan diramu menjadi mahakarya yang ikonik. “Tumbuh sebagai orang Australia keturunan Tionghoa Malaysia, saya besar dengan mendengar banyak cerita horor Malaysia dan China, serta beberapa legenda horor ‘lokal’ Australia.
Ketika saya membuat film seperti Saw, The Conjuring, dan Insidious, saya menambahkan rasa dari cerita yang saya dengar itu. Mereka masuk ke kepala saya pada usia muda dan mereka menemukan cara untuk menginspirasi pekerjaan saya, baik secara sadar atau tidak sadar.
Budaya saya, cara pengasuhan saya dan identitas Australia saya penting dalam menjadikan saya seperti sekarang ini, dan siapa saya sebagai seorang seniman,” ujarnya.
Karena itu pula, Wan yang sebelumnya dikenal sebagai si raja horor modern ini memutuskan hal yang besar untuk kariernya, yaitu dari memproduksi dan mengarahkan film waralaba horor menjadi sutradara film blockbuster superhero.
Meskipun ia mencintai dan menikmati bekerja di proyek film horor, dia ingin keluar dari bayang-bayang predikatnya sebagai sutradara film horor. Dia pun memperluas karyanya hingga film aksi dan pahlawan super. (Susi Susanti)
(nfl)